webnovel

Bab 10 - cousin wedding

Keesokan paginya.

Apartemen yang hanya diisi oleh dua orang tapi terasa begitu ramai dan berisik, sungguh tidak bisa di percaya di pagi hari kedua wanita itu sibuk mengacak pakaiannya dan satu lainnya sibuk merias diri.

Bagaimana bisa mereka tidak ingat jika hari ini ada jadwal yang begitu padat, bahkan Aurora yang biasa bangun tepat waktu malah kini ikut kesiangan, ini karena Clara yang tiba-tiba mengajaknya menonton sampai lupa waktu.

"Apa yang harus aku kenakan Aurora! Kau enak sudah ada gaun yang akan di gunakan, sedang aku? Aku bahkan tidak tahu dresscode yang digunakan acara itu." Ucap Clara, dia sejak tadi hanya mengeluarkan seluar pakaian di dalam koper.

"Ayolah Clara, pakaian apa saja asal kamu tidak mengenakan gaun putih, lagipula aku harus pergi lebih dahulu karena River sebentar lagi akan menjemputku." Ucap Aurora, dia terburu-buru merias wajahnya, mengenakan make up yang tidak begitu tebal tapi dia harus terlihat cantik.

"Kau benar, tapikan kita akan bertemu disana, aku harus berpura-pura menjadi pasangan Tuan Jewn hanya karena misi kali ini kita harus mendatangi pernikahan, ini sangat konyol untukku!" Ucap Clara, astaga membayangkan dirinya menggandeng tangan pria itu atau merangkul lengan, bertingkah seakan atasannya adalah kekasihnya.

"Ayolah, bukankah Tuan Jewn sangat tampan? Setidaknya kau aman karena kau tidak harus bertingkah, sedangkan aku? Aku harus mengenal keluarga River disana." Jawab Aurora, dia penuh dengan kehati-hatian mengenakan lipstik di bibirnya.

Kali ini memang Tuan Jewn menugaskan mereka untuk menghadiri sebuah pernikahan, dimana semua mengatakan jika memang di sana akan ada pertemuan antar para mafia dan juga Aurora menunda pria itu hadir di sana.

Berarti tebakan benar, jika pria mungkin saja para mafia atau sama sepertinya, seorang agen rahasia.

"Aku tidak pernah tertarik padanya! Berhenti berbicara omong kosong!" Ucap Clara, pada akhirnya memutuskan mengenakan pakaian yang Aurora berikan, bergegas untuk menggantinya.

Aurora membuang nafas setelah selesai merias wajahnya, dia meninggalkan meja rias itu dan mengambil ponselnya, dia juga harus membawa tas.

Menaikan sedikit gaunnya, lalu dia mulai menyimpan senjata di balik gaun yang dirinya kenakan, tentu saja hari ini dia bukan sedang murni menghadiri pernikahan tapi juga sekaligus menjalankan tugasnya.

Saat itu juga ponselnya berdering, tangannya meraih ponselnya lalu mengangkat panggilan masuk itu.

"Ya, ada apa menelepon?" Tanya Aurora, dia memasukan beberapa alat make up yang bisa di gunakan sebagai senjata ke dalam tasnya, lalu melangkah untuk memilih sepatu yang cocok dengan gaun yang dia kenakan.

"Baiklah, kau tunggu saja di bawah aku akan segera turun, tinggal sedikit lagi aku selesai." Ucap Aurora, dia berbicara dengan River yang ternyata sudah menunggu, kenapa waktu cepat sekali berlalu.

"Clara, apakah kau masih lama?" Tanya Aurora, dia memang sudah selesai tapi dia masih harus membantu Clara menatap rambutnya dan juga membantu me-make up wajahnya.

Clara keluar dari ruang ganti pakaiannya, melihat di cermin apakah cocok untuknya. "Kenapa kau begitu terburu-buru Aurora, santai saja."

Wanita itu melangkah untuk duduk di meja rias, lalu mulai menghias wajahnya.

Aurora yang sedang mengenakan anting, hanya bisa menghela nafas, apakah Clara tidak mengerti?

"Ayolah Clara, aku harus datang lebih awal." Ucapnya, setelah selesai mengenakan anting, dengan cepat Aurora mengambil sepatu dan mengenakannya, memakai heels yang cukup tinggi.

"Aku pergi duluan, kau bisakan menghias diri?" Tanya Aurora, hanya memastikan jika wanita itu bisa melakukannya.

"Pergilah, aku bisa melakukannya."

"Jika sudah dekat jangan lupa hubungi aku."

Setelah itu aurora langsung memutuskan pergi meninggalkan apartemennya, karena River sudah menunggu di besmen, jadi dia langsung turun ke lantai dasar menggunakan lift terdekatnya.

Begitu lift terbuka dirinya langsung melangkah menemui pria itu dengan sedikit mengangkat gaunnya, karena memang yang River berikan cukup panjang tapi hampir mengekspos punggung belakangnya.

"Hai!" Sapa River, pria itu membukakan pintu untuk kekasihnya begitu dia menghampiri mobilnya, dia selalu kagum dengan kecantikan Aurora yang selalu bisa menyesuaikan apa yang dia kenakan.

"Kau cantik, hari ini." Ucap River, dia segera menyalakan mesin mobilnya begitu Aurora masuk.

"Ya, terima kasih." Jawab Aurora dengan singkat, sebelum pria itu mengenakan dirinya sabuk pengaman, dirinya sudah melakukan hal itu.

Dan tak lama mobil itu segera meninggalkan area apartemen, dimana kini sudah berada di jalanan kota new york di pagi hari yang tidak begitu ramai, semua orang seperti tidak begitu memilih keluar padahal ini hari weekend.

"Apakah kamu sudah sarapan?" Tanya River, saat bersama dengan Aurora memang mereka jarang sekali berbicara, dia juga tidak pandai mencari topik, tapi dia tetap menyukai hubungannya dengan Aurora.

Hanya karena memang dia mencintai wanita itu.

"Aku bangun siang dan ini saja aku terburu-buru." Jawab Aurora, dia memilih untuk menatap ke arah luar jendela, dia selalu merasa bosan jika berbicara dengan pria itu, dia sangat tidak pandai mencari topik.

Hubungan ini semakin Aurora rasakan semakin kaku, bahkan dia tidak pernah tertarik dengan River entah secara passion atau feeling, kedua hal itu tidak pernah tersampaikan pada pria itu.

Bahkan dia tidak pernah ingin berciuman dengan River.

"Kenapa? Apakah semalam pekerjaan begitu banyak?" Tanya River, pria itu sesekali melirik ke arah wanita itu, hanya memastikan jika wanita itu baik-baik saja.

Aurora ingat jika setelah makan malam dia memutuskan untuk pulang, karena dia tidak begitu ingin jalan-jalan dengan pria itu, sungguh River sangatlah membosankan, dan alasan dia pulang karena pekerjaan, padahal dia hanya ingin pulang.

"Tidak begitu banyak tapi aku memang tidak biasa sarapan pagi." Jawab Aurora, dia berbicara sebisa dirinya saja, memang apa yang harus dia katakan? Biarkan saja pria itu bertanya terus padanya.

River mengangguk paham.

"Jadi dimana kantormu? Apa yang kamu kerjakan di perusahaan?" Tanya River, dia hanya tahu jika Aurora itu bekerja di perusahaan besar tapi dia tidak tahu namanya dan bagian apa wanita itu kerjakan.

"River, akan lebih baik kamu fokus pada apa yang kamu kerjakan sekarang, aku hanya tidak mau membuatmu tidak fokus." Ucap Aurora, sekali banyak bicara dia banyak bertanya, tentu saja dia tidak mau mengatakan hal apapun tentang pekerjaan, karena saat ini dia juga memakai alat yang bisa di dengarkan oleh siapapun.

"Ya, kita akan sebentar lagi sampai."

Dan akhirnya perjalanan kembali terasa sunyi karena memang Aurora sedang fokus membaca pesan yang di kirimkan oleh Tuan Jewn, dia harus memahami setiap hal yang harus dia lakukan.

Mobil yang membawa kedua orang itu akhirnya memasuki semua tempat dimana semua di penuhi oleh nuansa warna putih dan cream, acara pernikahan di lakukan di sebuah gereja tua dan di lapangan luas untuk outdoornya.

Lalu setelah itu River langsung memarkirkan mobilnya, dia keluar untuk membukakan pintu tapi aurora sudah lebih dahulu keluar, jadi dia membuka garasi untuk keluar kado yang dirinya siapkan untuk sepupunya.

Lalu berjalan bersama dengan aurora melewati red carpet yang memang disediakan untuk semua para undangan masuk ke dalam, Aurora menaruh ponselnya di tas yang dia bawa, lalu dengan sedikit malas menaruh tangan di lengan pria itu.

Mata mengamati tempat itu, tidak bisa di percaya jika dia akan menghadiri sebuah pernikahan, menikah? Dia bahkan tidak berminat untuk menikah, masih begitu jauh untuk melangkah kesana.

"Apakah itu sepupumu?" Tanya Aurora begitu dirinya dan River mengambil meja yang dekat mempelai pria yang sudah berdiri di depan altar.

"Ya, namanya mark, aku harus menyapanya dahulu, duduklah dan nikmati suasananya." Setelah itu River meninggalkan Aurora sendirian di sana.

Wanita itu mengeluarkan ponselnya, mengirimkan beberapa pesan pada Clara yang sedang dalam perjalanan, dia hanya memberikan laporan belum ada begitu mencurigakan.

Sampai dia mengalihkan pandangannya setelah dia merasa ada yang duduk di kursi, apakah secepat itu River menyapa sepupu?

Tatapan bertemu dengan seseorang yang membuatnya tidak nyaman berada di sana, menyebalkan kenapa pria itu harus ada disini?

"Kita bertemu lagi Nona manis." Ucap Julian, siapa yang akan menyangka jika pria itu datang sesuai dengan dugaan Aurora.

Aurora tidak menjawab sapaan pria itu, dia mengambil tas miliknya lalu memilih untuk mendekati River dengan manja dia mengalungkan tangan di lengan pria itu dan menatap ke arah Julian.

Menunjukan jika dia datang bukan sendirian.

"Hai, sepupu River. Aku kekasihnya." Ucap Aurora memperkenalkan dirinya pada mempelai wanita.