webnovel

Obsession

Karel dan kedua temannya saling pandang kearah dean yang tengah termenung menatap kosong keluar jendela.

"Kasian gue lama lama liatnya" ucap aryo.

Sedetik kemudian dean beranjak keluar kelas diikuti tatapan bingung ketiga temannya.

Hampir seminggu lebih belakangan ini, dean kerap tampak termenung di kampus, tak fokus saat mengikuti kelas, juga tak lagi berkumpul dengan teman temannya.

Dean tiba diseberang florist, namun dia tak turun. Hanya memandangi dari dalam mobilnya, dara tengah melayani seorang pelanggan didepan.

"Aku kangen banget sama kamu" batinnya.

Sejak pertemuan terakhir mereka, keduanya menjaga jarak sementara untuk meredam gosip yang masih setengah beredar di kampus dean.

Dean menyandarkan kepala, memejam sejenak. Airmatanya perlahan menetes dari kedua ujung matanya.

[POV]

"Aku gak mau putus, sayang" dean setengah terisak menatap dara.

"Kita gak putus, cuma break zian. Kita ga usah ketemu dulu sementara.."

Dean memeluk dara sangat erat, membuat gadis itu enggan melanjutkan ucapannya.

"Aku gak mau. Kita baru ketemu, masa harus nahan buat ketemu kamu lagi, aku gak bisa" protes dean.

"Zian, dengerin aku dulu" bujuk dara.

Lelaki itu enggan melepas pelukannya, membuat batin dara sesak. Tangannya terus mengusap puncak kepala dean, yang mendekap tubuhnya semakin erat seperti koala.

"Aku gak bisa, aku gak mau sayang" lirihnya.

"Zian, denger dulu. Aku mau ngomong" ujar dara lembut.

Beberapa saat dean akhirnya menguraikan pelukannya, menatap lekat dara dengan tatapan sendu.

"Cuma sementara, sayang. Kalo keadaanya udah membaik, kita bisa ketemu lagi" ucap dara tersenyum sembari menyeka pipi basah dean.

"Kamu tau sendiri kan jave kaya apa, dia bisa lebih gila daripada ini. Aku percaya kamu bisa jagain aku, tapi kamu juga harus mikirin diri kamu sendiri, reputasi kamu dikampus, keluarga kamu" jelas dara.

Dean tertunduk lesu, sambil menggenggam erat tangan dara.

"Aku gak..." kalimatnya tertahan, airmatanya akan menetes lagi jika dara tak cepat menangkup wajahnya.

"Kamu bisa, pasti bisa. Aku percaya" ucap dara menatap netra sendu dean.

"Kamu janji kita cuma break, gak putus?" tanya dean.

Dara mengangguk, tersenyum lebar untuk meyakinkan kekasihnya. Lantas, mengecup agak lama bibir dean.

"Aku janji" ucap dara.

[Selesai]

Tok tok! Kaca jendela mobilnya diketuk seseorang dari luar, membuat dean kaget membuka mata. Ternyata delio.

Dean lalu turun menemui lelaki itu yang berdiri diluar pintu mobilnya.

"Udah hampir setengah jam lo didalem. Gue tungguin gak masuk masuk" celoteh delio.

"Ah iya, gue ketiduran" jawab dean asal.

Keduanya masuk kedalam cafe, namun tatapan dean tak lepas memandang kearah seberang, dara sudah masuk lagi kedalam florist.

"Lo kesini mau nyamperin cewek lo ya" goda delio.

Dean tersenyum getir, berwajah datar.

"Lo ada masalah?" tanya delio yang peka.

Dean terdiam sesaat, kembali menatap ke seberang. Netranya seketika membelalak melihat jave yang baru saja tiba, langsung masuk kedalam florist.

"Gue harus pergi dulu" ucap dean beranjak.

Langkahnya tertahan saat delio menyuruhnya duduk kembali.

"Sabar dulu bro, masalah gak akan selesai pake kekerasan" ujar delio.

Kedua tangan dean dibawah sana sudah mengepal erat. Delio menepuk bahu dean agar lelaki itu tenang.

Sementara didalam sana, hanya ada dara dan jave. Gian tengah mengantar pesanan, dan beberapa pelanggan baru saja pergi.

"Ternyata lo nurut juga" ucap jave mendekat pada dara yang tengah sibuk dengan pekerjaannya.

Gadis itu enggan menanggapi, bersikap seolah tak menyadari kedatangannya. Jave semakin mendekat, hingga hanya beberapa senti dihadapan dara yang masih tak mau menatapnya.

"Kalo lo nurut gini, gue gak harus pake cara kasar" bisiknya di wajah dara.

Jave kembali menjauhkan wajahnya, beralih melihat lihat bouqet di etalase. Dara meliriknya sejenak, menatap keluar jendela.

"Semoga zian gak tau" batinnya.

Saat dara beralih duduk di sofa, lelaki itu juga ikut duduk disampingnya. Pun, saat dara akan beranjak, tangannya ditahan oleh jave.

"Duduk disini" titah lelaki itu.

Gadis itu diam berdiri mematung.

"Gue gak mau pake cara kasar, dara. Duduk gue bilang" ucapnya lagi.

Dara dengan terpaksa kembali duduk disampingnya, hingga mengukir senyum puas diwajah lelaki itu.

"Lo udah putus sama dia?" tanya jave.

Dara hanya bergeming, terus menatap keluar jendela.

"Dara, jawab gue! Kalo gak.." ucapannya tertahan saat dara menoleh padanya dengan tatapan tajam.

"Apa? Lo mau ngapain lagi? Mau pake cara kotor apalagi? Hah!" bentak dara.

Sepasang mata elang tajam yang lekat menatapnya itu, tak membuat dara takut lagi.

"Si brengsek itu bener bener udah ngerubah lo, ya" ucap jave tersenyum smirk.

Saat baru saja beranjak, tangan dara kembali ditarik oleh jave hingga jatuh kepangkuan lelaki itu.

"Jangan bikin gue makin marah, atau lo bakal liat gue pake cara lain yang bakal bikin lo bener bener nurut sama gue" ancam jave.

Nafas dara tertahan sejenak, menatap sorot tatapan jave yang mendadak membuatnya merinding. Dara menyadari satu hal, dia refleks mendorong kasar jave agar menjauh dan berdiri. Kepalanya mendadak berat, lamgkahnya setengah gontai kembali berjalan ke meja kasir.

"Itu, dia.." dara berpegangan pada pinggiran meja. Dadanya terasa sesak.

"Akhhh" dara mencengkeram erat bagian atas bajunya tepat didada.

Jave yang baru menyadari, langsung berjalan menghampirinya.

"Dara? Lo kenapa? Maaf, gue" nada suara jave berubah agak lembut.

"Pergi! akhhh" dara mendorong lelaki itu.

"Gak, gue gak bakal tinggalin lo dalam keadaan kaya gini"

Sementara dean yang masih duduk didalam cafe, terus menatap ke seberang menunggu jave yang tak kunjung keluar akhirnya kembali beranjak.

"Gue gak tenang. Gue gak bisa disini terus" ujarnya melangkah cepat keluar dari cafe, berjalan ke seberang.

Delio buru buru menyusul dean yang sudah masuk kedalam florist.

Dean tercekat melihat dara yang sudah terduduk dibawah meringis kesakitan dengan jave yang dihadapannya berusaha menenangkan gadis itu.

"Lo apain dara!" bentaknya.

Dean menarik kerah baju jave yang refleks berdiri lalu memukulnya hingga jatuh. Lelaki itu juga tak tinggal diam, dia kembali bangkit dan balik memukul dean. Pertikaian itu terus berlanjut jika saja delio tak bergegas melerai keduanya.

"Udah udah! Bro liat cewek lo!" delio bersuara tinggi mengalihkan perhatian dean pada dara yang masih kesakitan.

Dean langsung menggendong dara keluar dari dalam florist, menuju mobilnya.

Gian yang baru tiba, buru buru turun dari motor menyusul dean yang sudah mendudukkan dara didalam mobil.

"Bro ini dara kenapa?" tanyanya panik.

"Nanti gue jelasin bang, gue harus pergi" ucap dean masuk kedalam mobil.

Gian yang panik dan bingung hanya mematung melihat mobil dean melesat pergi. Sedetik kemudian dia masuk kedalam florist, lebih kaget melihat kedua lelaki tadi masih berada disana terutama jave yang sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah.