Kala dua jiwa saling menyapa
Getaran tercipta menghadirkan rasa
Bagai misteri yang terpecahkan
Begitulah hati saling menemukan
Ghifary Park
Ketenangan adalah satu dari sekian hal yang sangat disukai orang, termasuk juga dirinya. Tapi ketenangan adalah hal yang sangat sulit dia dapatkan, bahkan untuk singgah barang sebentar dikehidupannya saja seakan tidak sudi, apalagi biangnya ribut dan pembuat onar selalu hadir dan menempel padanya, siapa lagi kalo bukan mahluk cantik bernama Leta.
Dia keluar untuk menghindari keributan yang sudah pasti akan terjadi selepas sahabat satu-satunya itu bagun dari mimpi indahnya dan disinilah dia sekarang. Jalan-jalan di pagi hari memang menyenangkan, menghirup udara yang segar sekaligus mamanjakan mata dengan berbagai jenis bunga yang mekar dengan indah sungguh membuat nyaman.
Bruk!
Terdengar suara barang jatuh dari arah belakang, yang seketika itu juga membuatnya mengalihkan perhatianya ke arah suara itu.
Astaga … Lihat saja, pagi-pagi begini dia sudah disuguhkan drama anak-anak. Tiga lawan satu ? wah, dunia memang panggung kehidupan, bahkan anak-anakpun ahli dalam membully dan main kroyokan.
Tapi bukannya ketenangan yang dia dapatkan justru keributan lain yang menghampirinya.
"Dia kan tidak punya ibu. Kasihan sekali kan teman-teman. Haa haa haa haa "
Terlihat salah seorang anak laki-laki berambut plontos berkata kepada kedua temannya sembari tertawa
"Hey lihat, dia diam saja. Apakah dia menangis? dasar cengeng."
"Mau aku punya ibu atau tidak, itu bukan urusan kalian"
Anak laki-laki yang menjadi target bullyan teman-temannya itu kini menjawab dengan nada datar yang tidak mampu dibayangkan bisa diucapkan oleh anak-anak seumurannya.
"Wah, dia sok keren lagi" "hey Arka jika kamu tidak mau kami pukul jangan dekat-dekat dengan Ianna kami lagi" ancam anak laki-laki bermata sipit kepada anak itu
Astaga, mereka semua ribut dan mengatakan hal-hal menyakitkan kanya karena seorang gadis kecil? sungguh konyol. Hah, waktunya kini terbuang percuma hanya untuk menonton drama picisan seperti ini.
"Wah, sedang apa anak-anak manis seperti kalian berada ditaman dijam sekolah seperti ini ? Kalian membolos ? "
"Apa ? ti..tidak. kami tidak membolos. Kami hanya keluar sebentar mencari dia." Tunjuknya dengan wajah panik
"Benarkah?"
"Be..benar, ka.. kalo tidak percaya ya sudah. Ayo kita pergi teman-teman!" Setelah mengatakan hal itu, anak laki-laki dengan mata sipit itu berteriak dan mengajak teman-temannya untuk kabur.
Selapas teman-teman sekolahnya pergi, anak itu kini diam membisu tanpa ekspresi.
"Aku tidak butuh bantuanmu!" ucapnya tiba-tiba sembari menatapnya dengan tanpa minat
"Siapa yang membantu siapa ?" Tanya Athena memprovokasi anak itu
Sekarang Athena terlihat tersenyum penuh makna kearahnya. Anak itu sangat tidak sopan, tapi dia sangat menghibur lebih dari yang dia bayangkan.
"Cih, menyebalkan"
Setalah mengatakan itu, kini dia pergi bahkan tanpa menengok ke arahnya sekalipun, dia bahkan meninggalkan tasnya yang tadi sempat di jauhkan oleh teman-temannya. Sungguh anak yang menarik.
Ternyata tidak buruk juga meninggalkan Leta, paginya menjadi sangat menghibur meskipun bukan ketenangan yang dia dapatkan. Sejujurnya dia melihat sebagian dirinya pada anak itu. Seorang anak dengan usia yang sangat belia, menampilkan sorot mata yang sarat akan kesepian yang mendalam lewat bola matanya yang jernih itu, sungguh menyakitkan.
"Tapi tunggu, sejak kapan mobil hitam itu ada disana ?"
"Oh, Shit !"
Athena kini mengumpat pada dirinya sendiri sembari berlari menyusul anak itu sebelum terlambat.
.
.
Cklek... Greb
Hmmpt!... hmmpt! ... hmmpt!..
.
.
.
Sial, dia terlambat. Terlihat anak itu terus mencoba memberontak dan meminta pertolongan. Tidak ada pilihan lain, dengan kondisinya saat ini Athena tidak punya pilihan selain menolongnya dengan segala cara, apapun yang terjadi dia harus menolong anak itu. Dia bisa saja membiarkannya, tapi hatinya mengatakan untuk menolong anak itu.
Terlihat Athena mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, dan tiba-tiba…
Argghh...
Brukk! ... Brukk!
.
.
Seketika pria yang mencekal anak itu jatuh tidak sadarkan diri, hal itu terjadi begitu saja dan tentunya sukses membuat Dua pria lainnya tercengang.
"BRENGSEK, siapa yang melakukan ini" teriak salah seorang pria yang kini mencekal anak itu yang hendak melarikan diri
"Menculik bukanlah pekerjaan yang menjanjikan, kalian itu bodoh atau memang idiot?" Pancing Athena sengaja memprovokasi mereka.
"Sialan, kau yang akan mati jika ikut campur masalah ini!" ucapnya memakan umpan Athena sembari mendorong anak itu agar masuk kedalam mobil dan meguncinya "Bunuh wanita itu!" ucapnya memberi komando kepada rekannya untuk menyerang Athena bersamaan
.
.
Bukh!... Bukh!.. Bukh!..
.
.
Mereka kini terlihat terengah-engah menghadapinya, salah satu pria yang berkulit lebih hitam terlihat mengeluarkan pisau lipat dari dalam saku jaketnya dan menyerang Athena dengan cepat.
"Awas" teriak Arka dari dalam mobil sembari melihat Athena dengan wajah khawatir
Naasnya, pisau yang dipegang oleh pria itu mendarat dipergelangan tangannya dan menorehkan luka yang lumayan menyakitkan. Athena kini senyum penuh niat membunuh pada pria sialan yang dengan beraninya menggoreskan luka pada tubuhnya.
"Cih, kau akan mati jika berurusan dengan kami" salah seorang pria dengan bekas luka di pipinya berteriak mengancam sembari berlari menerjangnya.
Bukh!... Bukh!.. Bukh!..
Meski darah terus keluar dari tangannya, tapi hal itu tidak membuatnya melemah. Athena mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya dan menembakan sesuatu kearah dua pria itu secara bergantian. Satu diantara pria itu langsung jatuh tak sadarkan diri.
"Brengsek, siapa kamu ?"Salah satu dari mereka kembali bangkit mencoba menyerang. Tanpa membuang waktu Athena menendang pria itu hingga terlempar jauh dan terkapar tak sadarkan diri.
Mereka semua kini lumpuh seketika, tanpa perlu membuang tenaganya secara berlebih. Yah, meskipun lengannya terluka, tapi bukan hal yang perlu dikhawatirkan, dia bahkan pernah hampir mati jadi luka kecil seperti ini hanya hal sepele .
Brakk! Brakk!
Terlihat Arka kini menggedor kaca mobil sembari menangis melihatnya, Athena kini berjalan menghampirinya yang terlihat begitu syok.
Hiks..Hiks. Hiks...
"Hey jagoan, apa kau baik-baik saja ? " tanya athena sembari membuka pintu mobil, dan mengangat arka keluar dari mobil itu.
"A..a.. aku.. hiks... aku… hiks .." ucapnya terbata-bata sembari menatap Athena dan luka dilengannya secara bergantian.
Bruk!... Grep!...
Anak itu kini menubruk dan memeluk Athena dengan tangisan yang semakin kencang, dengan terbata-bata dia mengucapkan rentetan permintaan maaf atas luka yang diterimanya dan juga ucapan terimakasih karena telah menolongnya dan tidak pergi meninggalkannya sendirian.
"Ma..maafkan aku, kau terluka ka.. karena menolongku. Ku pikir a.. aku tidak akan se..selamat. aku.. aku, hiks.. hiks.."
"Tenanglah, ada aku disini. Semuanya akan baik-baik saja"
Dia kini mencoba menenangkan anak itu sembari menepuk punggungnya dengan lembut.
"Ta.. tanganmu terluka, itu pasti sakit"
Dia kini memandang lukanya penuh rasa bersalah. Dia terisak kecil dan meminta maaf lagi untuk kesekian kalinya.
"Ini hanya luka kecil, tidak perlu khawatir. Ah, aku belum tahu siapa namamu kiddos ?"
"Arka, namaku Arka Daren Ru.. ru...."
ucapannya tiba-tiba terpotong oleh teriakan seseorang yang memanggilnya dengan kekhawatiran yang sangat kentara
"Tuan muda.. tuan muda.. tuan muda" Terlihat seorang pria paruh baya menghampiri meraka dengan tergesa-gesa dengan peluh yang membanjiri wajah tuanya.
"Tu..tuan muda, anda baik-baik saja? saya dan nyonya mencari-cari tuan muda karena tuan muda tidak terlihat disekolah. Ka... kami takut terjadi hal yang buruk."
"A..aku baik-baik saja, ta..tapi dia terluka karena menolongku dari me.. mereka" ucapnya sembari menunujuk sekumpulan pria yang tak sadarkan diri
"ya Tuhan, terimakasih nona sudah menolong tuan muda. " ucapnya penuh rasa terimaksih sembari menatap syok sekumpulan pria itu. Kemudian dia mengalihkan padangannya kearah Athena kembali "Perkenalkan nona, saya Henri supir tuan muda. Terimakasih karena nona berada di sisi tuan muda kami" ucapnya penuh rasa syukur
" Pak Henri, nenek ada dimana ?" ucap arka tiba-tiba
"Nyonya akan segera datang, beliau sedang menghubungi ayah tuan muda"
Sembari menunggu keluarga Arka datang, dia dan pak Henri mengikat pria-pria sialan itu agar tidak kabur, sejujurnya Athena yakin mau diikat ataupun tidak mereka tidak akan bangun dalam waktu dekat, semua barang pemberian Felix selalu memberi efek yang mematikkan jadi tidak perlu ada yang dikhawatirkan.
Drap!Drap!Drap!
Seorang wanita paruh baya yang terlihat cantik di usianya kini menghampiri Arka dengan raut wajah khawatirnya.
"Arka, cucu nenek! Kamu tidak apa-apa sayang?" Ucapnya sembari mengecek apakah ada luka di tubuh anak itu
"Hmm, aku baik-baik saja nek"
"Syukurlah" ucapnya lega setelah melihat bahwa cucunya baik-baik saja
Arka kini melepaskan tangan neneknya dan berjalan menghampiri Athena yang berjalan besama Pak Hen dan dia langsung memeluknya dengan nyaman.
Terlihat wanita paruh baya itu kini memandang Athena dengan penuh tanya, seolah meminta penjelasan tentang siapa gerangan wanita yang sedang di dipeluk olah cucunya itu.
"Maaf nyonya, nona ini adalah orang yang telah menolong tuan muda dari orang-orang yang hendak menculiknya"
Pak Hendri terlihat menjelaskan semua kejadian yang menimpa Arka sembari menunjuk sekumpulan pria yang telah terikat.
"Oh my God" ucapnya sembari menutup mulutnya. Dia terlihat syok, kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah Arka dengan penuh rasa syukur.
"Semua baik-baik saja nyonya, Arka hanya syok. Karena nyonya sudah disini sepertinya saya harus segera pamit, saya harus kembali sesegera mungkin"
"Terimakasih sudah menolong cucuku, kau juga terluka karena melindunginya. Sekali lagi terimakasih nona."
Dia terlihat memandang khawatir kearah lukanya yang sudah berbalut kain.
"Nona, sepertinya kita perlu ke rumah sakit. Lukamu sangat mengkhawatirkan"
"Ah, tidak perlu nyonya. saya baik-baik saja. Cukup jaga Arka dengan baik nyonya. Dia masih syok karena kejadian itu"
"Ka.. kau akan pergi meninggalkanku...?"
Terlihat Arka memelas dengan wajah yang lucu. Dia seolah enggan untuk berpisah dengan Athena.
"Kemana perginya sijagoan yang tadi mengacuhkanku?'' goda Athena mengingatkan pada kejadian sebelum penculikan itu terjadi
"Ma..maafkan aku, karena sempat tidak sopan padamu" ucapnya sedih, Arka kini meminta maaf atas sikapnya yang kurang sopan pada Atena sebelumnya.
"Tidak masalah, jadilah jagoan yang bisa melindungi dirimu sendiri. Aku harus pergi, seseorang sedang menungguku"
Dia menepuk lembut kepala Arka dan memeluknya sebentar sembari berpamitan.
"Tunggu... aku belum tahu namamu tante?" tanyanya dengan nada sedih
"Athena, ingatlah nama itu baik-baik kiddos" Dia lalu menepuk pipi Arka lembut dan berlalu meninggalkannya, tak lupa dia juga berpamitan kepada seorang wanita dan pria paruh baya yang berdiri di sebalah Arka yang tengah memandangnya dengan tatapan yang penuh arti.
Kala hati menyapa
Hadirlah selaksa kerinduan
Akan sebuah rasa percaya
Yang membuahkan harapan
.
.
.
Dalam kisah yang telah tertuang
Tersaji panggung kehidupan
Kala narasi telah tertuliskan
Takdir seolah digariskan
.
.
Plumeria Hospital
(Satu jam sebelum kejadian penculikan)
dretttt... dretttt.. dretttt
.
.
Ibu? Tumben sekali beliau menelpon di jam segini, sepertinya ada hal penting yang ingin beliau sampaikan.
" Ha.. halo Noah, Arka Noah.. Arka" terdengar suara khawatir dari seberang telefon
Ibunya kini terdengar begitu panik dan khawatir, ini buruk firasatnya mengatakan hal itu
"Bu, coba tenangkan diri dulu. Bicaralah pelan-pelan"
"Arka... Noah, dia... dia hilang. Saat ibu ingin menjemputnya dia sudah tidak ada disekolah, cepat kamu kesini ibu takut terjadi hal buruk pada cucu ibu"
"Noah akan sampai disana secepatnya bu, ibu jangan panik dan tetap cari Arka semampu ibu, semuanya akan baik-baik saja Noah janji"
Pertama Jery dan sekarang Arka. Dia tahu ibunya pasti memiliki kekhawatiran yang berlebih semenjak tragedi kelam yang membuat kakaknya meninggalkan mereka untuk selamanya, dan harta berharga satu-satunya yang ditinggalkan kakaknya sekarang sedang dalam bahaya . Dia ceroboh, karena sempat lengah.
"Ada apa Naoh? apa yang terjadi dengan Arka ?"
Adam kini bertanya kepadanya sembari memastikan sesuatu yang tadi sempat didengarnya.
"Arka hilang, mereka tidak hanya menargetkan Jery tapi juga Arka. Aku pergi dulu, aku tidak punya banyak waktu!"
"Aku ikut denganmu, kau pasti membutuhkan bantuanku. Masalah Jery, ada Jordy dan Samm yang menjaganya saat ini. Ayo kita bergegas ..."
Kembali ke waktu saat ini
"Noah, itu Arka dan juga tante Alya" tunjuk Adam dari dalam mobil pada seorang wanita paruh baya yang sedang memeluk anak kecil yang dia yakini sebagai ibu dan juga Arka keponakannya yang sudah dia anggap seperti anaknya sendiri.
Cklek! Brakk!
.
.
Sesaat setelah mereka membuka pintu mobil, mereka dikejutkan dengan segerombolan pria yang tergletak tak sadarkan diri dengan tali yang mengikat erat disekujur tubuh mereka. Sebenarnya apa yang telah terjadi disini ?... itulah pertanyaan yang terbesit dibenak seorang Noah dan Adam melihat hal itu.
"Ibu, Arka, kalian baik-baik saja ?"
"Daddy!"
"Kau tidak apa-apa jagoan?"
Dia kini memeluk Arka, harta paling berharga didalam hidupnya sembari memastikan apakah ada luka di tubuh kecilnya itu.
"Hmm.. aku baik-baik saja Daddy"
"Bu, sebenarnya apa yang terjadi?"
Noah kini bertanya pada ibunya sembari memberi kode lewat tatapan yang dia berikan kepada segerombolan pria yang terkapar tak berdaya yang tadi sempat dilihatnya.
"Mereka yang kalian lihat itu, adalah orang-orang yang berniat menculik Arka. Tapi Tuhan begitu baik sehingga mendatangkan seseorang untuk menolong Arka dan membuat mereka menjadi seperti itu"
"Seseorang..? siapa tante ?" tanya Adam penuh dengan rasa penasaran
"Dia tante cantik"
Jawaban itu justru datang dari Arka dengan senyum merekah menjawab pertanyaan Adam
"Tante cantik ?"
Noah bertanya dengan heran, sejak kapan Arka bisa memuji seorang wanita bahkan dengan kata "Cantik". Dia tau, Arka benci dengan semua wanita yang dia temui kecuali neneknya.
"Hmm, cantik "
Arka menjawab dengan semangat dan terdengar begitu ambigu. Noah kini menatap penuh tanya pada ibunya dan hanya anggukan kepalalah yang dia dapatkan dari beliau. Wah, apa-apan mereka berdua ini.
"Kau urus mereka Adam, aku akan membawa ibu dan Arka pulang terlebih dahulu."
"Tentu, berhati-hatilah Noah"
.
.
.
Ya, para pria itu tidak akan lolos dari interogasi seorang Adam. Permasalahan ini tidak bisa mereka diskusikan didepan Ibunya dan juga Arka. Mereka salah telah berani bermain-main dengan seorang Noah, hanya kehancuran yang akan mereka dapatkan karena telah mengusiknya. Orang-orang sialan itu hanya belum tahu siapa Noah yang sesungguhnya.
.
.
.
.
Apartemn Sankarea
Terlihat seorang wanita cantik sedang mondar-mandir sembari menelpon seseorang yang tak kunjung mengangkat telepon darinya.
"Benar-benar ya, aku tidur sebentar saja dia sudah pergi meninggalkanku seorang diri begini!" cerocos Leta sembari menatap frustasi ponselnya
Pip! pip! pip!
Cklek!
.
.
Terdengar suara pintu yang dibuka dan menampakkan seorang wanita yang berjalan masuk dengan santai sembari membawa sekantong plastik makanan.
"Kau kemana saja Athena ?" " Oh my God,ada apa dengan lenganmu itu? Apa saja yang kau lakukan diluar sana sampai terjadi seperti ini? apa yang sebenarnya kau fikirkan hah? " tanya Leta bertubi-tubi sembari menatap horor pergelangan tangannya
"Cuma jalan-jalan"
" Cuma kau bilang?" Argghh, dasar gila"
Leta terdengar begitu frustasi sembari mengacak-acak rambut panjangnya atas jawaban singkat yang Athena berikan tak lupa dia segera bergegas mengambil kotak P3K.
"Duduklah." Perintahnya kalem sembari menatap Leta yang sedang menghampirinya. Ini adalah kode bahwa dia akan menjawab semua pertanyaan yang ada dikepala teman cantiknya itu.
"Jadi.. apa yang sebenarnya terjadi padamu selama aku tidur ?"
Leta kini mengajukan pertanyaan pertamanya sembari memandang penasaran pada lukanya yang kini tengah dia perban.
"Hanya menolong seorang anak dan ini hadiahnya"
"Sebenernya kau hendak pergi kemana? Benarkah hanya jalan-jalan?"
"Yah, kenyataannya memang seperti itu"
"Huft, aku khawatir padamu Athena. Meskipun kau sebenarnya bukan orang yang perlu ku khawatirkan, Tapi bodohnya aku selalu khawatir padamu." Jelas Leta menyuarakan isi hatinya
"Kau kan memang bodoh"
"Haish, kau itu ya, aku ini pin-" ucapan Leta terhenti begitu dia mendenganya menyabutkan nama seseorang
"Felix, dia memberiku sesuatu yang sangat berguna." Athena lalu melemparkan kotak hitam kecil ke arah Leta.
"Bukankah ini eksperimennya yang baru ?"
"Hmm, Felix memang bisa diandalkan. Aku sudah mencobanya saat menolong anak itu."
Sejujurnya Athena senang melihat respon yang selalu diberikan Leta jika mereka sedang membahas tentang Felix. lebih tepatnya ini seperti hiburan tersendiri untuknya
"Tunggu dulu, jika itu yang terjadi. Orang-orang itu pasti akan mencari tahu tentangmu, terutama yang berhubungan dengan benda ini"
Leta kini terlihat khawatir, dia memandang kotak kecil itu dan Athena secara bergantian.
"Tidak perlu khawatir, itu bukan benda sembarangan. Mereka hanya akan mengira kalau aku melumpuhkan orang-orang itu murni hanya karena sebuah perkelahian. Benda ini tidak meninggalkan jejak, tapi sangat mematikan untuk melemahkan seseorang"
"Syukurlah kalau begitu. Yah,ku akui orang itu memang kadang berguna" Leta terlihat menghela nafas lega dan terlihat cukup enggan untuk memuji Felix
"Kau makanlah dulu, kemudian segeralah bersiap, setelah ini kita harus pergi menemui seseorang"
.
.
.
Takdir seolah bercerita
Merangkai kata takterduga
Lewat sebuah kebetulan
Yang menciptakan keterikatan