Setelah Qiao Anxin dan Su Ze selesai berbicara, keduanya kembali ke aula perjamuan. Sementara itu, wajah Qiao Mianmian yang masih bersembunyi kini memucat. Hatinya tersayat. Ia mendongak dengan mata yang merah, lalu melihat Su Ze melingkarkan tangannya di pinggang Qiao Anxin dan mendekat ke arah Qiao Anxin. Saat ia melihat mereka berdua semakin tak berjarak, hatinya terasa begitu sakit. Ia berbalik badan dan pergi meninggalkan tempat itu.
———
Qiao Mianmian terlihat kebingungan. Ia tidak tahu apakah ini efek setelah meminum bir, tapi ia mulai merasa pusing. Ketika ia tengah berlari, ia melihat beberapa pria jangkung berpakaian hitam datang dari arah berlawanan. Tak ayal, ia menabrak salah satu dari mereka tanpa sengaja. Saat ia hendak meminta maaf, pria itu malah menangkapnya.
Kemudian, Qiao Mianmian mendengar pria itu berkata, "Ini dia. Orangnya sudah ditemukan. Bawa wanita ini pergi!"
Apa maksudnya? Dia? Siapa dia yang dimaksud? Apakah mereka menemukan orang yang salah? pikir Qiao Mianmian yang panik. Ia memberontak dan mencoba melawan, tetapi ia tidak memiliki kekuatan sama sekali. Kepalanya semakin lama semakin pusing. Perlahan-lahan, ia pun hilang kesadaran
———
Pintu lift hotel terbuka di lantai kamar presidential suite. Sekelompok pengawal dan staf hotel berbaris di sisi kanan dan kiri seorang pria yang berpenampilan sangat menawan. Aura pria yang keluar dari lift itu sangat kuat. Wajahnya terlihat begitu dingin namun lembut. Setiap bagian wajah pria itu sangatlah indah dan sempurna hingga sangat sulit untuk digambarkan dengan pena dan tinta. Tingginya mungkin lebih dari 186 cm. Bahkan, ia lebih menawan dibandingkan model-model pria yang berjalan di catwalk.
Pria itu mengenakan setelan yang dirancang khusus. Kancing-kancing kemejanya dan platinum di depan dadanya memantulkan cahaya lampu kristal hingga berpendar dengan sangat terang. Celana panjang hitam membungkus kaki lurusnya. Ia berjalan dengan anggun dan begitu ia sampai di depan pintu kamar, pengawal pun segera menghampiri dan membukakan pintu untuknya.
Pria itu berjalan masuk ke kamar. Lalu, ia melepas paksa dasi di lehernya dan melemparkannya ke lemari di sebelahnya. Saat ia baru berjalan dua langkah, tubuhnya tiba-tiba terasa panas. Terdengar bunyi klik dan tiba-tiba pintu dikunci dari luar kamar. Ia pun mengerutkan kening karena merasa heran. Kemudian, ia berbalik arah dan melangkah kembali ke pintu untuk mencoba membukanya.
Pria itu menarik pintu kamar, tetapi ia tidak bisa membukanya. Ia mencoba menarik pintu itu sekali lagi, tetapi tetap tidak bisa dibuka. Wajah pria itu seketika menjadi muram. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nama kontak yang tertera di layar ponselnya adalah Yan Shaoqing.
Begitu telepon terhubung, terdengar suara seorang lelaki tertawa dari ujung sana. "Kakak kedua, kau baru saja kembali ke China dan kami telah menyiapkan hadiah untukmu. Apa kau sudah melihatnya? Suka, tidak?"
Wajah pria itu memerah karena marah. Matanya menyipit dan suaranya yang terbungkus udara dingin terdengar rendah. "Apa-apaan ini? Buka pintunya."
"Tidak bisa. Kakak kedua, malam ini aku dan kakak keempat taruhan. Jika kau dapat keluar begitu saja, aku kalah dan harus berjalan tanpa mengenakan pakaian dalam."
Ada suara pria murahan lain yang terdengar dari ujung telepon. "Kakak kedua, aku yakin kau bisa bertahan! Jangan mengecewakanku!"
Wajah pria itu menjadi semakin muram. Setelah selesai bicara, Yan Shaoqing segera menutup teleponnya. Pria itu berusaha meneleponnya kembali, tetapi terdengar pemberitahuan bahwa ponsel Yan Shaoqing sedang tidak aktif.
———
Mo Yesi berdiri di depan pintu kamar mandi dan wajahnya terlihat sedih. Tiba-tiba, terdengar suara air mengalir dari dalam kamar mandi. Ternyata ada orang di dalam sana. Lengkungan dingin pun terbit di sudut bibirnya. Setelah beberapa saat, ia mengulurkan tangan dan membuka pintu kamar mandi. Lalu, ia terus berjalan ke dalam.