webnovel

Destiny From The Sky

Cerita ini adalah tentang kehidupan Seorang wanita yang mencari cinta sejatinya. Ia adalah seorang pekerja Kantoran biasa yang mendambakan sebuah cinta di usianya yang sudah hampir 35 tahun. Eun Sung adalah nama wanita itu, ia memang tak pernah mengenal dunia yang indah untuk seorang wanita, yang ia tahu adalah bekerja demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya yang terasa serba kurang, belum lagi ia harus membayar hutang pada rentenir karena waktu itu ibunya sakit dan Sung tidak bisa membayar biaya rumah sakit, dan terpaksa ia meminjam uang rentenir untuk membayar semua biayanya. Pada suatu ketika ia bertemu seseorang yang membawanya pada sebuah perubahan dirinya yang dimana ia yang dahulu adalah Seorang wanita dewasa yang sangat Realistis dan Idealis menjadi seorang wanita yang lebih terbuka dan berfikiran lebih fleksible. bahkan Semua hal tentangnya adalah realitas dan lurus . Takdir seperti apakah yang akan membawa dirinya pada masa depan? Apakah doa yang selama ini ia panjatkan dapat terkabul?kebahagiaankah ?

dian_Indra · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
8 Chs

Festival

Eun sung melihat sujin yang menguping saat para Petinggi kantor sedang sibuk membicarakan sesuatu yang tidak terlalu jelas. Sung menggeleng melihat teman dekatnya yang tampak antusias seakan memperbesar daun telinganya. Entah dia mempunyai kemampuan super atau apa. Namun apa yang di dengar terkadang benar adanya. Sung mengagap itu adalah hobi luar biasa, Namun alangkah baiknya jika punya kemampuan mencetak uang dengan lebih cepat mungkin akan membuat dunia lebih baik pula. Karena Sung adalah orang yang berfikir semua masalah akan teratasi jika banyak uang. Ia adalah seorang wanita Yang Rasional dan realis, sikapnya yang kaku dan penggila kerja menjadikan dirinya semakin jauh dari kata wanita idaman.

"Aku dengar yang mereka katakan, jika seorang Pewaris tahta akan datang menggantikan Kapitalis orde lama, seperti apakah rupa Pangeran itu ? apakah ia memiliki padangan idealis yang akan membawa para karyawannya lebih makmur."

celoteh sujin seraya memasukkan makanan ke mulutnya.

"Sudahlah, makan saja jangan banyak bicara lagi."

ucap Sung seraya memasukkan sayur selada kedalam mulut Sujin yang seketika membulatkan matanya.

***

Entah itu adalah pewaris tahta atau apapun, itu tak akan merubah apapun, bagi Sung dunia ini adalah dunia yang tidak bersahabat untuknya.

Lagi-lagi salju turun dengan lebat, Sung memandang langit dan menerjang butiran salju. ia berjalan ke arah halte bus yang tak jauh dari sana. Ia melihat ponselnya jam menunjukan pukul sepuluh malam, besok adalah hari libur ia berencana untuk pergi ke Taman di dekat rumahnya, karena di sana sedang ada acara tahunan. banyak festival makanan juga ada meski tak begitu banyak, acara yang memang khusus di selenggarakan untuk keluarga.

"Sial, dingin sekali ."

Sung menyilangkan ke dua tangannya ke arah dadanya.

Bis yang ia tunggu pun tiba, ia sudah menjadi langganan bis ini entah berapa lama, namun kenyataannya adalah bis itu tak pernah mempertemukannya pada pria idaman yang saat ia berumur 30 tahun lalu. Ia sekarang bahkan membenci semuanya. Hidupnya berjalan semu seolah semua terasa berulang setiap harinya tanpa ada hal yang istimewa di usianya yang ke 33 tahun ini.

Sung melihat ke arah jendela banyak pasangan yang tengah bergandengan atau sekedar makan di kafe kesukaan mereka. Hal seperti itu membuatnya perih, ia memebenarkaan letak kacamatanya dan menyandarkan kepalanya pada kaca bis. Sung mempunyai impian yang sama dengan wanita lain yaitu menikah. Namun ia sendiri juga bingung harus berbuat apa. Ia seakan pasrah dengan semua yang terjadi. Dan hanya melanjutkan semuanya seperti yang Tuhan kehendaki.

***

"Sol, buka pintunya."

ucap Sung menggedor pintu kontrakannya,

tak lama terdengar suara kunci di buka.

"Aku membelikanmu Bungeoppang, makanlah masih hangat. "

Sung menyerahkan bawaannya, kue berbentuk ikan yang ada pada saat musim dingin saja, dengan isi kacang merah di dalamnya.

Eun Sol menerima kue itu dengan wajah sumringah, ia memang menginginkannya sekarang.

"Bagaimana kamu tahu aku mengingikannya? apa kamu seorang cenayang?"

ia tak menunggu jawaban Sung dan lantas pergi kekamarnya.

"Akkh, hari ini kenapa sangat membuatku lelah."

Sung menghambur ke atas tempat tidurnya dan berbaring sambil menatap langit kamar. Baginya tidur adalah bagian yang paling penting. setiap harinya ia harus menguras tenaganya dengan sibuk bekerja sepanjang waktu, untuk itu saat berada di rumah ia merasa semua beban itu ia lepaskan di depan pintu rumah. apalagi saat musim dingin seperti ini membuatnya ingin meringkuk dan melepaskan kepenatannya, dengan tidur.

***

Pagi ini hawa dingin masih pekat membuat eun sung menarik kembali selimutnya, hari ini adalah hari libur baginya kali ini adalah kesempatan yang langka. Tak selalu ia bisa tidur dengan nyenyak seperti ini.

"Nuna, aku pergi ke Rumah Siwon dulu. apa kamu lupa bukankah pagi ini kamu ingin pergi ke taman? jangan sampai menyesal, aku pergi."

teriak eun sol di depan pintu yang membuat seketika sung bangun dan memaki adiknya.

"Aku mau tidur berandal, sial."

teriaknya marah dan melempar salah satu gulingnya ke arah pintunya yang tertutup. Sementara suara bising sol sudah tak ada lagi di luar. Dengan berat hati akhirnya ia bangkit dari tempat tidurnya dan melihat layar ponselnya, waktu menunjukan pukul sembilan lewat empat puluh menit. ia berdiri dari tempat tidur dan melihat matahari telah bersinar begitu teriknya.hari ini lumayan cerah meski hawanya masih begitu dingin.

Sung pergi ke arah dapur dan melihat cucian piring sudah bersih tercuci oleh sol, di ruang depan di atas meja kecil dengan tudung sajinya, sung melihat ramyon panas dengan kimci dan beberapa potong sosis menghiasi mienya. Tentu saja ada sebuah nota yang terletak di sana.

"Jangan lupa persediaan di kulkas hampir habis, jika nuna ke taman nanti sekalian beli bahan makanan."

itu yang tertulis di sana , Sung mengernyitkan keningnya dan tersenyum.

"Memangnya kamu ibuku? sok dewasa sekali kata-katanya sial."

ia tertawa melihat note yang di buat oleh adiknya. Tanpa pikir panjan Sung segera makan masakan buatan Adiknya hingga habis. Ia memang suka sekali dengan makanan yang satu ini. Apalagi jika di makan di cuaca yang dingin seperti ini, sungguh membuat hati senang.

***

Sung berjalan melewati sekerumun manusia yang sibuk membeli kebutuhan mereka, memng Festival ini khusus untuk keluarga jadi yang di jual di sini juga untuk keperluan keluarga, contohnya saja ada daging atau sayur bahkan kedai makanan banyak berjejer di sana, Sung memilih membeli daging dan berbagai kebutuhan rumah lainnya, selain di sana lengkap juga harganya sangat murah. Sung merasa senang dengan acara seperti ini. Bukan melulu acara konser musik atau apa, inilah surga baginya. Ia melihat ada sebuah tempat yang menawarkan hadiah uang senilai 500.000 Won, hadiah uang yang besar baginya. Tapi begitu ia melihat temanya adalah pasangan pengantin baru. Sung mencibir papan spanduk di depannya. Tentu saja ia melakukannya, ia sedikit kecewa pada dirinya sendiri yang tak mempunyai pasangan.

"Apa-Apaan ini? apa mereka berusaha mengejekku , tak ikut tak apa ."

cibir Sung namun belum lagi pergi dari sana ada salah seorang wanita menariknya dan membawanya ke tengah panggung kontes. panggung itu tidaklah besar namun sepertinya pihak panitia benar-benar bersemangat sekali mengikuti acara ini. Sung kebingungan saat ia berada di atas panggung.

"Tenang saja kita akan mencarikan pasanganmu ya."

ucapnya dengan menjauhkan microfon dari bibirnya. Sung hanya di instrusikan untuk duduk di bagian tengah panggung.

Begitu teman presenternya mendapatkan beberapa pria dan wanita mereka segera mencarikan pasangan untuk masing-masing dari mereka.

"Mengapa aku harus bersamanya dia tampak lebih tua."

suara seorang Pria kepada seorang presenter di depannya dan ternyata yang dikatakan tua adalah Sung. Sung mendengar apa yang Pria itu katakan, giginya bergemeletuk menahan marah. Namun ia masih bertahan karen uang itu begitu menggodanya. Dan Sung menahannya.