webnovel

DANGELF

Sudah memiliki mate sejak dalam kandungan. Bukan mate biasa, melainkan demon penguasa kegelapan, Xavier. Bukan, ini bukan cerita tentang gadis lemah yang butuh perlindungan pasangannya melainkan ia gadis yang layak bersanding dengan sang demon. Ia adalah keturunan dari Queen of the Earth yang terakhir dan tentu saja ia juga memiliki kemampuan istimewa seperti sang ibu lalu pemberani seperti sang ayah yang merupakan alpha terkuat dari klan serigala. Zalyne, anak perempuan satu-satunya dari 4 bersaudara. Lalu memiliki mate, Xavier. Dibesarkan di akademi, lalu menjemput takdirnya sebagai pasangan sang penguasa kegelapan sekaligus mengemban tugas sebagai keturunan Queen of the Earth. Dipertemukan dengan perang besar antara Xavier dan saudaranya. Sebagai pasangan Xavier apa yang ia lakukan? Bagaimana kisahnya? Akan terjawab jika kalian membaca cerita ini. Membosankan di awal dan penuh kejutan di akhir (semoga). *** "Berhenti berbicara! Darahmu semakin keluar, bodoh!" "Berhentilah menangis. Jika aku pergi-" "Kau tidak akan pergi, aku akan berusaha untuk mengobatimu." "Jika aku pergi, jangan biarkan laki-laki dari klan manapun mendekatimu." Pria itu masih melanjutkan ucapannya. "Bodoh!" "Aku sudah membuahimu berkali-kali, aku yakin mereka akan tumbuh lalu menjagamu ketika aku pergi nanti." Tangis wanita itu semakin pecah. "Diamlah, iblis! Kau tidak berhasil, kita harus melakukannya lagi. Bertahanlah agar kau bisa membuahi ku lagi dan lagi." "Bagus, Little girl. Katakanlah lagi, aku senang mendengarnya." Reaksi perak itu semakin kuat sehingga ia memuntahkan darah terakhirnya sebelum menutup matanya. "XAVIER!" **** 100% MURNI DARI KEHALUAN SAYA.

ptrmyllln · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
5 Chs

BAB I

Bau anyir darah, bangkai vampir, rogue bahkan bangkai monster lainnya menjadi satu. Kepala terpisah, jantung tercabut, percikan darah yang membuat pemandangan ini sangat mengerikan.

Para serigala liar saling mencabik, para vampir saling menghisap darah, demon murni saling menyerap energi. Perang kali ini tidak hanya menyebabkan 2 orang saudara saja, melainkan seluruh klan yang ikut bergabung.

"Xavier, kau lemah! Tidak pantas menduduki takhta itu!" ujar seseorang dengan taring yang mencuat dari mulutnya.

Tanpa banyak bicara pria bernama Xavier itu menyerang pria tadi.

Kuku-kuku runcingnya menancap di tubuh orang tersebut. Xavier menarik kukunya hingga tercipta sebuah lubang besar di lengan pria tadi. "Yavier, kau adalah saudaraku. Kita bisa membicarakan ini!" ujarnya.

Yavier tertawa. Punggungnya perlahan mengeluarkan sayap hitam legam yang membentang lebar, tubuhnya ikut membesar dengan urat-urat besar bak akar kayu yang menempel. "Aku tidak sudi!" Yavier langsung menerjang Xavier.

Tidak bisa mengelak, Xavier langsung terkena serangan Yavier tadi. Darah hitam menyembur dari mulutnya.

"Lihat! Kau terluka bahkan hanya dengan serangan sayapku, lemah!"

Xavier terbangun, ia memegang dadanya. Dengan amarah yang tak terbendung, Xavier berubah ke bentuk aslinya. Sayap hitam dan putih terbentang seperti sayap Yavier. Tubuh Xavier pun menjadi besar dengan bulu-bulu hitam yang menutupinya.

Rrrraaaaaaaggggghhh!!!

Suara teriakan Xavier membuat bulu kuduk merinding.

Perkelahian antara 2 makhluk besar bersayap itu kini tak terelakkan lagi. Mereka saling menggigit, menghisap, mencakar, bahkan saling memberikan luka yang menganga besar.

Sebuah aroma harum menghentikan aksi menyerang Xavier. Perlahan ia menjauh dengan perisai yang dibuatnya.

Aroma itu sangat harum, benar-benar harum sehingga membuatnya lupa akan peperangan yang masih terjadi ini.

"Pengecut!"

Mengabaikan teriakan Yavier, menangkis serangan dari belakang dengan perisai itu, pria itu langsung mengikuti sumber aroma tersebut. Lama terbang di udara akhirnya Xavier menemukan bekas peperangan juga.

Peperangan yang berada di wilayah klan serigala. Fokusnya sekarang ialah aroma harum itu.

Ia berhenti ketika melihat wanita berambut pirang berada di tengah bangkai-bangkai peperangan.

Aroma itu berasal darinya, dari tubuh wanita itu. Ia mendekat tanpa memedulikan beberapa pasang mata yang memperhatikannya terlebih lagi seseorang yang menatapnya seakan ingin membunuhnya. Aroma itu semakin pekat hingga ia memejamkan mata guna mencium harum yang lebih dalam lagi, sangat harum dan menenangkan.

Xavier langsung bersimpuh menghadap wanita berambut pirang tadi. Ia menatap lurus permukaan yang terlapisi oleh kain. Taringnya tiba-tiba mencuat. Perlahan ia mendekatkan wajahnya, lalu mencium permukaan kain itu.

"Mate ...."

Ya, mate Xavier berada di dalam perut wanita berambut pirang itu.

***

Beberapa tahun kemudian.

"Mate."

"Hei, Paman! Namaku Zalyne, ZA LY NE!" Gadis kecil itu memandang jengkel orang dewasa di hadapannya ini. Apa-apaan! Dia memiliki nama yang bagus dari ayah dan ibunya, ia tidak menyukai nama yang disematkan paman jelek itu padanya.

"Mate ...."

Zalyne berdecak kesal, ia mencebikkan bibirnya, matanya kini berair. "Kak Zayn!" teriaknya, air matanya runtuh karena pria besar itu terus mengikutinya. "Zyssane!" kembali ia berteriak.

Anak laki-laki yang berusia sama dengannya berlari mendekati Zalyne. "Kenapa Zaly?" tanyanya.

"Di mana kak Zayn?"

"Dia sedang bersama bukunya, ada apa?"

Zalyne menunjuk orang yang masih berdiri berada tak jauh darinya.

Zyssane memutar bola mata malas, paman itu selalu mengganggu kembarannya, Zaly. Jika kembarannya ini tidak mengadu maka tidak akan masalah baginya, tetapi lihatlah sekarang, gadis kecil ini menangis lalu mengadu padanya. "Paman, bisa tidak sehari saja kau tidak menggangu Zaly? Telingaku sakit mendengar teriakannya," ujarnya.

"Zyssane!" Zalyne mencebik.

"Ibu mencarimu, sebaiknya kita menemuinya." Zyssane menarik tangan Zaly.

"Mate." Kembali pria itu mengeluarkan suara.

Zalyne menoleh, ia mengembungkan kedua pipi putihnya yang memerah lalu menjulurkan lidahnya pada pria itu. "Wlee! Aku akan menyentil telinga Paman yang lebar itu jika aku besar nanti!" Lalu Zalyne tertawa dan menghilang di balik pilar mansionnya.

"Menggemaskan." Pria itu tersenyum, senyum yang akan muncul setiap melihat gadis kecilnya.

"My Lord, Yavier membunuh Christopher, ia meninggalkan sebuah pesan untuk Anda."

Mendengar itu membuat senyum tadi hilang tergantikan wajah datar.

Mengeluarkan sayapnya, ia terbang menuju kastilnya.

***

"Ibu memanggil Zaly?"

Wanita berambut pirang itu tersenyum lalu mengelus surai perak milik putrinya.

"Ibu membuatkan kue kukus kesukaanmu," ujarnya.

Zalyne berjingkrak senang. Ia langsung mengambil kue kukus itu.

"Itu panas, Zaly," ujar Zyssane.

Zaly mengabaikannya, ia makan dengan lahap kue kukus itu.

"Ibu, tadi paman jelek itu menggangguku lagi!" adunya.

"Siapa yang menggangu putri Ayah?" Seseorang datang bersama seorang pria kecil yang hampir mirip dengan Zyssane.

"Ayah!" teriak Zaly.

"Siapa yang menggangu putri Ayah? Katakan, biar Ayah memberinya pelajaran," ucapnya.

Zalyne mencebik. "Paman Jelek, Ayah."

Orang tua Zaly saling berpandangan. Mereka tau siapa 'Paman Jelek' yang dimaksud Zalyne.

"Sayang, apa kau merasa sakit di lehermu?" tanya sang ibu.

Zalyne memegang lehernya yang tiba-tiba terasa perih itu.

"Tadi tidak terasa sakit, Ibu." ujarnya.

Hera, ibunya Zalyne langsung menyibak rambut putrinya. Ia mengusapnya pelan, lalu muncullah sebuah cahaya.

Aku menginginkannya.

Tulisan bercahaya emas itu langsung terpampang nyata di leher kecil Zaly.

"Apa paman itu melakukan sesuatu pada Zaly kami?" tanya Ares, ayahnya Zaly.

Gadis kecil itu menggeleng. "Tidak, paman itu berdiri jauh dari Zaly, Ayah. Paman itu hanya berkata ... ah! Zaly melupakan kata-katanya!" kesalnya.

"Baguslah jika begitu." Ares tersenyum pada putrinya. Kini tatapan Ares beralih pada putra sulungnya, Zayn. "Zayn, bawalah adik-adikmu bermain. Ayah dan ibu akan menyusul nanti."

Zayn mengangguk lalu membawa 2 kembarannya pergi.

"Tapi aku ingin kue kukus ku," ujar Zaly.

"Biar aku yang membawanya untukmu," ujar anak laki-laki yang datang bersama Ares tadi, Zayn.

"Kak Zayn yang terbaik!" ujar Zaly.

Lalu si kembar tiga itu langsung meninggalkan dapur di mana ibunya memasak kue tersebut.

Setelah memastikan anak-anak mereka pergi, Hera menatap suaminya serius. "Sayang, demon itu akan terus meminta putri kita."

"Aku tau, sweety mate." jawabnya.

Hera menghela napasnya. "Tapi Zaly masih kecil, ia belum tau apapun tentang itu," ujar Hera. "Apa ia tidak bisa menunggu hingga Zaly melakukan shift pertamanya?"

Suaminya menatap sayang istrinya. "Biar waktu yang akan menjawabnya," ujarnya. "Usia anak-anak sudah hampir memasuki usia sekolah. Aku akan mendaftarkan mereka ke akademi serigala."

"Tapi, itu akan memberikan peluang untuk Xavier merebut putri kita."

Ares merengkuh tubuh istrinya. "Dia tidak akan mengambil putri kita sebelum waktunya, sweety mate. Aku sudah memberikan sesuatu pada Zaly. Demon itu tidak akan bisa menyentuh putri kita sampai Zaly tau sendiri siapa mate-nya." Ares mengelus rambut pirang Hera. "Lagipula akademi itu adalah milik keluarga Asklepios, tentu saja Zaly akan aman berada di sana."

Hera mengangguk dalam dekapan suaminya. Mengapa cepat sekali putrinya menemukan mate? Dan mengapa harus raja kegelapan menjadi mate-nya?

Hera sangat khawatir jika terjadi sesuatu pada putrinya nanti. Memejamkan matanya, ia berharap putrinya tidak akan mendapatkan masalah sepertinya dulu.

Tapi bukankah masalah akan membentuk karakter kita dengan bagaimana kita menyelesaikan dan menyikapi masalah itu? Tapi Hera berharap apapun masalah nanti yang dilalui anak-anaknya, mereka dapat menaklukannya.

***

Bersambung ....

___

Chapter 1 sudah meluncur, semoga kalian menyukainya :) jangan lupa like dan komentar yaaa 😘😘

___

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI!!!

With love @ptrmyllln^^