webnovel

The Diary

Angin meniup - niup apapun yang dilaluinya,menerbangkan dedaunan kering yang meranggas karena musim gugur telah tiba . Malam ini,seperi malam - malam sebelumnya di asrama Harvetown perbatasan kota Madrid,gelap dan mencekam .

Seorang remaja perempuan duduk memangku buku harian yang belepotan tanah dan darah di bangku taman belakang asrama . Rasa takut tampak jelas dibola matanya.

"Harus kuapakan buku ini?!"

Dia Cathline . Suaranya bergetar . Dia memutuskan untuk bangkit dan berjalan menuju gedung utama asrama putri. Jalannya mengendap - endap.

Kamar Cathline berada di lantai 4 nomor 10, lantai teratas. Lampu koridornya redup mungkin sebentar lagi padam. Selama Cathline dan keempat temannya menghuni kamar tersebut, dia belum pernah menemui pengalaman supranatural, seperti yang selama ini diceritakan oleh para seniornya di lantai 4.

Asrama Harvetown dan Harvetown Senior High Shcool sudag ada sekitar dua abad lalu. Banyak cerita mengerikan terjadi di sini, misalnya cerita seorang guru musik yang dibantai pada 29 Maret 1895. Menurut rumor, arwah guru wanita itu masih gentayangan.

" Kamu dari mana? ini hampir tengah malam dan kamu masih keluyuran ! ". Sambar Kirana, begitu Cathline masuk ke kamar.

" Kamu cerewet, seperti ibu - ibu. Sudahlah tidur sana, " balas Cathline dengan kesal.

Cathline naik ke tempat tidur. Dia berniat membaca buku konyol yang ditemukannya di perpustakan bawah tanah tadu siang. Dengan bantuan cahaya senter, Cathline membolak - balik buku itu.

Isinya aneh. Seperti catatan harian, tetapi sulit di pahami. Masih banyak halaman kosong dengan halaman terakhir berhenti pada 29 Maret 1895.

* Elisabeth Tan 29 Maret 1896.*

" Siapa Elisabeth Tan?"

Cathline semakin larut dalam setiap kalimat yang tertulis. Dia melupakan peringatan yang menggunakan darah pada halaman pertama.

* Ini rahasia terbesarku, jangan dibaca. Atau, teror dan malam petaka akan mengikutimu*

- Gimmy Adelaine Tan -

Hari ini, selepas pelajaran Matematika, Cahtline ada kelas bahasa Spanyol. Sayangnya, Cathline tidak memiliki jadwal sama dengan kelima sahabat dekatnya, Kirana, Genevieve, Kimberly, Luca, dan Jonas. Mereka mengambil kelas lain.

Untuk mencapai kelas Bahasa Spanyol, Cathline harus melewati sebuah lorong dengan lampu - lampu redup yang nyarus rusak. Mitos mengatakan, tidak boleh melewati lorong itu sendirian atau dalam rombongan ganjil.

Cathline menghela napaa panjang. Koridor sepi. Tidak ada siswa yang dapat dia ajak melewati lorong itu bersama - sama.

" Itu hanyalah mitos, " Cathline meyakinkan diri, seraya melangkah hati - hati melewati lorong. " Semua akan baik - baij saja. "

" Seperti yang kamu mau .... "

Cathline membalikkan tubuh denagn cepat. Seseorang seperti bicara kepadanya, namun tidak ada siapa pun.

" Fur Elise, " desis Cathline terkejut,ketika ia nyaris mencapai ruang musik " Astaga .... ! "

Cathline membeku. Jantungnya berpacu cepat. Pada saat itulah, Cathline melihat sosok wanita berambut pirang sedang memainkan piano di ujung lorong. Wanita itu mengenakan gaun panjang berwarna putih pucat dengan bercak - bercak darah.

" Kembalikan ! " Wanita itu menghentikan permainan pianonya dan menoleh kepada Cathline. Tatapannya tajam. Melayang. Tatapan mata hijau zamrudnya membunuh.

" Khe...khe....khe.... " Wanita itu menyeringai. Kelopak matanya mengucurkan cairan berwarna merah.

Saat Cathline mengerjap, wanita itu hilang dari hadapannya untuk sementara.

" Khe....khe....khe.... " Sebuah tangan berkuku panjang dan runcing menyayat leher Cathline perlahan - lahan.

Lalu, semuanya GELAP.

" Kamu baik - baik saja ? Kenapa kamu bisa pingsan seperti ini ? " tanya Genevieve sambil meletakkan lap basah ke kening Cathline.

" Ada luka di lehermu. Kubersihkan, ya, " kata Kimberly.

Cathline sudah berada di ruang kesehatan. Entah siapa yang membawanya kesini.

" Dicakar kucing ?" terka Kirana. " Untung, ada kak Maverick dan Sir Lorenzo yang menemukanmu. "

" Apa kalian bisa melihat dan mendengarnya? Semua menyeramkan ! Tidak masuk akal. Hanya ada ketakutan , " gumam Cathline tiba - tiba.

Genevieve, Kirana, Kimberly, Luca ,dan Jonas berpandangan heran.

" Kamu bicara apa ? " tanya Ginevieve.

Cathline terpana. " Mitos di lorong itu nyata. Wanita itu benar - benar ada ! "

Semua sahabatnya mengernyikan dahi tidak mengerti.

" Tampaknya, kamu kelelahan, Cathline, " simpul Genevieve.

Chatline mengacak - acak rambutnya, frustasi. " Aku tidak kelelahan. Tidak kelelahan "

Tidak ada yang memahami perkataan Cathline.

" Kamu harus banyak beristirahat. Kurasa, kamu memang kurang tidur. Kami keluar, ya. Jam istirahat sudah berakhir, " Ujar Kimberly sambil mengambil buku - bukunya.

" Sepulang sekolah nanti, kami akan menjemputmu, " Luca menutup semua obrolan.