"Tunggu, Christ!!"
Pria itu masih bergeming. Berlagak pendengarannya tuli. Terus saja berjalan keluar menembus tebalnya ladang salju. Padahal tinggi salju sudah mencapai lututnya. Badai salju juga belum sepenuhnya reda. Tapi Christ paksakan untuk tetap berjalan. Dia hanya fokus pada keinginannya. Yaitu secepatnya pergi dari perkampungan itu.
Terlalu lama berada di kampung Deepy bisa membuatnya gila. Dia tidak mau memunculkan ingatannya tentang semua pembantaian yang pernah Christ lakukan di tempat ini. Bisa-bisa perasaan bersalahnya kembali menghantuinya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com