Setelah beberapa jam ibu Melati menangis di samping Panji dengan sendu. Akhirnya wanita itu merasakan pergerakan tangan Panji, menggenggam tangannya dengan lembut.
"Kamu bangun, Nak?" alangkah senangnya ibu Melati tatkala melihat mata Panji mulai terbuka.
Namun pemuda itu masih belum bisa berkata apa pun dan membuka mata pun, seolah begitu berat untuknya.
"Syukurlah anak Ibu sudah bangun, Ibu pikir setelah operasi kamu akan bangun berhari-hari, ternyata hanya beberapa jam saja, Nak. Ibu sangat bahagia rasanya," lirih ibu Melati kepada putra satu-satunya.
"I-bu?" lirih Panji dengan nada yang begitu lemah.
"Anakku sudah bisa bicara, syukurlah Nak kamu bangun. Tapi Ibu benar-benar berterima kasih kepada Tuhan, karena akhirnya kamu bisa sadar lagi, anakku Sayang," lirih Ibu Melati, sambil menggenggam tangan Panji dengan lembut.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com