webnovel

bagian 6

Malam ini Yera dan Arka tengah makan malam dikediaman orangtua Yera, orangtua Arka tidak bisa hadir karna sedang keluar kota.

Makan malam telah selesai, mereka tengah bersantai ditaman belakang.

"Kalian gimana dirumah? Gak berantem?" tanya Papi.

"Gak berantem kok, Arka banyakan diem soalnya," balas Yera membuat Mami tertawa.

"Kerjaan lancar Ka?" Kali ini giliran Mami yang bertanya.

Arka mengangguk. "Lancar, Mi."

"Kamu memang bisa diandalkan Arka, selama kamu menjabat tidak pernah tuh saya dengar kesalahan apapun," ucap Papi bangga.

Arka tertawa kecil. "Semoga seterusnya begitu Pi."

Yera merasa bosan dengan obrolan orang dewasa dan memilih pamit untuk memberi makan kucing yang ada dirumahnya.

Mami kembali bersuara, "Yera ngerepotin gak?"

Arka tidak langsung menjawab membuat Mamih kembali tertawa seolah tau jawabannya. "Ya anak manja seperti dia gimana bisa gak ngerepotin, iya kan?"

"Saya bisa memaklum, Mi," Arka berujar.

"kalau kamu kesulitan karna Yera, bilang aja ya?" ucap Mami membuat Arka menoleh. "Maaf ya nak Arka, beban kamu semakin bertambah."

Sebenarnya sejak awal Mami tidak setuju dengan perjodohan ini apalagi langsung menikahkan keduanya mengingat bahwa Yera masih sangat awam tentang pernikahan. Namun apalah daya, Mami tidak bisa berbuat apa-apa.

"Jika kamu sudah muak dengan situasi ini, Mami mohon pulangkan saja Yera dan jangan sakiti dia," ucapan Mami terdengar sangat tulus membuat Arka bingung harus seperti apa.

Papi menepuk pundak Arka. "Apa kamu gak bisa mencoba membuka hati untuk Yera?"

—[]—

"Arka! Arka! Arka!" cerca Yera berlari menghampiri Arka yang sedang menyeduh teh di dapur.

"Besok ke bioskop yu?" Yera mengayunkan tangan Arka membuat pria itu langsung menarik tangannya.

"Besok saya sibuk," balas Arka tanpa mengalihkan pandangannya dari cangkir.

"Masa sampe malem kerjanya?" Yera mengeluh.

"kapan-kapan saja," lanjut Arka.

Yera tersenyum dan menatap lekat Arka. "Jadi kamu mau kan nonton bareng aku?"

Arka mengangguk membuat Yera menjerit. "Yeayy, gak papa kapan-kapan juga yang penting kamu mau nonton bareng aku."

Yera berjinjit lalu memeluk leher Arka sekilas. "Makasih."

"Yera, jangan pernah sentuh saya sembarangan. Mengerti?" Arka sedikit meninggikan suaranya membuat Yera tersentak.

"M-maaf," ucap Yera dengan nada kecil dan tatapan sayu membuat Arka merasa bersalah karna telah meninggikan suaranya.

Namun Arka memilih meninggalkan dapur dan membawa cangkir menuju ruang kerjanya.

Arka mengusap wajahnya kasar dan menyenderkan punggungnya dikursi santai yang ada di ruangan kerjanya.

Haruskan ia memulangkan Yera sebelum semuanya makin rumit? Namun apakah Arka egois jika seperti itu?

Arka paham jika Yera menyukai dirinya dan gadis itu selalu melakukan hal apapun untuk menarik perhatiannya tapi Arka selalu menanggapinya dengan cuek. Bahkan setiap hari Yera selalu mengiriminya foto berupa kegiatan yang dilakukan Yera disekolah maupun dirumah jika Arka tidak ada, namun Arka tidak pernah membalas satupun pesan Yera dan hanya membacanya itu saja hanya sekilas. Tapi Yera tidak pernah menyerah dan masih setia mengiriminya pesan.

"Kenapa kamu muncul dikehidupan saya Yera?" Arka sudah frustasi.

Arka kembali teringat ketika ia baru menginjak usia delapan tahun, ia diajak sang kakek untuk pergi ke taman. Tak disangka ia dibawa untuk menemani kakek bertemu dengan temannya yang tak lain adalah kakek Yera.

Yera masih berusia tiga tahun, anaknya manis dan sedikit aktif membuat Arka kewalahan disaat dirinya menjaga Yera yang ingin duduk diayunan.

"Kakak," panggil Yera waktu itu untuk pertama kalinya dan tangannya merentang minta digendong. Arka menurut dan menggendong Yera kecil.

Yera tertawa lalu mencium bibir Arka membuatnya terkejut.

Sang kakek yang melihat kejadian itu merasa gemas dan memulai obrolan tentang perjodohan.

konyol, fikir Arka.

—[]—

"Kak Jo!" sapa Yera ketika Kenzo tengah sibuk membuka beberapa berkas. "Arka ada?" tanya Yera yang dibalas anggukan oleh Kenzo.

"Aku masuk yaa," ucap gadis itu lantas memutar knop pintu berwarna coklat tua tersebut.

Hal yang pertama gadis itu lihat adalah Arka yang tengah sibuk dengan berkas dan tangannya memegang pulpen, matanya beberapa kali melihat kearah layar komputer.

Yera hanya tersenyum karna Arka tampak keren saat bekerja.

Gadis itu menyimpan paperbag diatas meja Arka yang kosong membuat Arka meliriknya dengan sekilas.

"Aku bawain nasi goreng buat makan siang kamu Arka, sebagai tanda permintaan maaf," ucap Yera sembari mengeluarkan tupperware dari dalam paperbag.

"Saya tidak butuh permintaan maaf kamu," balas Arka tanpa mengalihkan pandangannya dari lembaran kertas yang tengah ia tandatangani itu membuat Yera berdecak.

Pintu terbuka membuat Yera menoleh dan mendapati Salsa disana.

"Arka udah waktunya makan siang," ucap wanita itu dengan setelan rok span hitam dengan kemeja putih.

Arka berhenti mengetik, ia berdiri dan memakai jas yang ia simpan diatas kursi tamu yang ada diruangannya. "Saya ada janji makan siang sama Salsa."

"Tapi aku udah bikinin ini Arka," ucap Yera sembari membuka kotak bekal. "Liat nih."

"Tidak perlu." Arka melangkah namun Yera berdiri dihadapannya.

"Makan ini dulu sekali aja gak papa," Yera mengambil satu sendok dan hendak menyuapi namun Arka menghindar.

"Saya tidak mau," tolak Arka menepis tangan Yera membuat sendoknya terlempar. "Kamu fikir saya mau makan masakan ini?" Arka menarik kotak bekal tersebut lalu melemparnya kesembarang arah membuat Yera terkejut.

Arka tampak murka.

Yera menatap masakannya berhamburan begitu saja dilantai membuat hatinya merasa teriris.

"Kalo gamau juga jangan dilempar." Yera mengampiri kotak bekal tersebut dan memunguti nasi yang berhamburan, air matanya tidak bisa dibendung.

Ia sudah berjuang keras untuk bisa memasak nasi goreng itu bahkan jarinya sampai tergores pisau ketika ia memotong sosis.

Arka terkejut dengan apa yang baru saja ia lakukan, ini keterlaluan. Arka benar-benar tidak sadar dengan yang baru saja terjadi.

Yera berdiri lantas menoleh dengan tatapan kecewa sebelum pada akhirnya pergi dari ruangan itu begitu saja.

"Are you okay?" panggil Salsa yang menjadi saksi atas kejadian tersebut.

"Gue gak ikut makan siang," ucap Arka membuat Salsa mengerutkan keningnya. "Gue gak nafsu makan," tambahnya membuat Salsa mengangguk mengerti.

Salsa sendiri memilih menurut dan keluar dari ruangan itu, ekpresi wajah Arka sangat sulit diartikan membuat Salsa tak mau menambah masalah dan membiarkan pria itu menyendiri.

Arka melepas jas dan melemparnya kearah sofa dengan sembarang, tangannya melonggarkan dasi yang ia kenakan sedari tadi lantas mengusap wajahnya kasar.

Arka tidak berniat melakukan itu namun entah kenapa ia selalu saja emosi setiap kali gadis itu berbuat baik padanya yang membuat Arka melontarkan kata-kata pedas namun tetap saja Yera tak mau menyerah.

Namun kejadian barusan membuat Arka merasa sangat menyesal, ia tidak tega melihat Yera dengan wajah kecewanya.