Wajah Briel memanas, dadanya terasa sesak. Dia tak tahan lagi. Air matanya seketika luruh tanpa bisa dihentikan. Dia bahkan tak peduli dengan dua orang yang ada di dalam lift. Dia tak bisa menghentikan tangisnya dan entah apa sebabnya.
Sementara itu, di kamar Erland.
Erland hanya diam dan kembali menatap pemandangan di luar balkon. Dia benar-benar tak mengantar Briel menuju Bandara. Dia sendiri larut dalam pikirannya. Semalam jelas-jelas Briel mengatakan masih mencintainya, lalu mengapa Briel seperti ingin menghindarinya lagi? Erland benar-benar tak bisa memahami pemikiran Briel.
***
Ke esokan harinya di kediaman Bram.
Pagi-pagi sekali Briel keluar dari kamarnya dan sudah siap untuk bekerja. Ya, dia benar-benar kembali ke Jakarta. Kepergian yang seharusnya memakan waktu satu minggu, ternyata hanya butuh satu hari untuk Briel memutuskan sesuatu setelah pertemuannya dengan Erland di Bali.
"Selamat pagi," sapa Briel seraya tersenyum seraya melihat Clara dan Bram bergantian.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com