Aku terdiam menatap bang Aang. Ya, aku juga tidak menyalahkannya kalau dia sakit hati, hal yang wajar ketika mendapat hinaan hati akan terasa sakit. Hanya saja cara bang Aang yang salah, mungkin untuk memperingatkan tidak apa-apa tapi kalau sampai parah begitu juga tetap tidak baik.
"Maafin aku ya bang"
"Kenapa kau minta maaf!" ucapnya melirikku tajam. "Apa kau merasa bersalah padaku sekarang?"
Ish! Orang ini menyebalkan sekali. Baru saja aku luluh dan kasihan padanya, dalam hitungan detik dia sudah berubah menjadi menyebalkan.
"Sudahlah, percuma berbicara padamu."
"Hey. Apa kau tidak tertarik dengan ilmu santet? Jika kau mau aku akan mengajarimu" ucap Aang sambil menunjukkan seringainya.
"Apa? Tidak. Lebih baik aku belajar mengupas buah salak daripada belajar ilmu petaka itu. Hemh." jawabku berlalu menuju kamar Mila. Sedangkan terdengar suara tertawa dari mulut Aang.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com