webnovel

Awal Mula

"Hai, gue Dania Felicya Dewi. Kalian bisa panggil gue Dania. Gue pindahan dari SMA Pelita" ucap seorang gadis berambut lurus panjang tersenyum ke arah murid lain yang kini menatapnya.

Murid laki-laki bersorak karena mendapati anak pindahan yang cantik di kelas mereka.

"Chiwww. Cewek cantik nih" kata salah seorang murid laki-laki.

"Jomblo gak nih? Atau udah punya gandengan?. Kalo belum, bolehlah abang daftar" lanjut murid lainnya.

"Huuu....." Sorak cewek setelah pria yang bernama Roni itu bersuara.

"Pasti udah punya lah Ni, cewek cantik masa jomblo" timbal yang lainnya.

"Haha kali aja gitu"

"Udah-udah, kalian ini" kata wali kelas sambil geleng-geleng kepala "Yaudah Dania, kamu duduk di bangku kosong itu ya" Bu Maria menunjuk bangku paling ujung sebelah kiri yang kosong. Dania mengangguk.

Dania berjalan ke arah bangkunya, ia melihat kursi yang akan ia duduki itu sedikit berdebu. Mungkin karena bangku itu tidak terpakai sehingga membuatnya sedikit berdebu. Ia segera mengeluarkan tisu dari saku seragamnya dan mengelap kursinya sebelum akhirnya duduk disana. Tak lupa, setelah duduk ia kembali membersihkan mejanya dengan tisu walau tidak kotor.

***

"Hai, lo Dania ya? Kenalin gue Melisa" Melisa menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.

Dania melihat tangan itu, ia berpikir sebelumnya apa yang telah Melisa pegang, mungkin saja tangannya kotor. Ini baru bel istirahat, ia belum melihat Melisa keluar kelas. Jadi Melisa pasti belum ke wc dan mencuci tangannya.

"Iya, gue Dania. Salam kenal" jawab Dania dengan tersenyum, tanpa menjabat tangan Melisa.

Melisa tampak tersentak dan langsung menarik tangannya kembali.

"Gue Desi, salam kenal"

"Hai gue Farida"

"Gue Riska"

Beberapa murid menghampiri Dania hanya sekedar berkenalan. Dania hanya tersenyum manis.

"Iya, salam kenal semuanya"

"Dania lo cantik banget deh, kulit lo putih dan mulus banget! Lo pake apa sih??" salah satu murid bernama Desi bertanya, ia merasa iri dengan fisik yang dimiliki Dania.

Sudah kulitnya putih dan mulus, bulu mata lentik, manik mata yang indah, hidung mancung bibir mungil serta badannya yang langsing. Siapa sih perempuan yang tidak iri dengan fisik seperti itu?

"Haha makasih, gue sering rutin aja rawat kulit gue"

"Gue juga mau punya kulit kayak lo, kasih gue tips dong" kini giliran gadis bernama Linda yang bersuara.

"Lo harus sering ke dokter dulu deh, lo harus jaga dan rawat kulit lo, pake lotion yang cocok dengan kulit lo tiap hari" Dania melihat tangan Linda "Ya ampun, lo hari ini gak pake lotion ya?" tutur Dania, setelah tangan kanan Linda tergores kuku kirinya dan nampak guratan putih.

Terlihat Linda yang tampak gugup dan malu.

"A..ah... iya.. tadi gue lupa"

"Harusnya lo gak teledor kayak gitu, rawat kulit lo itu penting, kan malu kalo punya kulit kusam"

Linda kembali tersentak, ia merasa terhina oleh Dania. Ia pun memilih pergi saja dari sana.

"Gu..gue ke kantin duluan ya" ucapnya setelah itu ia pergi.

"Dania kok lo ngomong gitu sih?" tegur gadis bernama Farida.

"Gue salah ngomong?" Dania bertanya tidak mengerti. Ia kan hanya memberitahu Linda saja, bukannya gadis itu yang memintanya memberikan tips duluan?

Farida dan Riska saling tatap.

"Udahlah, mending kita ke kantin. Yuk Dan, gabung sama kita" Riska mengajak Dania, Dania mengangguk.

"Oke"

***

"Gue pesen bakso samq jus jeruk seperti biasa ya Ris, Dania lo mau apa?" Farida bertanya, sedangkan Riska menunggu untuk memesankan pesanan mereka.

"Mmm...gue nggak deh, Gue sebenarnya bawa bekal" Dania mengeluarkan kotak makannya dari tas yang ia bawa dari tadi.

"Dania, lo gak bawa uang ya? Kalo lo mau, gapapa pesen aja, gue yang bayar" ucap Farida merasa prihatin.

Mendengar itu Dania tertawa, Farida dan Riska merasa bingung.

"Gue bawa uang kok. Gue bawa bekal sendiri karena lagi diet, gue gaboleh makan makanan yang berlemak. Terlebih lagi gue gak suka jajan di warung warung, takut gak higenis" jelas Dania lantang.

Farida dan Riska hanya diam, merasa kurang suka dengan pemikiran Dania yang seperti itu.

"Ya..yaudah gue pesen makanan dulu ya" Riska kini pergi untuk memesan pesanan mereka.

Tak lama Riska datang membawa pesanannya dan Farida. Dania juga tidak makan dahulu. Ia menunggu Riska agar mereka makan bersama.

"Nihh" Riska memberikan semangat bakso dan jus jeruk pada Farida, ia nampak berbinar melihat makanan kesukaannya.

"Ya ampun bakso, kita jumpa lagi. Kok gue gak bosan-bosan sih liat lo tiap hari. Kaya liat si dia" racauan Farida setelah melahap satu bakso ukuran kecil.

Dania yang sedang minum air putih dari botol yang ia bawa itu hampir tersedak. Ia kemudian melihat Farida.

"Lo..lo makan bakso tiap hari?" Dania bertanya. Farida mengangguk.

"Bakso itu makanan favorit dia, makannya dia gak pernah bosen makan bakso" jelas Riska, selaku teman dekat Farida.

"Pantes badan lo banyak lemaknya, ternyata makan bakso tiap hari" ucap Dania pelan, hanya gumaman. Tapi nampak jelas di telinga Riska dan Farida.

Saat ini Farida hanya diam, tidak bersuara bahkan tidak bergeming. Merasa tersinggung dengan ucapan Dania.

"Lo dari tadi keterlaluan ya, mulut lo gak bisa dijaga" Riska berdiri, membawa Farida untuk meninggalkan Dania seorang diri disana.

Dania terdiam, apa ia salah bicara lagi? Ia kan hanya menguntungkan pendapatnya saja. Tidak bermaksud lain.

Dania menghela nafasnya, mengeluarkan antiseptik dan menyemprotkannya di tangan, setelah itu memakan makanan yang ia bawa tadi.

Hari demi hari berlalu, sikap dan perkataan Dania membuat teman-temannya menjauhi bahkan membencinya.

Saat tak sengaja bersentuhan, Dania membersihkan tangannya dengan tisu basah.

Saat meminjam buku, sebelum ia mengambilnya buku itu dilap terlebih dahulu.

Perkatan demi perkataan keluar saat menilai yang lain. Membuat mereka semua tak nyaman dan tersinggung.

Perlahan, teman-teman sekelasnya menjauhinya. Seperti sekarang...

"Guys, yuk ke kantin" ajak Desi pada teman-temannya.

"Gue ikut, gue udah lapar nih" sahut Lina.

"Haha gue juga" timbal Farida.

Desi dan yang lain beriringan berjalan keluar kelas. Dania mengikuti mereka.

"Gue juga ikut" Dania melihat tatapan-tatapan yang berbeda dari mereka. Tatapan yang tak asing di matanya.

"Lo mau ikut?" Riska terkekeh "Bukanya lo gak suka jajanan warung karena gak higenis? Gak usah ikut. Entar lo muntah lagi" sindir Riska, membuat Dania tersentak. Ia seperti melihat kejadian ini di masa lalu. Masa lalu dimana semua orang menatapnya dengan penuh kebencian.

"Ta..tapi.... Apa salah gue? Kenapa kalian jadi kayak gini sama gue?" dengan polosnya Dania berucap, membuat gadis lain bergidik.

"Lo beneran gak tahu kesalahan lo hah?" Melisa mendorong bahu Dania kasar.

"Udah Mel" Farida menarik tangan Melisa, tapi langsung ditepis kembali.

"Orang kayak dia harus diberi pelajaran!" Melisa kembali bersuara.

"Gue gatau gue salah apa tapi gue minta maaf. Tapi tolong jangan dorong-dorong gue"

"Kenapa? Lo gasuka takut tangan gue kotor?" Melisa menyunggingkan senyum nya, nampak Dania yang gugup tapi sedetik kemudian ia dengan polosnya mengangguk.

"Oh gitu?" Melisa tertawa lalu menatap teman-temannya yang lain di belakang "Kalian dengar? Dia gasuka disentuh, takut kotor. Pffft!" Melisa kembali tertawa.

"Udahlah Mel, mending kita ke kantin aja. Biarin aja tuh anak" sambung Riska.

Bukannya mendengarkan melisa malah berjalan ke belakang Dania, melewati Dania. Melisa membawa tong sampah lalu menghamburkan semua isinya tepat di kepala Dania. Semua yang melihat terkejut.

"MELISA!!!" Dania berteriak, lalu langsung menutup mulutnya. Mencoba menahan sesuatu yang hampir keluar dari mulutnya.

Sambil menutup mulutnya, Dania berlari menuju toilet. Sial, ia tidak mau muntah disana. Terlihat orang-orang yang ia lewati, menatapnya heran, tapi Dania tidak peduli. Saat ini yang terpenting adalah toilet!

Toilet berada di belakang UKS,sedangkan kelas Dania bersebelahan dengan UKS, saat hendak berbelok di ujung lorong UKS, Dania tiba-tiba saja terpental setelah menabrak sesuatu. Otomatis isi dalam perutnya yang ia tahan sedari tadi keluar tepat di baju orang yang ia tabrak itu.

"Hoekkk!" Dania langsung melotot dan menutup mulutnya.

Dania melihat seragam orang di depannya kotor karna muntahannya. Pelan-pelan ia menatap wajah orang itu yang tentunya amat sangat marah.

Orang-orang di sekitar mulai bisik-bisik, bisa-bisanya Dania berhadapan dengan orang itu. Apalagi sampai muntah di seragamnya.

"Ma...maaf! Gue bener-bener gak tahu kalo bakal ada lo" Dania nampak takut saat melihat ekspresi pria di depannya.

Dante Mahdika, laki-laki itu menarik tangan Dania kasar. Dania meronta, mencoba melepaskan cekalan dari tangan yang kuat itu. Dania dibawa ke sebuah ruangan, ruang UKS. Tidak ada siapa-siapa disana, hanya mereka berdua saja.

"Lepas! Gue bakal ganti bajunya, dua kali lipat. Tapi jangan suruh gue bersihin muntahannya, plis. Itu jijik banget" Dania mengeluarkan suaranya, terasa cekalan Dante mengendur sehingga Dania langsung menarik tangannya.

"Apa lo bilang? Jijik? Lo bahkan jijik sama muntahan lo sendiri. Apalagi gue!!!" Dante kesal sendiri, ia kemudian melepas kancing seragamnya satu persatu.

"Lo...lo mau ngapain!! Jangan mendekat atau gue teriak!!" panik Dania, ia was-was walau Dante tidak ngapa-ngapain. Laki-laki itu menaikan bahunya, acuh dengan tindakan Dania.

"G..gue bilang lo berhenti di sana dan jangan mendekat" Dania mencoba membuka pintu UKS, mengetok lalu mendorongnya. Namun pintu tidak terbuka. Pria itu pasti sudah menguncinya.

Gadis itu kembali melihat Dante, kemuadian matanya langsung menutup saat Dante hanya telanjang dada. Seragamnya sudah ada di lantai.

"Gue minta maaf, gue salah. Gue bakal ganti baju lo dan turuti permintaan lo tapi tolong lepasin gue, jangan perkosa gue. Kalo lo perkosa gue, apa yang harus gue jelasin pada suami gue nanti. Plisss itu gue gabakal bisa jelasinnya, jadi tolong lepasin gue" setelah mengatakan itu, Dania sedikit membuka matanya.

Dante masih di tempatnya, menatapnya dengan heran. Entah kenapa kini Dania merasa malu sendiri.

"Gue gak akan perkosa lo, gak minat dan gak selera juga" kata Dante dingin.

"Lo..lo gak akan perkosa gue? Terus kenapa buka baju?" Dania bertanya.

"Lo mau gue perkosa emangnya?"

"GAK!!"

Entah kenapa kini Dante terkekeh, ia kemudian melemparkan sebuah kunci pada Dania. Refleks Dania menangkap kunci itu.

"Itu kunci loker gue. Karena lo udah muntah di seragam gue, sekarang lo pergi ke kelas Xll IPA 1 lalu ambil kaos di loker gue" titah Dante.

"Gu..gue gak mau. Gue gatau kelas lo dimana" Dania membantah.

"Lo mau gue perkosa beneran?"

"Oke! Gue berangkat sekarang!" Dania melihat Dante yang menahan tawanya. Sial, ia merasa dipermainkan. "Tapi buka pintunnya"

"Gak dikunci. Cara bukanya di tarik pea bukan di dorong" Dante menjelaskan, bagaimana bisa ada orang se bego Dania.

Dania kemudian mengikuti perkataan Dante, ternyata benar saja. Pintunya tidak dikunci, ia menjadi malu sendiri. Iapun hendak langsung pergi untuk mengambil kaos pria itu. Ingin cepat-cepat masalahnya selesai.

"Dante Mahdika"

Dania menoleh ke belakang.

"Itu nama loker gue"