Di pagi hari yang cerah ini, Sia berjalan melewati pagar rumahnya dengan sesekali berlompat kecil. Sia mengenakan jaket berwarna biru, dan ia menjijing tas carrier dipunggungnya. Raut bahagianya tak bisa ia sembunyikan. Sia sangat bersemangat, karena hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu.
Sambil menunggu Irma dan kakaknya yang akan menjemput, Sia menyempatkan diri untuk membaca novel yang baru ia beli minggu lalu. Larut dengan alur cerita novel yang dibacanya membuat Sia tidak sadar jika ada mobil sedan hitam mendekatinya.
"Sia!" Panggilan itu berhasil mengalihlan atensi Sia. Sia menoleh ke arah si pemanggil. Di dalam mobil, Irma sedang duduk manis di kursi penumpang.
Sia berjalan mendekat dan masuk ke dalam mobil. Lalu duduk di samping Irma.
"Hai, Sia!" Sapa Zayyan, kakaknya Irma. Zayyan mulai melajukan mobil menuju terminal.
"Hai juga, kak!" Balas Sia. "Kakak apa kabar?"
"Baik. Sia sendiri bagaimana?" Zayyan melirik cermin di depannya.
"Sia juga baik, kak." Jawab Sia.
Zayyan kembali melirik cermin. Raut khawatir timbul di wajahnya. Ia memperhatikan wajah senang Irma dan Sia lewat cermin tersebut.
"Kalian yakin akan berlibur di desa Krati?" Ada nada khawatir yang terselip dalam pertanyaan Zayyan.
"Tentu, kak. Bukankah kakak pernah bercerita pada Irma kalau desa Krati itu sangat indah? Lingkungannya juga masih sehat, bukan? Sudah pasti desa itu cocok untuk berlibur." Jawab Sia antusias.
zayyan sedikit terkejut mendengar penuturan sia. lelaki itu tersenyum kaku. "Y-ya, tentu saja." Balasnya gugup. Zayyan tertawa hambar di akhir.
Selama perjalanan menuju terminal, sia dan irma bercerita tentang banyak hal. mulai dari membicarakan apa saja yang mereka bawa di dalam tas, cemilan apa saja yang mereka bawa, dan mereka mulai merencanakan apa saja yang akan mereka lakukan di desa krati nanti.
zayyan memerhatikan kedua gadis itu. sedari tadi ia mendengar apa saja yang dibicarakan dua gadis yang duduk dikursi penumpang itu. ia ingin melarang mereka untuk pergi ke desa itu. tapi sia dan irma terlihat begitu bahagia sekarang. zayyan merasa seperti penjahat perasaan jika ia merusak rasa bahagia mereka.
"Ehem... bagaimana kalau kalian berlibur di tempat lain saja? kakak punya rekomendasi tempat berlibur lain yang lebih bagus dari desa Krati." Ujar zayyan membuat sia dan irma berhenti bercerita.
sia dan irma mengalihkan pandangan ke arah zayyan. setelah beberapa detik diam, kedua gadis itu kembali saling bercerita seakan tidak peduli dengan yang zayyan katakan. mereka hanya ingin berlibur di desa Krati.
"Irma, sejujurnya kakak tidak ingat kalau kakak pernah bercerita tentang desa Krati padamu. kapan kakak menceritakannya?" Zayyan kembali bersuara. ia menyuarakan kebingungannya sejak mendengar paparan Irma tentang dirinya yang menceritakan indahnya desa Krati.
"Hm? Apa maksudmu kak? Kakak menceritakan itu setelah kakak pulang berlibur dari sana." jawab Irma.
"Seingat kakak, kakak hanya bercerita tentang keanehan yang ada di desa itu." Ucap Zayyan sembari mengingat ingat kembali.
"Kami tetap berlibur di sana. Kami akan baik-baik saja kok. Kak Zayyan tidak perlu khawatir." Ucap Sia antusias dengan senyum sumringahnya. Zayyan hanya tertawa hambar menanggapi.
"Oh iya!" Sia berucap sambil menepuk kedua tangannya membuat dua orang bersaudara itu terkejut.
"Aku baru ingat! Semalam ada maling dirumahku."
"Bagaimana bisa?" Terdengar sedikit kekhawatiran dalam nada Irma.
"Semalam..."
flash back
Sia merasakan seperti ada sesuatu di luar yang tertabrak jendela. Sia mengintip ke luar jendela. Di sana terlihat ada seseorang dengan ukuran tubuh orang dewasa. Memakai kain berwarna hitam diwajahnya dengan tiga lubang, dua lubang di bagian mata dan satu lubang di bagian hidung.
Satu kata yang muncul di otak Sia. MALING!!
sia berteriak sekencang yang ia bisa. gadis itu berteriak maling terus menerus. tangan tergerak spontan ke arah benda benda yang ada di sekitarnya dan melemparkannya ke arah jendela. teriakan sia berhasil membangunkan sang ibu yang tertidur di kamar sebelah.
Sinta yang terbangun karena teriakan anaknya yang begitu nyaring, langsung berlari ke kamar Sia untuk memastikan anaknya itu baik-baik saja. Ia cemas apa yang terjadi pada Sia. Sinta langsung membuka pintu kamar Sia. Untungnya pintunya tidak dikunci. Sinta langsung berlari ke arah Sia yang terduduk di atas kasur sambil melemparkan bantalnya ke arah jendela. Sinta memeluk anak gadisnya itu dan bertanya ada apa.
sia menunjuk ke arah jendela. wajahnya begitu ketakutan karena maling itu. sia sangat terkejut, karena selama 16 tahun ia hidup, belum pernah ada maling yang masuk ke rumahnya. tapi di hari itu maling itu malah menampakkan wajahnya dan ingin masuk ke rumah lewat jendela kamar sia.
Sinta langsung melihat ke arah jendela yang sedikit terbuka. Sinta mendekat pelan-pelan menuju jendela. Ia mengintip ke arah jendela dan melihat seseorang dengan pakaian serba hitam berlari menjauh. Orang itu menggunakan kaus lengan pendek dan celana selutut serta sarung bermotif kotak kotak hitam hijau yang dilampirkan di pundak dan memakai penutup kepala.
Sinta menutup jendela itu dan menguncinya. Sinta kembali mendekat ke arah Sia dan menenangkan putrinya. "Tidak apa apa. Malingnya sudah berlari menjauh karena mendengar teriakanmu yang memekakkan telinga." Ucap Sinta.
Sia yang sebelumnya berwajah khawatir berubah menjadi datar mendengar ucapan ibunya. Sinta hanya terkekeh pelan. Ia memeluk putrinya dan menyuruh Sia untuk segera tidur. Lalu ia kembali ke kamarnya. sia menuruti ucapan sang ibu.
flashback end
"Untunglah malingnya pergi dan tidak jadi masuk ke rumahmu." Ucap Irma lega.
"Iya. tapi kalau diingat ingat lagi, ternyata lucu juga, haha." Balas Sia diakhiri tawa yang lumayan menggelegar di dalam mobil.
"Sia, Sia. Kamu harus lebih berhati-hati. Jangan pernah lupa untuk mengunci jendela kamarmu. Kalau tidak, kejadian seperti itu bisa terulang lagi." Kak Zayyan menasehati Sia dengan penuh wibawa.
"Hehe, siap kak. Kemarin Sia memang lupa untuk mengecek jendelanya sudah dikunci atau belum." Sia menyengir tidak tahu malu.
Kak Zayyan hanya menggelengkan kepala lalu tertawa pelan diikuti adiknya, Irma juga ikut tertawa.
Setelah berkendara sekitar dua puluh menitan, akhirnya mereka sampai di terminal. sangat tak terasa perjalanan menuju terminal karena mereka bercerita sepanjang jalan. Walaupun Zayyan sepanjang jalan merasa begitu cemas dengan kedua gadis yang ingin pergi ke desa Krati itu. Walaupun Zayyan ingin menahannya, tapi sayangnya kedua gadis itu sudah sangat kekeh untuk pergi berlibur ke sana. Zayyan hanya bisa menghela napas pasrah.
Sia dan Irma berpamitan pada zayyan. Irma memeluk kakaknya lalu menyalami tangan kakaknya. Sia ikut melakukan hal yang sama.
"Hati-hati. Jangan berbicara kasar di sana. Kalau terjadi sesuatu, cepat telpon kakak. Oke?" Zayyan memperingati dua gadis itu.
Sia dan Irma serentak mengangguk. Mereka segera masuk ke dalam bus. Sebelumnya mereka melambaikan tangan ke arah Zayyan.
(×.×)
Setelah bus mulai berangkat, Sia dan Irma bercerita banyak hal. Mulai dari musisi yang mereka sukai, gosip-gosip dari aktor dan aktris terkenal, hingga tentang orang yang Irma sukai dan bagaimana Sia melihat kuntilanak semalam. Lelah karena banyak bercerita, Sia dan Irma memilih untuk tidur sejenak.
Awalnya Sia tidak bisa tidur. Namun terdengar suara senandung yang Sia tidak tahu berasal dari mana. Awalnya Sia terkejut dan melihat ke sekeliling untuk menemukan asal dari suara merdu itu. Sia mengedarkan pandangannya dan melihat orang-orang yang ada di bus seperti menikmati senandung itu. Karena itu, sia merasa tidak ada yang aneh. Dan karena suara senandung itu sangat merdu dan menenangkan, akhirnya dia jatuh terlelap.
(×.×)
"Sia!"
Sebuah panggilan yang diikuti oleh guncangan di tubuh berhasil membangunkan Sia. sia yang baru tersadar mengucek matanya pelan. Ia melihat Irma, pelaku yang membangunkannya dari tidur nyenyaknya.
"Ada apa?" Sia bertanya masih dalam kondisi setengah nyawa.
"Lihat ini!" Irma menyodorkan handphonenya ke depan mata Sia.
Sia yang masih mengantuk, menatap layar ponsel dengan malas. Sedetik kemudian matanya melebar. Tangannya secepat kilat mengambil alih ponsel yang semula berada di genggaman Irma. Matanya kembali melotot ke layar ponsel. Dalam hati gadis itu berbatin, TIDAK MUNGKIN!!!
Di layar ponsel terlihat dirinya yang menoleh beberapa kali ke belakang. Terlihat juga dirinya yang berlari ketakutan. Ternyata kejadian semalam dimana ia melihat kuntilanak adalah prank! Itu adalah akal-akalan para pencari konten itu. Dasar!
Sia menunduk. Ia merasa lumayan malu. Walaupun biasanya ia suka ngereog, tapi tetap saja malu dilihat oleh banyak orang ketika ketakutan seperti itu. Apalagi para pencari konten itu tertawa terbahak-bahak.
"Dasar pencari konten tidak berguna!"