webnovel

Masuk ke Dunia Lain

Kliwon merasakan tubuhnya melayang seperti sedang berputar. Perutnya terasa mual dan kepalanya terasa akan pecah. Perlahan dirinya berusaha membuka kedua mata.

"Sshh," ringis Kliwon sambil memegangi kepalanya. Sedikit demi sedikit dirinya berusaha bangkit lalu bersandar di sebuah pohon besar dengan akar kokoh dan berdaun lebat.

Pemandangan aneh yang kali pertama Kliwon lihat. Dia pun terkejut lalu menutup mulutnya menggunakan tangan. Bahkan dia saja membulatkan kedua matanya.

"Nggak, ini pasti nggak mungkin!" Kata Kliwon seraya menepuk-nepuk kedua pipinya secara bergantian. Setelah itu, dia meraup kasar wajahnya sendiri. Namun, apa yang dilihatnya tetap sama.

"Aku yakin bahwa aku sedang mimpi."

Kliwon membuka lalu menutup matanya berkali-kali. Sesekali dia juga mengucek kasar matanya hingga mengeluarkan air mata. Memang terasa cukup perih, tapi dia lebih merasakan perih ketika melihat keadaan di sekelilingnya.

Kini Kliwon sadar bahwa dirinya berada di tengah-tengah hutan yang dikelilingi oleh jeruji besi. Tepat di depannya ada sebuah bangunan megah, persis seperti di dalam dunia kerajaan. Namun, satu hal yang paling parah ketika melihat beberapa orang yang sedang memasak, hati Kliwon benar-benar hancur dan keringat dingin menyelimuti dirinya.

"Pasti aku salah lihat, nggak mungkin kalau ini benar-benar nyata," kata Kliwon sambil menatap bahan bakar yang digunakan untuk memasak.

Api menyala-nyala membuatnya semakin bergidik ngeri. Kompor tradisional atau yang biasa disebut dengan tungku biasanya menggunakan bahan kayu bakar yang bagian pinggirnya terbuat dari batu bata yang ditumpuk guna sebagai landasan alat masak. Namun, apa yang dilihat Kliwon sangat beda jauh, semua terbuat dari manusia. Kepala digunakan sebagai landasan alat masak, sedangkan bahan bakarnya dari tangan dan kaki manusia. Belum lagi suara jeritan dan tangisan beberapa orang mengganggu telinganya.

"Kya!"

"Tolong!"

"Ampun!"

Begitulah beberapa teriakan yang terus mengganggu pendengaran Kliwon. Dia berusaha menutup rapat kedua telinganya guna menghindari suara tersebut. Tubuhnya terasa lemas dan dia ingin berdiri saja seperti sudah tidak ada tenaga lagi.

"Aku lagi dimana sih? Kembalikan ke dunia ku!" Teriak Kliwon cukup frustasi.

Rasanya dia ingin sekali menangis dan pergi dari tempat tersebut. Padahal dia masih ingat betul terakhir kali dirinya berada di sekolah baru. Buktinya saja sekarang dirinya masih mengenakan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya.

Bukan masalah laki-laki maupun perempuan. Semua orang tentu memiliki rasa takut, hanya saja dengan kadar yang berbeda. Ketika Kliwon ingin mencari jalan keluar, tapi banyak sekali rintangan yang ada, termasuk melihat kejadian mengerikan yang berada di luar nalar manusia. Dia sadar bahwa lingkungannya pada saat ini sedang tidak baik-baik saja. Bahkan bisa dikatakan bahwa orang-orang nya psikopat dan tidak memiliki rasa jiwa kemanusiaan.

"Huft, cobaan apalagi ini?" Tanya Kliwon.

Tiba-tiba Kliwon merasakan ada sesuatu yang memegang pundaknya. Refleks dia pun menjerit, "Kya!"

Tubuh Kliwon terpental beberapa meter hingga membentur batang pohon yang berada di belakangnya. Kliwon meringis kesakitan karena benturannya cukup keras. Tangannya mengusap bagian punggung, meskipun tangannya tidak sepenuhnya bisa meraih punggungnya.

"Aduh, sakit banget!" Keluh Kliwon menahan tangis. Dia juga tidak tahu mengapa dirinya bisa terpental ke belakang, padahal hanya dengan tepukan pada bagian bahu saja.

"Hai, anak muda!" Sapa seorang laki-laki dewasa.

Tubuh Kliwon semakin bergetar ketika orang tersebut mendekati dirinya. Dia takut kalau nanti tubuhnya akan terpental lagi atau bahkan terpental hingga jarak jauh. Kliwon pun menundukkan kepala karena takut.

"Nggak usah takut, aku nggak akan menyakiti diri kamu," kata orang tersebut. Tubuhnya besar dan gagah. Namun, matanya terlihat cukup mengerikan karena terlihat lebar dan sedikit memerah.

Bukannya semakin tenang, Kliwon malah merasa bahwa dirinya seperti sedang terancam. Dia memeluk lututnya karena saking ketakutannya dan posisinya juga sudah terpojokkan. Di sebelahnya duduk ada beberapa mayat yang tergeletak tak berdaya.

"Tolong jangan sakiti aku, hiks!" Pinta Kliwon di sela-sela tangisnya. Bau busuk mayat sangat menyengat di indra penciumannya.

"Nggak usah takut, aku akan membantumu keluar dari sini. Ingat Kliwon, di sana ada keluargamu yang sudah menunggu kesadaranmu," kata laki-laki tersebut.

"Jadi, sekarang aku lagi berada di mana?" Tanya Kliwon memberanikan diri untuk bisa mendapatkan jawaban. Pada dasarnya saja dia juga ingin kembali ke semula.

"Kamu nggak perlu tahu mengenai nama tempat ini, yang jelas kamu harus mau bantu-bantu raja dalam mengurus proses pernikahan putri," jawab laki-laki tersebut.

"Raja? Putri?" Gumam Kliwon.

"Benar, kamu diajak ke sini untuk membantu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kamu lihat bagunan yang berada di depan kamu ini adalah istana. Di sana raja, ratu, dan putri tinggal. Kamu bisa melakukan apa yang mereka inginkan, kalau tidak maka kamu akan seperti orang yang berada di sampingmu itu," jelas laki-laki tersebut lalu menunjuk ke arah mayat yang tergeletak di samping Kliwon.

Seketika jantung Kliwon berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia mengamati setiap mayat yang tergeletak seperti sampah. Pada saat itu juga dia melihat kejadian mengejutkan lagi. Dia melihat ada beberapa pelayan yang memotong tubuh mayat tersebut untuk dijadikan sebagai bahan bakar.

"Jadi, kamu memilih yang mana?" Tanya laki-laki tersebut.

Kliwon berada di ambang kebingungan. Dia ingin pulang ke dunianya sendiri, tapi dia harus melakukan persyaratan yang begitu menyakitkan. Seakan Kliwon tidak memiliki rasa kemanusiaan terhadap sesama manusia. Rasanya dia ingin kembali menangis, tapi dia sadar bahwa menangis bukanlah solusi.

"Waktu terus berjalan. Semakin kamu lama, maka nyawa kamu semakin terancam."

Lagi-lagi Kliwon dibuat bingung dan ketakutan. Dia ingin melawan, tapi dia sadar bahwa dirinya bukan di dunia nyata. Selain itu, Kliwon juga sadar bahwa dirinya tidak jago dalam hal bela diri. Ditambah lagi orang yang berada di depannya itu memakai seragam pengawal kerajaan yang di sampingnya terdapat pedang panjang. Kliwon tidak bisa membayangkan jika tiba-tiba tubuhnya ditusuk menggunakan pedang tersebut bagaikan sate.

"T-tapi aku takut," kata Kliwon sedikit terbata-bata.

"Tidak ada yang perlu ditakutkan. Semua keputusan berada di tangan kamu. Di sini saya cuma mengingatkan saja. Kalau mau selamat, silahkan pilih dan kerjakan apa yang sudah saya jelaskan. Ingat ya, pernikahan putri akan dimulai tiga jam lagi. Semua makanan harus sudah beres karena untuk menjamu tamu, khususnya dari mempelai pria yang merupakan anak dari seorang raja di kerajaan tetangga. Raja meminta kamu ke sini agar bisa bantu-bantu, tapi kembali lagi kepada dirimu," jelas laki-laki tersebut. Dia juga tidak paham mengapa raja meminta tolong kepada manusia, padahal di dalam istana maupun lingkungan sekitar masih ada yang bisa dimintai tolong.

"Jadi, kalau aku nggak mau, maka–"

"Maka kamu akan mati sia-sia di sini!" Sahut seseorang berambut panjang dengan mahkota mewah yang berada di kepalanya. Laki-laki dewasa tadi pun membungkukkan badan sejenak untuk memberikan penghormatan.