webnovel

Devara Moment

Satu minggu terlewati untuk ujian kenaikan kelas. Dan di minggu terakhir sebelum pengambilan rapot dan libur semester pasti dipenuhi oleh remedial.

" Silent please... Saya akan mengumumkan siapa saja yang harus remedial pelajaran matematika. Samuel, James, Citra, Bella, Davian, Elara dan Danish.

" Hah? Bu, Iki sama Gavin remed kali bu " protes Ara mengangkat tangan nya.

" Tidak Ara. Selain nama yang tidak saya sebutkan tidak remedial matematika "

Gavin dan Iki meledek Danish serta Ara. Ara menggerutu karena saat ujian kemarin berbasis komputer dan setiap komputer soalnya di acak jadi mereka tidak bisa menyontek.

" Ibu sudah membuatkan soal sebanyak 5 akan ibu kirim ke grup kelas ya. Untuk waktu pengumpulannya sampai lusa jadi kalau sampai lusa tidak mengumpulkan ya berarti nilai nya apa ada nya. Sekian dari saya terima kasih "

" Jangan iri jangan iri.. jangan iri dengki " ledek Iki sambil berjalan mundur takut kena amukan Ara.

" RIFKIII TAQI!!! SINI LO "

Benar saja monster dalam diri Ara keluar. Untung Iki menghindar lebih dulu, walau begitu Ara tetap mengejar Iki keluar kelas sambil membawa buku yang siap mendarat di kepala Iki.

" HUWAA... TOLONG... ADA MONSTERR... ADA MOMZILLA.... "

Ara berlari melewati ruang OSIS yang sedang digunakan untuk rapat. Langkah kaki Ara dan Iki terdengar sampai dalam.

" Hosh... Hosh... Ra... Ampun... Asli.. ca..pek " Iki menempelkan kedua telapak tangan nya memohon ampun. Dengkul nya terasa lemas.

" Lu... Hosh... Hosh... Na...ntangin gue? "

Dari tempatnya berlutut Iki melihat Dev yang berdiri di ambang pintu ruang OSIS melihat ke arah mereka. Dengan cepat Iki mencari bantuan agar hidupnya tetap selamat.

" Woi! Mau kemana lu sini! " Bersembunyi di balik Dev tidak membuatnya aman sama sekali. Ara terus mencoba mendapatkan Iki meskipun itu hanya rambutnya.

" Ra.. hei... Ssstt... Elara " Dev menahan tangan Ara untuk berhenti.

" Kalian ngapain diluar kelas? Masih jam pelajaran kan? "

" Udah gak ada guru nya di kelas. Dev makasih ya makasih, Ra gua duluan huwaaa "

Ara hendak berlari namun tangan nya masih di pegang oleh Dev.

" Enough. Kalau mau main nanti aja liat udah keringetan juga, nanti malam Bunda undang anak-anak kita sama... "

" Anak-anak kita? Gila lu " Ara mengulang kalimat akhir kekasihnya. Dev terkekeh dengan kalimatnya sendiri.

" Ya... Maksud aku... Iki, Danish, Gavin, Efa, Aldan, Belden, Rhaka sama anak-anak OSIS di undang Bunda main kerumah makan malam "

" Ah males bareng sama anggota lu "

" Ra... " Wajah Dev seperti memohon. Ara mengingat kembali pembicaraan nya dengan Topan beberapa waktu lalu.

" Oke! Lo bilang di grup aja " Dev mengangguk paham lalu melepaskan tangan Ara.

" Gue... Ke kelas dulu "

" Ya... "

Ara pun pergi dari hadapan Dev. Kedekatan Dev dan Ara yang dilihat oleh anggota nya dari dalam membuat para siswi iri. Bisa menatap wajah tampan Dev sedekat itu.

Bel pulang sekolah berbunyi. Semua murid keluar dari kelas.

" Eh, kalian duluan aja gua mau ke toilet dulu " ucap Ara kepada Iki, Gavin dan Danish.

Ara berlari dan masuk kedalam toilet yang sepi. Ketika ia akan keluar dari toilet beberapa orang masuk dan mengobrol.

" Nanti malem lo bener di undang makan sama nyokapnya Dev? "

" Iya lah. Pokok nya malam ini adalah yang spesial gue bisa ketemu keluarga nya Dev... "

Dengan wajah dingin Ara membuka pintu toilet dan melalui mereka begitu saja dengan sengaja menundukan kepalanya. Ternyata perempuan yang berbicara tadi adalah Clara.

Dari kejauhan Ara melihat teman-temannya sudah menunggu di parkiran. Mengingat omongan Clara tadi Ara jadi terdiam memandangi Dev.

" Ra! Woi! " Teriakan dari Iki membuatnya kembali tersadar.

" Lama amat dah " celetuk Rhaka.

" Bawel lu "

" Yaudah ayo balik nanti malem kan mau ke acara nya Dev " ucap Belden senang.

" Guys... Kayanya gue gak bisa gabung deh nanti malam " ucap Efa.

" Lah kenapa Fa? Nanti gue jemput kok " ucap Gavin. Efa menggeleng.

" Bukan karena itu. Gue ada janji makan malam sama keluarga dua hari lalu bokap sama nyokap gue baru balik jadi ya... Quality time "

Mereka mengangguk paham. Orang tua Efa memang suka bekerja keluar kota atau pun keluar negeri. Ia sering dirumah sendiri, karena anak tunggal.

" Maaf ya Dev gak bisa gabung "

" It's okay, your family is most important "

Mereka kembali kerumah masing-masing. Seperti biasa Dev mengantar Ara pulang lebih dulu. Di perjalanan Ara sibuk bermain game.

" Game nya asik ya non. Sampe saya di lupain " celetuk Dev. Ara melirik sejenak lalu kembali fokus ke ponselnya.

" Lah emang lu siapa? " Dev melotot dengan jawaban Ara.

" Ara ! "

Ara tertawa kencang. Bayi besarnya sedang ngambek saat ini.

" Aduh... Aduh... Cowok kulkas bisa cemburuan juga ya ? "

" Yaiyalah, aku di diemin kaya supir beneran aja "

" Ululululu... Jangan ngambek dong... " Ara mencubit pipi Dev gemas.

" Mau apa hmm? Biar gak ngambek lagi " Dev melirik jahil.

" Dih, apaan ngeliatin nya begitu. Gue colok tu mata baru tau "

" Ya Tuhan.... Kenapa perempuan aku gampang marah sih... " Ucapnya seperti frustasi.

" Bersyukur bisa dapetin gue. Perempuan mahal nih " sambung Ara memasang wajah sombong.

" Iya... Iya bersyukur banget malah. Tapi boleh lah marah-marah nya di kurangin dikit "

" Dev... " Ara mengangkat tangan nya siap memukul Dev.

" Eh? Enggak... Bercanda doang. Hehehe "

Setelah itu beberapa saat diam sebelum Dev kembali bicara.

" Ra "

" Hmm? "

" Kok jawab nya gitu marah ya? Hah? " Dev menarik wajah Ara untuk melihat ke arah nya. Ara pun menepis tangan Dev karena tiba-tiba menarik wajahnya.

" Ish! Gue kaget gila "

" Ya... Aku takut kamu marah "

" Yailah Dev gua gak sebenci itu kali sama lo sampe setiap saat gua ketemu lu gua marah "

" Kamu benci sama aku? "

Ara mengacak rambutnya frustasi.

" Argh... Lo padahal lemot tapi kok bisa jadi ketua OSIS sih? "

" Kok lemot? Kan aku cuma tanya "

" Tuhan... Oke gue gak mau ribut kita off topik aja ganti topik yang lain. Lo mau ngomong apa tadi? "

Dev tersenyum melihat wajah merah Ara yang menahan emosinya.

" Aku punya permintaan "

" Apa? "

" Karena nanti malam party boleh aku minta kamu buat satu cake apapun itu just for me "

" Hmmm " Ara sengaja menggantung jawaban nya karena ingin melihat ekspresi Dev.

" Kalo gak bisa ya gak apa-apa " wajah Dev terlihat sedikit sedih. Ara tersenyum melihat laki-laki di samping nya.

Entah kenapa seperti nya hari ini Dev lebih manja.

" Iya... Iya... Big baby aku bikinin "

Mendengar kata aku keluar dari bibir tunangan nya membuat Dev menepuk-nepuk telinga nya.

" What do you say? Can you repeat again? " Dengan jahil Ara mendekatkan wajahnya ke telinga Dev lalu berbisik.

" Yeah... Of course... Honey "

Seketika bulu kuduk Dev berdiri semua. Perempuan ini benar-benar bisa mempermainkan perasaan nya. Jantung Dev terlalu lemah untuk mendengar Ara mengucapkan kalimat itu terlebih dengan nada suara yang begitu lembut dan... Sexy.

" HAHAHAHA "

Ara tertawa puas melihat wajah memerah Dev dan pergerakan nya menjadi canggung.

" You have dirty mind bro " ejek Ara kembali tertawa puas. Dev benar-benar dibuat malu saat itu.

Sampailah Ara dirumah masih dengan perasaan senang dapat menggoda Dev tadi.

" Hati-hati. Fokus, jangan mikirin gue terus " Dev terkekeh pelan lalu mengangguk.

Setelah mobil Dev keluar dari pekarangan rumah Ara baru masuk kedalam.

" Hah... Sepi " gumam nya. Seperti yang sudah di katakan bahwa minggu ini ia akan tinggal sendiri untuk beberapa hari.

Shera pergi keluar kota dan Topan harus kembali berkuliah. Ara membuka kemeja putihnya menyisakan kaos polos putih lalu memakai celemek untuk memulai masak.

Di rumah itu apapun bahan yang dibutuhkan sudah tersedia. Mereka memiliki gudang khusus untuk menyimpan bahan makanan.

Bahkan bisa disebut sebagai minimarket. Ara mengambil beberapa bahan untuk membuat kue.

Dev meminta permintaan seperti itu karena ia tau Ara suka memasak dan masakan nya tidak kalah enak dengan masakan ibu nya.

Sebelum nya Ara juga pernah membuatkan kue untuk ulang tahun Dev dan itu berhasil. Karena suasana terlalu hening Ara menyetel musik dari ponsel nya lalu mulai memasak.

Beberapa menit ketika ia mulai ART dirumah nya menghampiri Ara.

" Non, non Ara buat apa? "

" Kue Bi "

" Bibi bantu ya "

" Eh gak usah bi. Gak apa-apa ini kue spesial soalnya " melihat wajah Ara yang berseri ART itu pun tidak memaksa lagi dan meninggalkan Ara bersama bahan-bahan kue.

Dari pergerakan nya terlihat tidak ada yang kaku atau ragu. Tangan nya sangat cepat dan lihai ketika memasukan bahan kue ataupun ketika membuatnya.

Kue yang akan ia buat adalah cheese cake dengan krim berwarna putih. Ukuran kue nya juga tidak terlalu besar karena ia hanya memiliki waktu sedikit dan kue ini juga hanya untuk Dev.

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

crml_belindacreators' thoughts