webnovel

Kiss me, please!

Dara tengah berada didalam sebuah coffee shop yang letaknya tak jauh dari kampus dean. Dia kembali menyalakan ponselnya, setelah beberapa menit mengisi daya baterai yang membuat ponselnya mati sejak tadi.

Saat ponselnya baru dinyalakan, notifikasi memburu dari dean terus bermunculan sehingga dara terpaksa mengaktifkan mode silent, agar suaranya tak mengganggu orang orang disekitarnya.

Namun dara tak membuka satupun pesan menyerbu itu, dan meletakkan kembali ponselnya disamping laptop menyala miliknya.

Sesekali dara menyeruput minuman yang dipesannya tadi, sambil mengerjakan orderan desain pelanggan di hadapannya. Sudah hampir sejam lebih sejak pulang dari bekerja tadi, dia menghabiskan waktu disana.

Dara terus berusaha mengalihkan isi kepalanya, saat teringat dean mengecup bibirnya semalam. Sejak tadi fokusnya selalu terbagi kesana, serta menimbulkan degup memburu jantungnya yang sulit terkendali.

Saat fokusnya sudah hampir sepenuhnya kembali, pandangannya mendadak teralihkan oleh ponsel menyala miliknya menampilkan pesan dean yang baru masuk.

Dara terdiam sejenak menatap benda itu, hingga akhirnya meraih ponselnya kembali setelah beberapa saat bergelut dengan pikiran dan batinnya.

Setelah mengirimkan balasan pada dean dengan mengirim foto dirinya saat ini, dara kembali melanjutkan kegiatannya.

"Gue barusan ngapain ya? Aneh gak kalo gue tiba tiba ngirim pap?" pertanyaan itu menyerang kepalanya, membuat fokusnya kembali sedikit terganggu.

Bukannya lega telah membalas pesan dean, betinnya dibuat gusar karena merasa agak malu dan konyol.

Padahal tanpa sepengetahuan dara, saat ini dean tengah senyum senyum sendiri melihat balasan pesan darinya. Jantung dean berdegup cepat kala sepasang netranya menatap foto dara dilayar ponselnya.

Tanpa berlama lagi, dean bergegas menyalakan mobilnya menuju lokasi gadis itu berada.

"Shit. Why her so cute?" gumamnya.

Dean fokus menyetir dengan senyum lebar yang masih mengembang sempurna di wajah tampannya.

[RUMAH JEANNY]

"Kenapa lo?" tanya jave pada jeanny yang baru keluar dari kamarnya sembari mengernyitkan kening menatap ponsel di genggamannya.

Jeanny tak menjawab lalu duduk disampingnya, membuat jave penasaran dan melirik sejenak pada layar ponsel menyala milik gadis itu.

"Ohh si dean" ucapnya sambil tersenyum smirk.

Jeanny yang baru menyadari, langsung mematikan layar ponselnya sambil menatap sinis lelaki disampingnya itu.

"Ck, kepo banget sih lo" protesnya kesal.

"Makin deket aja lo sama dia" sindir jave.

Jeanny menghela nafas kasar. Dia sebenarnya enggan menanggapi ucapan lelaki disampingnya, namun juga mulai merasa jengah saat jave terus menuduhnya mempunyai perasaan lebih pada dean.

Jeany memalingkan wajah pada televisi menyala beberapa senti dihadapan mereka. Sambil sesekali melirik lelaki disampingnya yang juga menatap kedepan.

"Dean tuh nanya, gue lagi sama dara apa gak" ucapnya singkat.

Jave refleks menoleh padanya.

"Dara kemana? Dia baik baik aja kan?" tanyanya cemas.

"Gue harus cari dia"

Saat jave beranjak dan akan keluar dari rumah sepupunya itu, langkahnya terhenti karena jeanny menyuruhnya duduk kembali yang akhirnya terpaksa dia turuti.

"Gue mau ngomong serius sama lo" ucap jeanny.

Dara menutup laptop setelah pekerjaannya usai. Sambil menunggu dean, dia melihat keluar jendela. Pandangannya mendadak terpaku pada seseorang yang baru saja masuk kedalam.

Ray, mantan kekasihnya itu kini tengah memperhatikan sekitarnya. Dara bergegas menunduk, menatap ponsel digenggamannya. Namun, lelaki itu melihatnya dan berjalan kearahnya.

"Gue boleh duduk disini?" tanya rey yang kini sudah berdiri di hadapannya.

Dara menatapnya sejenak sembari mengangguk pelan, meskipun sebenarnya dia enggan mengizinkan lelaki itu berada didekatnya.

Dara melirik sejenak. Dia masih hafal selera coffee ray, saat lelaki itu memesan minuman pada seorang waiter yang berdiri disamping mereka.

"Lo kesini sama siapa?" tanya rey.

Dara buru buru menoleh kearah lain. Di saat seperti itu, dia sangat berharap dean segera tiba. Mungkin dengan kehadiran lelaki itu, bisa membuat rey segera pergi dari hadapannya. Pikir dara.

Rey yang masih memaklumi sikap gadis itu, hanya mengulum bibir sambil menghela nafas. Mungkin segalanya memang tak akan bisa sama seperti dulu. Namun, kini perasaan rindunya pada dara sedikit terobati.

Sesaat kemudian, dean tiba didepan. Dia buru buru turun menemui dara. Namun, langkahnya terhenti kala melihat gadis itu duduk bersama seorang lelaki yang tampak asing baginya.

Dean mengurungkan niatnya masuk kedalam, melihat dara yang kini beranjak keluar dari sana.

"Kok keluar?" tanya dean pada gadis yang kini berdiri dihadapannya itu.

"Gue kan udah dari tadi disitu" jawab dara santai.

"Yaudah ayo masuk" ucap dean.

Pandangan ray tertuju pada kedua orang diluar itu. Dean yang juga menatap kearahnya, merasa heran pada lelaki itu yang tak berhenti menatap dara.

Sedetik kemudian dia menyusul dara masuk kedalam mobil.

Sepanjang perjalanan, keduanya saling bungkam. Dean yang tengah menyetir sesekali melirik dara disampingnya yang terus menatap keluar jendela. Ingin sekali rasanya dia mengatasi rasa penasaran yang terus berkecamuk dalam dirinya tentang siapa lelaki tadi pada gadis itu, namun mulutnya terasa kelu untuk bersuara.

"zian" dara akhirnya membuka suara.

"Iya, kenapa ra?" tanya dean.

"Gue boleh tau, masalah lo sama jave?"

Dean setengah tercekat mendapat pertanyaan tiba tiba itu. Dia lalu menepikan mobilnya agar bisa leluasa berbicara pada gadis itu.

Mobil itu berhenti dipinggir jalan. Dibawah lampu jalanan yang remang, hanya ada suara kendaraan saling bersahutan agak jauh dari tempat mereka kini.

Keduanya saling menatap lekat sejenak. Dean terdiam beberapa saat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk jujur pada gadis itu.

"Gue sama jave dari dulu emang gak pernah deket" ucapnya mulai menjelaskan.

Dara menatap intens. Namun fokusnya terbagi kearah lain. Setiap dean bicara, pandangannya selalu teralihkan pada bibir tipis milik lelaki itu. Dan tanpa sadar, lama kelamaan wajah keduanya kini hanya berjarak beberapa senti.

Entah yang keberapa kian kalinya, suara degup jantung keduanya terdengar saling beradu serta deru nafas yang saling berhembus ke wajah masing masing. Untuk sesaat, dean kembali tertegun setiap menatap netra cokelat bening milik gadis itu. Dan, pandangannya selalu cepat beralih pada bibir mungil pink dara yang membuatnya beberapa kali menelan salivanya dalam.

"Shit. Gue gak tahan kalo gini" batin dean.

Bibir dara yang selalu tampak lembab itu, selalu menggoda dean agar kembali dikecup olehnya.

Dean berusaha menahan gejolak dalam batinnya yang terus mengusik agar kembali melakukan hal seperti kemarin. Semakin dia tahan, dadanya terasa panas.

AC didalam mobilnya menyala dengan suhu dingin yang cukup tinggi, namun dean tetap merasa kegerahan. Tak ada yang mengalihkan pandangan lebih dulu diantara keduanya. Wajah mereka semakin tak berjarak, menimbulkan debar kencang tak beraturan.

Dering ponsel yang mendadak berbunyi membuat keduanya tersentak sadar.