Langit sekali lagi telah berganti warna dengan bintang-bintang dan bulan yang menerangi dan menghiasi langit malam.
Tapi bukan berarti semua aktivitas di bumi ini terhenti bukan? Tidak semua makhluk hidup di bumi ini menghentikan aktivitas yang mereka lakukan saat langit telah berubah menjadi gelap.
Seperti hal nya pria tampan kelahiran Jepang itu. Ia terlihat tengah berdiri di samping sebuah mobil dengan sebatang rokok yang menemani nya.
Ia menghisap sebatang rokok miliknya lalu menghembuskan nya di udara. "Hufftt..."
Entah sudah berapa lama pria bermarga Hamada itu ada di sana, sambil melihat langit malam.
Ia kemudian membuang puntung rokok miliknya, dan menginjak nya. Memasukkan kedua tangan nya di dalam kantong celana lalu berjalan masuk ke dalam.
"Selamat malam Tuan Sahi..." ucap anak buah nya yang selalu berjaga di mansion miliknya.
Sahi tidak menjawab, ia hanya mengangguk kan kepalanya saja. Jangan heran, Sahi memang selalu membalas sapaan anak buah nya dengan seperti itu.
Yap, Sahi adalah orang yang irit berbicara.
Kedua kakinya, berjalan ke ruangan miliknya. Benar, ia memiliki ruangan khusus di mansion itu. Yaitu tempat dimana ia menghabiskan waktunya.
KLEK
Sahi membuka pintu itu, membiarkannya terbuka setengah. Toh, tidak ada juga yang akan berani mengintipnya.
Sahi melepaskan jas yang ia kenakan, melemparnya dengan sembarangan ke salah satu sofa yang ada di sana.
"Hah... aku lelah sekali," keluh Sahi.
Ia mendudukkan dirinya dan mendongak kan kepalanya. Hari ini ia merasa sangat lelah, sangat banyak hal-hal yang harus ia cek.
Baru saja ia akan memejamkan matanya, tiba-tiba suara seseorang mengganggu nya. "Tuan Sahi..." panggil orang itu.
"Hmmm... ada apa?" sahut Sahi masih dengan posisi nya.
"Barang yang Tuan Sahi beli dari Tuan Mads telah sampai," ucap pria itu.
KREK
Sahi langsung menegakkan badan nya. "Benarkah? Cepat sekali. Padahal aku ingin beristirahat," keluh Sahi.
Pria yang merupakan salah satu anak buah Sahi itu kemudian merasa tidak enak. Ia merasa kalau dirinya telah menggangu waktu istirahat Sahi, Tuan nya.
"K-kalau begitu, sebaiknya Tuan Sahi mengeceknya besok saja," ucap pria itu.
Sahi berdiri dari kursi miliknya, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku akan mengeceknya hari ini. Karena besok ada yang harus ku lakukan."
"Bisa kau berikan jas milik ku itu?" tunjuk Sahi pada jas nya yang ia lemparkan pada sofa itu.
"A-ah, iya Tuan Sahi," pria itu segera mengambil jas mahal milik Sahi dan memberikannya kepada Sahi. "Ini Tuan Sahi."
Sahi memakai kembali jas miliknya yang baru saja ia lepaskan beberapa detik yang lalu.
"Ayo," Sahi pun berjalan keluar dari ruangan nya di ikuti dengan pria itu yang berjalan di belakangnya.
Mereka melewati deretan kamar yang bisa dikatakan cukup banyak di mansion ini. Namun hanya beberapa kamar saja yang berfungsi.
Mereka juga melewati taman mansion bergaya rumah khas Jepang itu yang di terangi oleh lampu-lampu taman kecil dan cantik.
"Lewat sini Tuan Sahi," ucap pria itu.
Sahi pun menghentikan langkah nya di sebuah ruangan dengan kedua pintu yang terbuka. Terlihat juga beberapa anak buah nya berada di sana.
Saat mereka melihat Sahi, mereka dengan cepat membungkuk kan badan mereka. "Tuan Sahi, silahkan masuk," ucap mereka.
Sahi pun melangkah masuk ke dalam, ia langsung melihat beberapa peti kayu yang di letakkan di dalam sana.
Di ruangan itu terdapat banyak rak-rak dan juga peti yang entah berapa jumlah nya.
Rak-rak itu di isi oleh berbagai macam senjata, juga beberapa benda lainnya yang bisa digunakan untuk membunuh seseorang.
Sekarang kalian sudah tahu ini tempat apa? Yah, ini adalah ruang penyimpanan untuk senjata-senjata ilegal yang Sahi miliki dan yang telah Sahi beli.
Tidak ada lagi bukan yang harus ia tutupi? Toh, kalian juga sudah tahu apa pekerjaan yang di geluti oleh Sahi.
Yang membuatnya menjadi kaya raya, di hormati, berkuasa, dan di takuti seperti saat ini.
He got everything, look at him right now. He have so many people behind his back that will protect him dan follow his orders.
Ia bisa melakukan apa saja yang ia inginkan dengan kekuasaan yang ia miliki, tidak akan ada yang berani menolak perintah nya.
"Ini dia Tuan Sahi, senjata yang Tuan Sahi beli dari Tuan Mads," ucap anak buah nya.
"Buka," perintah Sahi. Anak buah nya dengan cepat membuka peti kayu itu, sesuai perintah Sahi.
Terlihat puluhan senjata di dalam peti itu yang tersusun dengan rapi. Sahi mengambil salah satu senjata itu.
Senjata itu sangat bagus dan terlihat mengkilap. Sahi mengusap senjata itu dengan pelan. "Kapan mereka mengantarkan ini?" tanya Sahi.
"Sepuluh menit yang lalu Tuan Sahi," jawab anak buah nya.
Sahi meletakkan kembali senjata yang ia pegang. "Atur semuanya dengan rapi."
"Baik Tuan Sahi," ucap anak buah nya dengan serempak. Mereka langsung mengangkat peti-peti kayu itu.
Mereka mengaturnya dengan rapi di setiap rak yang ada di dalam gudang penyimpanan itu. Entah ada berapa banyak senjata ilegal yang ada di dalam sana.
Yang tentunya senjata-senjata itu merupakan sebuah tambang emas bagi Sahi.
Sang mafia tampan.
Sahi berjalan keluar dari gudang penyimpanan itu. Ia berdiri di samping pintu gudang penyimpanan itu dan melipat tangan nya di depan dada.
Ia melihat sekeliling mansion nya yang sangat sepi, seperti tidak ada kehidupan. Hanya lampu-lampu kecil saja yang membuat suasana mansion ini hidup.
Sahi menghela nafas, ia menyibakkan rambut biru miliknya. "Hah..."
Tidak lama kemudian ia mendengarkan suara langkah kaki yang mendekat ke arah nya. Tanpa perlu berbalik, ia sudah tahu siapa pemilik langkah kaki itu.
"Ada apa?" tanya Sahi.
Anak buah nya itu langsung menghentikan langkah nya tepat di belakang Sahi. "Semuanya telah beres Tuan Sahi," ucap nya.
Sahi mengangguk. "Baiklah, kalau begitu kembali lah. Aku masih ingin di sini."
Yah, ia masih ingin berada di sini. Ia bosan berada di dalam ruangan nya melihat berbagai macam tumpukan kertas pada meja nya.
"Tuan Sahi, aku ingin memberikan ini kepada Tuan Sahi," ucap anak buah nya.
Sahi berbalik. "Apa itu?"
"Aku menemukan nya di dalam peti senjata yang di kirimkan oleh Tuan Mads, Tuan Sahi," jawab nya.
Sahi menatap anak buah nya sebentar, kemudian mengambil kertas berwarna coklat yang dijulurkan oleh anak buah nya.
"Kau menemukan nya di dalam peti kayu itu?" anak buah Sahi mengangguk.
"Iya Tuan Sahi, aku menemukan nya di dalam peti kayu. Di bawah senjata-senjata itu di letakkan."
Sahi mengangguk. "Baik, kau boleh pergi," pria itu pun pergi dari sana meninggalkan Sahi seorang diri.
Ia kemudian menatap kertas cokelat yang kini ada di tangan nya. Sebenarnya kertas apa ini? Sebelumnya ia tidak pernah mendapatkan kertas seperti ini dalam peti yang lainnya.
Tangan nya membuka kertas itu, karena dirinya yang sudah merasa sangat penasaran.
Sedetik kemudian Sahi mengerutkan alisnya. "Apa ini?" ucapnya.
Kedua matanya membaca sebuah kalimat yang ada di dalam kertas itu, yang berbunyi 'Tuesday Yokohama jam 09:00 am'.