webnovel

bagian 20

"Kita mau pesan sea food aja?" tanya Arka ketika mereka tengah melihat daftar menu pada buku menu.

"Heh!" Albara menyaut. "Mikir dong, jauh-jauh dateng ke restoran korea eh malah beli sea food. Pesen sesuai nama restoran lah,"

Arka menghela nafas, benar juga ya. Pikirnya.

"Pesen paket komplit ajalah," kata Yera yang diangguki oleh Kenzo.

Albara menyimpan buku menunya lantas menaikan satu tangan guna memangil waiter disana, salah satu waiter mendekat sembari membawa buku note kecil di tangan kanannya dan pulpen hitam di tangan kirinya yang baru ia keluarkan dari saku baju putihnya itu.

"Jadi pesanannya apa, kak?" tanyanya dengan ramah sembari bersiap untuk menulis pesanan pada buku note yang tiap waktu ia pegang.

"Kami pesan satu paket komplit saja ya," balas Albara lalu waiter itu mengangguk.

"Baik, mohon ditunggu ya kak, mungkin membutuhkan waktu paling lama dua puluh menit tidak apa-apa?" waiter itu kembali bertanya.

"Tidak masalah, terima kasih mas," Arka menimpali lantas waiter itu berjalan menjauh menuju dapur untuk memberitahukan pesanan mereka.

"Lo yang traktir ya," Albara menunjuk kearah Arka.

"Iya," kata Arka mengangguk.

"Lo kalau punya bos kayak gini tuh manfaatin, minimal minta thr mobil bmw lah," Albara melontarkan kalimatnya untuk Kenzo.

Kenzo tertawa. "Saya bisa bekerja dengan pak Arka yang pada dasarnya baik saja sudah bersyukur."

Arka tertegun dengan jawaban Kenzo.

"Nah karna dia baik sama lo makanya harus diporotin," hasut Albara lagi karna tak puas dengan jawaban Kenzo.

Yera memukul lengan kakaknya itu yang berada di depannya. "Lo gak usah ngajarin orang yang tahu rasa bersyukur jadi serakah dong," omel adiknya.

"Dih mana ada, gue cuman ngasih saran aja. diterima bagus kalo gak diterima parah sih," sahut Albara dengan santai yang lagi-lagi mampu membuat Kenzo tertawa kecil. Memang ada-ada saja kelakuan Albara ini.

Jika orang lain melihat Albara dari muka, sudah seratus persen mereka akan menganggap bahwa cowok ini tipe orang pendiam dan dingin. Namun, sudah dapat dipastikan mereka akan menyesal atas anggapan itu ketika mereka mengetahui sikap asli dari cowok bernama Albara Putra Bimala wijaya itu.

"Lagian nih ya— woy Lian?" ucapan Albara teralih ketika matanya menangkap sesosok kakak pertamanya itu ketika baru memasuki restoran.

Mereka yang ada di meja ikut melihat kearah mata Albara menatap, dan benar saja, disana terdapat Lian bersama dengan teman prianya.

Lian berjalan mendekat. "Ngapain disini?"

"Mancing gue disini," jawab adik keduanya itu dengan ketus karna bagaimana bisa Lian melontarkan pertanyaan seperti itu yang sudah jelas-jelas mereka duduk disana sudah pasti ingin makan disana.

"Gabung aja bareng kita, kak Lian mau makan siang kan?" ajak Yera membuat Lian mengangguk.

Lian menoleh kearah temannya. "Mau gabung disini aja?"

Temannya itu mengangguk. "Boleh, lebih seru rame-rame juga."

Mereka berdua akhirnya mendudukan bokong dikursi sana.

"Berduaan mulu lo, ngegay ya?" tanya Albara yang sontak mendapatkan pukulan kecil pada kepalanya oleh Lian.

"Kalau ngomong minimal di filter dulu," omel kakaknya.

"Dikira mau foto pake filter segala," ketus Albara.

"Tapi kalau kak Lian jujur juga kita gak bakal ngasih tahu ke yang lain kok," timbal Yera membuat Lian menghela nafas.

"Aduh kok lo mukul gue sih?" keluh Albara ketika kepalanya mendapatkan pukulan kedua dari kakaknya itu.

"Gue gak bisa mukul Yera jadinya gue lampiasin sama lo," jawab Lian enteng.

Yera hanya cekikikan membuat Albara mendelik.

"Ngomong-ngomong nama kakak ini siapa? Rambutnya mirip landak," tanya Yera yang sukses membuat orang yang ada di meja itu tertawa.

"Sorry adek gue emang katro. Haha," ucap Lian meminta maaf namun kembali tertawa.

Bagaimana tidak potong rambut yang bernama mullet itu di samakan dengan landak. Lagi pula gaya rambut itu tengan hits pada kalangan pria dewasa bahkan anak-anak sekalipun menyukainya.

"Lo emang dangkal kalau udah bahas tentang fashion," ejek Albara membuat Yera kesal.

"Gak papa, adek lo lucu juga," kata si korban yang dibilang potongan rambutnya mirip landak oleh Yera itu. "Nama gue Diga, gue temen kuliah Lian dulu," katanya menjawab pertanyaan Yera tadi.

Yera mengangguk. "Namanya sama kayak nama temen Dora,"

Diga mengerutkan keningnya tak paham.

"Itu loh yang cowok," kata Yera menjelaskan.

"Mungkin maksud dia Diggo," Arka menimpali menjawab keheran Diga.

"Gue kira yang monyetnya," sahut Albara dengan santai membuat Diga tertawa.

Obrolan mereka terhenti ketika makanan sudah diantar untuk dihidangkan diatas meja.

Ya, makan siang kali ini cukup menyenangkan karna banyak gelak tawa.

-[]-

"Arkaaaa," panggil Yera dengan kepala menyembul dari balik pintu ruang kerja Arka.

Arka yang kala itu tengah berkutat dengan laptopnya lantas menoleh, mendapati istrinya itu tengah cemberut.

"Kenapa?" tanya Arka sembari melepas kacamata bacanya itu.

"Aku besok boleh sekolah ya?" tanyanya dengan manja.

Arka tampak berpikir sejenak. "Dua hari lagi baru kamu boleh sekolah."

"Yah besok aja deh, ya? Aku udah sehat kok," rengeknya.

"Tumben semangat sekolah? Habis sakit jadi rajin gini," tanya Arka yang heran.

Yera cengengesan. "Besok ada truck milo di SD deket sekolah aku, mau ikut ngantri."

Arka menghela nafas pelan, sungguh jawaban yang sangat jauh dari dugaan. "Milo banyak di supermarket."

Yera menggeleng cepat. "Ih beda tahu rasanya, lebih enak yang di truck."

Arka kembali memasang kacamatanya, lalu ia kembali fokus pada layar laptopnya menghiraukan Yera.

"Ih Arkaa," Yera kembali merengek.

Arka masih diam membuat Yera kesal dan mendekat.

Gadis itu duduk dimeja samping laptop agar Arka dapat melihatnya juga.

"Besok sekolah ya? Masa ada orang yang mau sekolah dilarang sih," katanya sembari berdecak-decak.

Tangan Arka masih sibuk mengetik sesuatu, tatapannya masih terpaku pada layar laptop. "Tapi tujuan kamu hanya untuk ikut mengantri demi satu gelas kecil Milo."

"Sama belajar juga kok," jawabnya dengan cepat.

"Niat pertama kamu bukan itu," sahut Arka.

Yera berdecak. Padahal ia sudah menunggu hari itu tiba, hari dimana truck Milo terparkir di depan sekolah Dasar.

Arka menutup laptopnya, ia berdiri karna pekerjaannya sudah selesai malam ini.

Ia menatap Yera yang tengah cemberut, tapi entah kenapa ia merasa gemas melihat tingkah laku Yera yang seperti di luar nalar.

Matanya terfokus pada bibir Yera, kenapa ia ingin sekali mengecupnya?

Arka menggeleng, ia tak boleh berpikir kotor.

Tapi ia tidak bisa menahannya, Yera terlalu gemas malam ini.

Arka melangkah maju mendekat, tangannya menangkup kedua pipi Yera. Dengan cepat pria itu mengecup bibir merah Yera yang membuat sang empun tersentak kaget.

"Maaf saya tidak bisa mengontrol diri saya. Malam ini kamu cantik," kata Arka sebelum melangkah mundur.

"Selamat malam, Yera," ucapnya lantas segera pergi dari ruangan kerjanya itu.

Rasanya belum puas, namun jika melakukannya lagi ia takut hilang akal. Arka tidak akan melakukan hal sejauh itu sebelum Yera lulus sekolah.