webnovel

PENGEJARAN

Setelah beberapa langkah, Leo pun berkata, "Astaga, di mana Sky?" katanya seperti seseorang yang kehilangan sesuatu.

Leo berbalik badan dan mencari ke sekitar. Kedua matanya bundarnya menjelajah, mencari keberadaan Sky.

Hal serupa juga dilakukan Naga. Dirinya pun merasa ada yang hilang, tetapi entah apa itu?

"Hei, aku ada di sini! Rupanya kau masih ingat denganku?" ketus Sky. Dia datang dari arah yang tidak Leo lihat.

Entah dari mana anak itu muncul, tidak jelas kemana perginya Sky tadi. Itu yang membuat Leo penasaran.

Dengan bertolak pinggang, Leo pun bertanya. "Dari mana saja kau? Mengapa kau tidak ikut dengan kami?" omelnya.

"Disituasi kau tidak boleh seenaknya pergi. Kau memang bisa berjalan-jalan, tetapi selesaikan dulu tugasmu sekarang," cerocoh Leo seperti kereta api.

Sky mendekat, "Siapa juga yang menghilang? Kau kira aku sejak tadi berjalan-jalan saja? Oh, tidak. Sekarang aku bertanya. Mengapa kalian hanya berbicara berdua saja, tanpa melibatkan diriku? Ah, kenapa juga aku harus terlibat?"

Alisnya menukik dua-duanya. Mempertanyakan mengapa temannya itu hanya berbicara dengan Naga saja? Sedangkan dirinya diacuhkan. Layaknya kerikil kecil yang ada di pinggir jalan.

Naga pun memandang Leo, "Hahaha." Dia tertawa di akhir tatapannya.

"Maaf, tuan Sky. Sebelumnya aku lupa bahwa ada dirimu di ruang makan tadi," sambungnya menambahkan.

"Seenak jidat kau melupakan diriku. Memangnya aku ini kutu beras yang tidak bisa kalian lihat?" umpatnya.

"Lalu, kalian anggap aku ini apa? Apakah aku ini makhluk halus dari dunia luar dunia begitu? Mudah sekali kalian berkata maaf," tambahnya protes.

Dan jika sudah seperti ini, maka akan sulit untuk membujuknya. Sky telah merajuk, mau tidak mau Leo harus merayu temannya itu.

"Baiklah. Kami memang salah. Tapi, kau juga yang salah," baliknya menyalahkan Sky.

"Mengapa disaat kami sedang berbincang tadi, kau tidak ikut berbicara? Salah sendiri mengapa kau diam saja? Jadi jangan salahkan kami jika kami melupakan dirimu," sindirnya diakhir kalimat.

 Sky berpikir sejenak. Memang masalahnya ada pada dirinya juga. Dirinya yang terlalu diam dan sungkan untuk bergaul, membuat dirinya tidak terlihat oleh orang lain. Istilahnya dia terlalu insecure. Tidak percaya diri.

"Ya, baiklah. Aku yang salah," akunya.

"Tapi, kalian …."

"Sudah, jangan banyak protes kamu. Kita tidak bisa terus-terusan membahas hal omong kosong ini saja. Ada hal yang perlu kita selesaikan bersama," ujar Leo bijak.

"Tuan Leo benar. Sebaiknya kita lupakan yang sudah terjadi tadi. Kita seharusnya lebih fokus pada tugas yang tuan Oskar berikan," tambah Naga menyambung perkataan dari Leo.

"Jika seperti ini, aku setuju. Jadi cara apa yang akan kalian lakukan untuk perundingan dengan Mr. Duck?" tanya Sky di akhir kalimatnya.

Naga dan Leo diam. Terlihat ada saling lirik di antara keduanya. Kedipan mata itu berarti kode bahwa ada rencana yang sudah mereka rancang.

Sky memperhatikan gerak-gerik keduanya, hanya saja dia belum bisa membaca rencana apa itu?

****

Beberapa hari kemudian. Leo, dan Sky telah siap untuk mengantar beberapa persenjataan melewati perbatasan.

Dengan dikawal beberapa mobil anti peluru, Sky dan Leo mencoba membawa semua barang tanpa hambatan.

Leo mengendarai sendiri mobilnya. Dia mengawal di bagian belakang dengan satu mobil lagi mengawal dirinya dari sudut belakang.

Sedangkan Sky berada di bagian depan dengan mobil supercarnya. Dirinya pula berkendara sendiri.

Sedikit rasa gugup, namun Leo selalu memberikan dirinya semangat untuk tidak gugup.

"Aku pasti bisa melakukan ini," ujarnya menguatkan diri sendiri.

"Tetap fokus kedepan!"seru Leo dari sambungan earphone yang terpasang di telinga Sky.

"Ya, bawal," ketus Sky menjawab. 

Mereka saling terhubung melalui earphone yang terpasang di telinga masing-masing. Jika ada sesuatu keduanya bisa berkomunikasi melalui itu.

Jika Leo dan Sky sudah berada di jalan raya, lalu di mana Naga? Mengapa dirinya tidak terlihat di antara banyaknya mobil yang mengawal? Mungkinkah ini rencana mereka?

Mobil boks besar terus mengikuti arahan dari mobil yang ada di depan, yaitu Sky. Masih terpantau aman sampai sejauh ini.

Jalan raya tanpa hambatan ini, yang menghubungkan Amerika dengan Kanada, masih terbilang sangat sepi. Tidak ada kendaraan yang berlalu lalang di sana.

"Bagaimana apakah amab?" tanya Leo memantau Sky yang ada di depan.

"Sejauh ini aman. Lalu, bagaimana dengan yang di belakang? Apakah kau sudah melihat tanda-tanda kedatangan mereka?" ujar Sky yang bertanya diakhir kalimatnya.

Mereka saling memberi kabar dan menginformasikan situasi diri masing-masing. Dari depan, belum ada yang perlu dicemaskan. Dan begitu juga dengan pengawalan yang ada di belakang. Leo masih terpantau santai dengan kendaraan mewahnya itu.

Hingga mereka sampai pertengahan perbatasan. Barulah mulai ada pergerakan dari musuh yang mulai mengintai.

Dari arah belakang, beberapa mobil mewah mengejar rombongan dari jalur tingungan sebelumnya.

Leo yang berada di belakang telah merasakan kehadiran mereka. Dia melihat mobil-mobil itu dari kaca spion mobilnya.

"Mereka sudah datang," kata Leo memberi kabar.

Sky pun langsung paham dengan kode itu. Dirinya langsung menambah kecepatan mobilny dan begitu juga mobil boks yang ada di belakangnya.

Leo melihat beberapa mobil di depannya sudah mulai bergerak cepat. Sementara itu Leo bebutar balik dmgan keadaan mobil yang masih berada di kecepatan penuh.

Parkir dia dengan cepat, lalu disusul dengan satu mobil yang memang mengawalnya di belakang.

Leo menjulurkan tangannya dengan pistol yang siap ditembakkan. Leo menarik pelatuknya.

Dor …

Dor …

Dor …

Tiga kali dia melestkan pelurunya ke salah satu mobil yang memang sengaja mengejar rombongan dirinya dan Sky.

Terjungkal salah satu di anatar mereka. Salah satu ban mobil yang berwarna hijau itu pecah, dan membuat mobilnya tidak terkendali.

Sedangkan yang ada di belakangnya harus megerem mendadak dan terguling ketika hendak menghindari tabrakan tersebut.

Tidak sampai disitu saja tembakan yang Leo layangkan. Dirinya terus menembak rombonan mobil di sana, seraya dirinya yang terus mengendalikan mobilnya itu.

Leo kembali parkir dan mobilnya kembali menghadap ke depan, dan begitu juga dengan pengawalnya itu.

Namun, anehnya mobil yang mengawal Leo pergi terlebih dahulu, dan meninggalkan Leo seorang diri di belakang.

Sementara itu rombongan yang mengejar di belakang tidak berhenti begitu saja, meski dua mobil mereka sudah terguling di jalan raya.

Leo dengan sengaja memancing mereka untuk mengejar mobilnya. Ada tiga sampai empat mobil yang sekarang sedang mengejar Leo.

Menambah kecepatannya. Leo berusaha untuk terus menghindar dari mereka, tetapi dirinya juga harus mengulur waktu agar rombongan yang dipimpin Sky segera melewati perbatasan.

Brem ….

Mereka melesat cepat. Mesin-mesin mobil mereka seperti mesin roket yang jika dinyalakan maka langsung meluncur secepat kilat.

Leo terkepung. Dua mobil di kiri dan kanan, serta dua mobil lagi di belakang. Leo melihat ke semuanya. Fokusnya terbagi antara melihat jalan dengan musuh-musuhnya.

Kaca mobilnya berwarna hitam pekat, sehingga Leo tidak bisa melihat siapa yang ada di balik kemudi itu.

Dia mengangkat pistolnya, lalu membuka kaca jendelanya dan ….

Dor ….

Satu peluru melesat cepat ke salah satu mobil. 

Namun, pelurunya tidak dapat menembus tebalnya kaca film itu. Leo tidak ingin mati di sana.

Keempat mobil sudah bersiap ingin menghimpit Leo, tetapi sebelum mereka berhasil.

Cus ….

Leo menambah kecepatannya sampai menembus angka 180 km/jam. Membuat mobilnya terhindar dari maut.

"Cepat tangkap dia! Jangan sampai dia berhasil melewati perbatasan!" perintah salah satu orang yang ada di dalam mobil itu.

Satu perintah maka semua orang segera melaksanakannya.

Tidak ada orang yang membantu Leo. Dirinya seorang diri menghalau empat mobil tersebut. Apa yang akan Leo lakukan setelah ini?

penasaran?

JANGAN LUPA BACA BAB SELANJUTNYA!