kelopak yang tertutup dengan ringisan pelan yang terdengar itu perlahan terbuka, manik hitamnya spontan memberikan tatapan tajam saat mendapati seseorang di depan nya saat ini.
"Lo--"
"Astaga.. Kakak kenapa bisa kayak gini? kakak di keroyok? itu hidung nya berdarah, bibir nya juga, lebam nya juga--"
Daisy menghentikan ucapan nya berganti ringisan, ia merutuki kebodohan nya bertanya disaat yang tak tepat saat melihat lelaki di depan nya itu kembali memejamkan mata dengan rahang mengeras, Daisy yakin Arshaka pasti tengah kesakitan.
melupakan siapa yang saat ini selonjoran lemas di depan nya, Daisy berjongkok. tangan nya terangkat menghapus darah di sudut bibir Arshaka.
hanya sedetik karna tatapan tajam Arshaka kembali terlihat menyorot tangan nya yang lancang menyapu sudut bibir Arshaka.
Daisy menarik tangan, ia tersenyum tipis sembari meneguk ludah susah, Daisy memang benci dengan Arshaka dari awal mereka bertemu.
namun itu tak membuat nya masa bodo saat lelaki itu terluka cukup parah di depan nya.
Lintas kejadian masa lalu saat ia di sekap dan melihat Mommy nya yang disiksa membuat Daisy memejamkan mata, pandangan nya terangkat menghalau basah yang memaksa keluar.
berhasil. Daisy kembali menatap Arshaka dengan senyum kecil saat Arshaka juga turut menatap nya dengan pandangan datar.
"ayo, aku bantu kakak ke UKS, masih bisa jalan"
Arshaka mengerjapkan mata, hal yang membuat Daisy mengulum senyum karna melihat secara langsung seberapa lentik nya bulu mata Arshaka.
"gue gak lumpuh, masih bisa jalan sendiri" Arshaka menegakkan badan, seketika umpatan keluar saat kaki nya kembali membentur lantai.
Luka sialan.
Daisy terpekik kaget, tangan nya dengan cekatan menggulung celana Arshaka saat melihat rembesan Darah yang keluar.
luka bekas sayatan benda tajam yang panjang dan terlihat cukup dalam membuat bibir Daisy bergetar, pandangan nya memburam, ia tak biasa melihat luka separah ini.
rasa khawatir mendera, berwujud tangan yang mulai bergetar, Daisy menggeleng pelan, ia harus mengantar Arshaka segera kerumah sakit.
"Ayo.. Ayo a--aku bantu kakak ke rumah sakit, luka nya harus segera di jahit sebelum infeksi"
Arshaka terdiam, namun senyum tipis tak sampai matanya keluar, ada yang menghangat di dalam sana hingga membuat nya menerima genggaman tangan Daisy.
Arshaka menengok saat Daisy membawanya berdiri, kepalanya menggeleng pelan, dengan tangan yang bergetar mustahil rasanya Daisy bisa memapahnya keluar dari Rooftop.
Arshaka memejamkan mata, menahan gejolak sakit yang ia rasakan agar bisa mempermudah langkah.
ia tak buta, ia sadar saat manik cantik milik gadis di samping nya itu memburam.
mungkin takut dengan luka luka yang ada di tubuhnya, untuk orang yang baru saling kenal, apalagi ia yang selalu bersikap menyeramkan pada Daisy, apa yang gadis itu lakukan sekarang cukup Aneh menurut Arshaka.
Namun yang lebih aneh saat ini adalah dirinya, ia jijik saat orang lain apalagi perempuan menyentuh tubuh nya seujung kuku pun, namun rasa itu tak ada saat kali ini Daisy memeluk--atau mungkin lebih tepat memapah tubuhnya.
Jangan kan perempuan, Arshaka tak pernah mengizinkan Para Anggota gengnya memapah nya seperti apa yang Daisy lakukan sekarang, kecuali Aryanka, kembaran nya.
"bawa gue ke sofa pojok" Daisy menghentikan langkah, pandangan nya memindai sudut Rooftop dan menemukan tiga buah sofa yang di tata memanjang, Daisy baru menyadari benda itu ada di sana.
namun kondisi Arshaka saat ini tak bisa di sepelekan, lelaki itu harus di bawa kerumah sakit sekarang.
Daisy menengok, berniat memprotes perintah Arshaka namun yang ada ia malah di suguhkan dengan tatapan Arshaka tepat pada manik matanya.
Daisy tepaku, ia tak tau apa yang membuat maniknya turut menatap manik hitam Arshaka tanpa rasa takut.
1 detik.
3 detik.
5 detik.
10 detik.
Tottt...
dan tatapan itu berakhir karna suara kelakson truk yang terdengar memekakkan.
Daisy mengerjapkan mata, merutuki manik nya yang bekerja di luar kendali, lain dengan Arshaka yang malah menciptakan senyum smirk nya.
"kakak harus kerumah sakit" ia menjeda kalimat nya sebentar dengan maniknya yang menatap kaki Arshaka yang terdapat luka menganga lebar.
"Lukanya mesti di jahit, sebelum keinfeksi sesuatu" Arshaka menggeleng pelan, membenarkan letak tangan nya dengan sengaja hingga membuat tubuh Daisy oleng.
Daisy memeluk Arshaka, takut jika lelaki itu jatuh, meskipun kenyataan nya Arshaka yang menahan tubuh Daisy agar tetap berdiri. Daisy saja yang tak menyadari itu.
"yakin kuat mapah gue sampe bawah?" Daisy meneguk ludah susah, membayangkan ia akan memapah Arshaka dengan tubuh lelaki itu yang tak bisa di bilang ringan membuat nya meringis.
juga satu hal lagi, posisi mereka saat ini membuat Daisy kehilangan cara bernafas dengan normal.
"luka nya? nanti kalau keburu infeksi?"
Arshaka mengangkat bahu, sebenarnya luka seperti saat ini tak ada apa apa nya bagi Arshaka, tentang tadi tubuhnya yang limbung, entah itu memang benar atau memang tubuhnya yang tengah memanfaatkan situasi.
"entar gue talphone Aryan buat dateng" Daisy berfikir sejenak sebelum anggukan sekilas nya terlihat sembari kembali memapah Arshaka.
Daisy menidurkan Arshaka di atas sofa dengan warna hitam yang terlihat masih baru.
lelaki itu menyembunyikan ringisan saat Daisy membawa kaki nya yang terluka hingga selonjoran di atas sofa.
Gadis itu sendiri duduk di ujung sofa, tepatnya di bawah kaki Arshaka sembari melepaskan sepatunya.
Arshaka hendak menolak, namun rasa sakit saat ia menggerakkan kaki hanya mampu membuat nya menahan umpatan.
Daisy menggigit bibir, ia tak mungkin diam saja saat melihat seseorang terluka parah di depan nya.
namun apa? luka di kaki Arshaka tak bisa di selesaikan oleh tangan gadis biasa seperti nya.
"Gue gak papa" sadar dengan apa yang gadis itu khawatirkan Arshaka membuka suara, luka di kaki nya memang sakit, tapi tak sesakit saat dulu ia mendapat tembakan pada bagian paha dan perut nya.
"Kaki kakak luka nya kayak gini kakak bilang gak papa, kalau gak ketutup darah aku pasti udah bisa liat tulangnya, kakak jangan pernah sepelein luka besar kayak gini, kakak mau kaki kakak di amputasi, setidak nya kalau bukan karna kakak khawatir sama diri kakak sendiri, kakak bayangin gimana khawatirnya orang tua kakak kalau sampai tau kondisi kakak sekarang"
Daisy membuang pandangan, ia menggigit bibir menahan isakan. Air mata sialan, ia tak ingin menangis namun entah kenapa bulir hangat itu tak bisa di cegah.
anggap saja memang ia yang terlalu terbawa perasaan karna tak pernah melihat secara langsung seseorang terluka separah ini.
Daisy menyapu air matanya kasar, jika memang Arshaka tak perduli pada dirinya sendiri, maka Daisy juga tak ingin peduli.
Daisy membalikkan badan, berniat pergi dari sana namun cekalan cepat yang tiba tiba hadir menahan tangan nya membuat Daisy menahan langkah.
"tolong talphon Aryan" Jika di fikir fikir, ini kali pertama Arshaka mengucapkan kata tolong pada orang lain, bahkan pada anggota nya saja tak pernah.
Ia ketua, panutan, dan ia tak pernah membiasakan diri meminta apapun, baik itu pertolongan atau benda selama ia dapat mendapatkan dan melakukan nya sendiri.
Selama ini Aryan yang mengatur pembagian tugas geng motornya--bukan dirinya--baik dalam penyerangan ataupun aksi sosial yang sering mereka lakukan.
karna itu, Aryanka di nyatakan sebagai wakil ketua The Lion yang di setujui oleh semua anggota.
kembali pada kedua insan itu. Daisy mengambil nafas panjang mencoba menetralkan perasaan nya.
ia melirik Arshaka yang tengah anteng menatap nya lembut, tatapan yang baru ia lihat sekarang.
Sial nya, itu semakin membuat lelaki di depan nya itu ribuan kali terlihat lebih tampan.
Ah.. andai saja Ekspresi Arshaka selalu seperti sekarang, Daisy yakin lelaki itu akan menjadi artis dadakan ibu kota.
"nomor nya?" Daisy mengabaikan tatapan Arshaka yang semakin Intens, gadis itu menyodorkan ponsel nya pada Arshaka yang di terima tanpa beban oleh lelaki itu.
Dering yang terdengar dari benda di sekitarnya membuat Daisy mengernyit, gadis itu bahkan langsung mengedarkan pandangan dan berhenti pada saku seragam Arshaka, bunyi itu berasal dari sana.
Arshaka tersenyum smirk sembari mengembalikan ponsel Daisy, selanjutnya lelaki itu mengambil ponselnya sendiri dan berucap melalui pesan suara.
"kaki gue luka, di Rooftop" sesingkat itu, hingga membuat Daisy membuka mulutnya sedikit dengan kening mengernyit, terlalu bingung dengan akal pintar Arshaka.
****