Sudah lima hari berlalu, namun Heros belum juga ingin pindah dari desa Nogyo. Siluman itu merasa belum yakin tubuhnya baik-baik saja. Jadilah ia hanya tidur-tiduran di batang pepohonan hutan seperti biasa.
Ia tidak tahu jika hari ini sedikit berbeda.
"Heros!!!"
"Heros!!"
"Heroooossssss!!!!"
"Hm," sahut Heros masih memejamkan matanya.
"Astaga! Apa aku perlu mematukmu dulu baru kau membuka mata?!" Kara menatap kesal pada Heros yang tak menanggapinya dengan serius. Padahal sedari tadi ia sudah berteriak-teriak sampai serak.
"Katakan … apa maumu?" Heros membuka sebelah kelopak matanya. Menatap burung gagak yang hinggap disalah satu cabang pohon tempat Heros merebahkan badannya.
"Ada manusia yang kesini!"
"Ma-manusia?!" Heros segera bangkit dan duduk. Sejurus kemudian ia melompat ke tanah dan berjalan meninggalkan Kara.
"Kau mau kemana?" buru-buru Kara bertanya.
Heros melambaikan tangannya keatas, "Tentu saja aku mau pindah."
"Lagi?" Segera Kara terbang mendekati Heros.
"Kenapa kau selalu berpindah? Kenapa tak menghadapi mereka saja?"
"Tak usah banyak tanya, Kara," tukas Heros lagi.
"Hah, kalau dipikir-pikir. Jika bukan karena manusia kau tak akan hidup menderita begini seka—"
"Cukup, Kara!!" potong Heros.
Kara menarik napas panjang. "Baiklah. Aku tak akan membahasnya lagi."
"Jadi kau mau kemana?"
Heros menghentikan langkahnya. Ditatapinya Kara yang masih terbang merendah didekatnya.
Kemudian dengan bola mata yang membulat, Heros mengangkat salah satu lengannya dan mengarahkan cakar pembelah mautnya ke arah Kara.
"Arrgghhh!!!"
Panah itu terbelah menjadi dua. Heros berdiri dengan posisi bersiap kembali.
Kara nampak begitu kaget akibat tebasan cakar Heros yang ternyata bukan untuknya.
Tebasan itu nyatanya untuk menghalau panah yang melaju mengarah pada Kara. Kara sempat berpikir Heros akan membelahnya menjadi beberapa bagian karena terlalu banyak bertanya.
"Sudah ku duga! Kau juga siluman seperti gagak itu!" teriak seorang pemuda yang keluar dari balik pohon. Pemuda itu membawa busur di tangannya. Terlihat jelas jika ia hanyalah manusia biasa.
Mendengar perkataan pemuda itu, Heros hanya pergi saja dengan santai.
"A—apa-apaan dia? Dia mengabaikanku?"
"Tunggu!!!" serunya dengan kesal.
Pemuda itu berlari mendekati Heros namun tetap menjaga jarak beberapa meter darinya. Ia tetap harus waspada sekarang jika ingin nyawanya selamat karena bisa saja siluman itu membunuhnya dalam jarak dekat. Melihat bagaimana tadi panahnya dapat terbelah hanya dengan cakaran dari kuku-kuku tajam Heros.
Heros memutar badannya melihat pemuda itu menghampirinya.
"Jangan menggangguku. Aku sedang tak mood untuk mengotori tanganku dengan darahmu," ucap Heros lalu berniat pergi lagi.
"Katakan kau siapa?" tiba-tiba pemuda itu bertanya.
Dahi Heros berkerut karenanya. Ia berbalik lagi.
"Memang apa urusanmu? Juga kau tak takut padaku?"
"Hahahahaha." Pemuda itu terbahak-bahak sambil menunjuk dirinya. "Aku? Takut padamu? Tak akan! Justru kau lah yang harus takut padaku!"
"Aku adalah pemburu siluman dari desa Yajirushi," kata pemuda itu lagi sambil menyombongkan dirinya.
"Namaku adalah Rai!!!" Rai berteriak dengan lantang.
"Heros? Bukankah kita tak bertanya padanya? Mengapa dia terlalu banyak mengatakan biografi hidupnya? Kita bahkan tak ingin tahu itu." Kara yang bertengger dibahu Heros langsung berbisik dengan suara yang agak keras.
"Hei! Aku bisa mendengarmu gagak!" seru Rai dengan kesal karena sepertinya kedua siluman itu tak begitu mengkhawatirkan status Rai sebagai pemburu siluman. Mereka justru enteng saja kasak kusuk didepan Rai dengan berbagai pembicaraan lain.
"Lagi-lagi aku diabaikan?!" batin Rai makin kesal.
"Hoiii!!!!! Aku berbicara pada kalian tahu!!!"
"Sudah lah. Jangan berisik! Kenapa menahanku? Ada apa?" Wajah Heros menjadi datar.
"Apa? Bisa-bisanya kau melewatkan perkenalanku yang panjang lebar itu … sudah aku katakan, aku ini pemburu siluman," jawab Rai.
"Lalu kenapa?"
"Aku ingin bertarung denganmu!!!" teriak Rai sambil mengarahkan busurnya pada Heros.
"Hahahahaha!!!" Kali ini gelak tawa terdengar dari arah Heros. Namun bukan ia yang tertawa melainkan Kara.
"Kau yakin mau melawan Heros?" tanya Kara setengah mengejek.
"Tentu saja!!!"
Dua panah langsung melayang sekaligus disusul lagi dengan tembakan panah-panah berikutnya, namun Heros dapat menghindarinya dengan mudah. Ia cukup bergeser sedikit ke kanan dan kekiri dari tempatnya tadi. Tubuhnya benar-benar terlihat seringan angin. Sedang Kara sudah terbang tinggi ke atas, takut kena tembakan Rai yang sudah diselipkan kertas mantra.
"Tak ada yang kena?" batin Rai. Tangannya lagi dengan cepat memasang anak panah ke busur dan melepaskannya dengan gesit. Namun kegesitan anak panah itu tetap tak bisa mengalahkan gerakan Heros yang semakin mendekat padanya.
"Di-dia cepat sekali!!!"
Sekejap mata tangan Heros sudah mencengkeram leher Rai, menekannya ke tanah.
Bruukkkk!!!
"Argh!" Rai jatuh terlentang ke tanah karena hantaman Heros.
"Si-si-al!!!" Mata Rai bergoyang berpikir Heros benar-benar akan membunuhnya. Namun Heros melepaskan tangannya dan menatapnya dengan tajam.
Sepersekian detik jantung Rai rasanya berhenti berdetak. Apalagi melihat Heros segera berdiri dengan tatapan menyeramkannya.
Heros menekan dada Rai dengan kaki kirinya. Rai hanya bisa menatap wajah Heros dari bawah sambil memegangi kaki siluman itu yang terasa makin menghimpit jalan napasnya. Meski peluh sudah membanjiri tubuhnya akibat ketakutannya, Rai mencoba untuk tetap terlihat tenang.
"Sudah aku katakan untuk jangan menggangguku," sergah Heros makin menekan ujung kakinya membuat Rai terbatuk.
"Sudah, Heros! Kau bisa membunuhnya!" teriak Kara melihat Heros yang benar-benar emosi. Heros pun menyingkirkan kakinya. Kemudian melangkah pergi.
"Uhuk uhuk uhuk."
'Ternyata dia cukup kuat. Aku baru pertama kali melihat siluman yang berbentuk manusia begitu. Aku pikir dia akan lebih lemah dari siluman-siluman yang ku basmi sebelumnya' batin Rai memegangi dadanya.
"Baiklah! Kalau begitu rencana kedua!"
Fiuuiittttt!!!
Rai bersiul memberi kode entah pada siapa. Dan seketika itu sebuah jaring besar yang tertimbun dalam dedaunan yang dipijaki oleh Heros tertarik ke atas. Heros terperangkap dan tergantung diatas pohon di dalam jaring yang terbuat dari besi itu.
"Kena kau!" ujar Rai penuh semangat.
Heros meronta terus bergerak mencoba melepaskan dirinya. Namun sama sekali tak bisa. Rupanya jaring itu sudah dipasangi beberapa kertas mantra pengusir siluman.
"Heros!!" teriak Kara terkejut Heros terjebak di dalam sana.
Teman-teman Rai yang tadinya bersembunyi pun keluar dan memanah Kara. Untungnya siluman gagak itu dapat menghindarinya, lalu cepat-cepat terbang tinggi.
Saat mereka hendak memanah Heros yang terjerat di dalam jaring, tiba-tiba terdengar dentuman yang sangat dahsyat dari arah desa Nogyo yang letaknya tak jauh dari hutan tempat mereka berada.
"Apa itu??!!!"
Semua yang ada disana melayangkan pandangan kearah desa yang mulai terlihat terbakar dan suara jeritan minta tolong terdengar dimana-mana.
"Silumann!!!"
"Tolooongggg!!! Ada siluman!!!"
"Arrgghhh!!! Tolooongg!!!"
"Siall!! Ulah siluman lagi!! Entah siluman apa lagi sekarang!!" Rai segera bangkit dan memunguti panahnya.
"Ayo!!" serunya pada teman-temannya yang lain. Mereka pun bergegas pergi menuju desa Nogyo.
"Hei! Kau belum melepaskanku!"
Rai berbalik dan tersenyum pada Heros yang meneriakinya.
"Aku tak akan melepasmu. Kau juga siluman. Aku tak bisa membahayakan manusia lain," katanya sambil berlalu pergi.
"Hei!!! Hei!!"
"Arrggghh!!! Apa-apaan manusia bodoh itu! Memang bisa mengalahkan siluman dengan kekuatannya yang tak seberapa." Heros berdecih dan ngomel sendiri melihat semua manusia itu meninggalkannya disana sendirian. Bahkan Kara pun tak terlihat.
Kepulan asap semakin terlihat membakar desa Nogyo. Namun tingginya pepohonan hutan membuat Heros tak dapat melihat dengan lebih jelas amukan api yang membakar seluruh desa.
Saat Heros mencoba lagi untuk keluar dari perangkap itu, terlihat seekor kelabang raksasa berkepala seperti manusia namun sangat menyeramkan berdiri disekitar desa.
Kelabang yang berukuran sangat besar sekitar 433 kaki itu menyemburkan angin dari mulutnya sehingga kobaran api semakin besar dan lebih cepat merambat.
"Itu …." Mata Heros membelalak.
"Monmu!!!"
*****
Monmu? Siapa itu?!
Menurut kalian siapa? Yuk tulis di kolom komentar...
Jangan lupa sapa Heros ya..