webnovel

Crazy Rich Squad : Dolmabache Gate

SINOPSIS "Jangan pernah bicara tentang arti cinta kepadaku. Seseorang yang tidak mengerti arti seni tidak pantas bicara tentang cinta. Dan kamu, adalah salah satunya." Prameswari terpaku, kalimat itu membuatnya sadar, bahwa selama ini, sikap kasar dan dingin yang ditunjukan Ferhat untuk dirinya, adalah luka masa lalu saat Ferhat hidup sebagai Aslan, yang telah digoreskan olehnya. Belum sempat Prameswari menjelaskan segalanya, Aslan telah menutup mata perlahan di pangkuannya sambil tersenggal seolah nafasnya akan berhenti. Tepat di saat Prameswari hendak mencabut belati tersebut, berharap masih sempat menyelamatkan Aslan dan menjelaskan semuanya, kesadarannya seperti berangsur hilang, dan tiba-tiba saja dirinya telah berada dalam pelukan seseorang yang paling dia benci di dunia ini. Ferhat. ~•••~ Prameswari adalah seorang siswi teladan dari desa kecil di Jawa Tengah, tepatnya Desa Bangsri Jepara yang mendapatkan beasiswa untuk meneruskan pendidikan di salah satu pusat mode dunia, yaitu kota Paris, negara Perancis. Keadaan membawanya pada perseteruan panjang dengan Ferhat, Asisten Dosen yang menjadi pembimbingnya. Ferhat memang selalu dingin dan cenderung sinis kepada wanita, tidak terkecuali kepada Prameswari. Meskipun demikian, Prameswari tidak perduli. Sampai saat mereka harus bekerjasama membuat tugas proyek yang membuat keduanya terpaksa pergi ke Istanbul Turki bersama-sama. Sebuah peristiwa supranatural membuat Prameswari tersedot dan mengalami kehidupan di masa lalu, yang membuatnya mengerti, mengapa Ferhat sangat membenci wanita, khususnya Prameswari. Prameswari yang menyadari bahwa Aslan dan Ferhat adalah jiwa yang sama dalam raga yang berbeda, serta hidup dalam waktu yang berbeda, membuatnya mengerti, mengapa Ferhat sangat membenci dirinya.

Risa Bluesaphier · Historia
Sin suficientes valoraciones
24 Chs

16. Menu Indonesia Terfavorit

Kali ini Prameswari dan sahabat-sahabatnya akan memberikan kontribusi saat makan siang. Menu akan semakin beragam, sebab Prameswari meminta Sanjona untuk memasak momo, semacam kudapan berisi daging atau ayam dan bumbu khas Nepal yang sangat lezat, kalau di Indonesia rasanya mirip pangsit, bentuknya mirip gyoza atau dimsum. Sedangkan Hien akan membuat pho, sup khas Vietnam dan vietnam roll berisi sayuran dengan kulit paper rice yang dimakan dengan saus gurih asam manis kaya rasa kesukaan Prameswari. Sedangkan Laksmi akan membuat makanan berat, yaitu nasi briyani.

Prameswari yang sudah mempersiapkan desert berupa es kacang merah dan cendol, tetapi sudah kepuru habis, akhirnya berusaha membuat empal gepuk yang menurut Prameswari masih cocok bila dijodohkan dengan nasi briyani ayam yang dibuat oleh Laksmi. Sebagai tambahan, Prameswari juga membuat pempek palembang. Dan perkedel kornet yang tadinya akan dibawa ke airport sebagai kudapan berat, karena telah habis saat sarapan tadi pagi, maka dengan bahan yang seadanya Prameswari membuat klapertart yang berfungsi sebagai makanan penutup sekaligus kudapan. Prameswari berharap masakannya tetap akan disukai seperti yang sebelum-sebelumnya.

Untuk variasi minuman, Prameswari membuat es timun serut dicampur dengan jelly parut, biji selasih dan perasan lemon dicampur air soda dan gula. Cocok untuk diminum saat siang hari. Sesuai harapan, semua merasa puas dengan hidangan makan siang yang dibuat oleh para gadis. Dan menu Indonesia menjadi favorit semua yang hadir menurut voting asal-asalan yang mereka lakukan di grup telegram. Meskipun Prameswari merasa senang mendapatkan begitu banyak pujian, dia juga tetap memuji dan memberi poin pada masakan sahabat-sahabatnya.

"Baiklah, semua sudah kenyang sekarang?" Enzo berdiri dari kursinya dan bicara sedikit keras untuk meredam keriuhan perebutan makanan seperti yang terjadi saat sarapan. Wajah-wajah kekenyangan menatap Enzo dengan malas, sebagian bersandar pada kursi akibat kekenyangan.

Enzo tertawa geli melihat Ferhat yang berusaha acuh, padahal setiap Prameswari tidak melihat, dia yang paling banyak menghabiskan empal gepuk buatan Prameswari. Harus diakui, empal gepuk tersebut jauh lebih enak daripada steak di restaurant bintang lima yang sering mereka cicipi.

"Aku minta waktu kalian sejenak. Setelah makan siang, kira-kira kita memiliki waktu sekitar dua jam untuk membereskan barang-barang, lalu bersiap menuju airport, karena kita akan terbang ke Istanbul sore hari. Buat Edmond, Ferhat, Nikolazs, dan Gervaso, mungkin kalian sudah menduga, tetapi tetap perlu aku sampaikan, bahwa kita akan menggunakan pesawat komersial menuju Istanbul."

Keempat nama yang disebutkan itu langsung berjingkrakkan dengan gembira. Akhirnya, mereka bisa merasakan naik pesawat reguler, dan bukannya pesawat pribadi milik keluarga seperti biasanya.

Enzo menunggu sahabat-sahabatnya menghentikan rasa euforianya, baru melanjutkan kata-katanya. "Satu hal lagi, kita akan duduk di kelas ekonomi bersama yang lainnya." Sejenak mereka saling berpandangan. Lalu sekali lagi berjingkrak-jingkrak senang. Para gadis dan mentor pendamping yang menyaksikan malah terheran-heran.

"Dasar 'Putra Mahkota' gila, naik pesawat reguler kelas ekonomi kok senang. Padahal mereka punya jet pribadi." Prameswari bersama sahabat-sahabatnya membatin.

Yang tidak diketahui para gadis adalah, selama ini, para pria yang mereka juluki 'Putra Mahkota' itu, sellau hidup dengan pengawalan ketat. Sejak kecil, mereka sering menjadi sasaran penculikan, sehingga ke mana-mana selalu didampingi pengawal pribadi. Maka, sesuatu yang sering dilakukan rakyat jelata, seperti menggunakan transportasi publik, bagi mereka adalah sebuah kemewahan yang telah lama mereka impikan.

Rupanya, para mentor pendamping yang dipilih secara ketat sudah melalui seleksi yang cukup serius agar berfungsi ganda sebagai pengawal bagi putra-putra kesayangan mereka dalam mensukseskan misi ini.

Ya, tanpa sepengetahuan putra-putra mereka, para orang tua telah membahas suatu program untuk membuat pewaris mereka memiliki mental survival, namun tetap aman dalam pantauan orang-orang profesioanl dibidangnya.

Insiden antara Ferhat dan Prameswari menjadi pemicu timbulnya ide tersebut. Selain untuk meredam spekulasi para netizen yang penasaran dengan menyembunyikan mereka ke luar negri berkedok proyek ujian dari kampus, sekaligus mereka ingin memberikan training untuk putra-putra mereka agar lebih bisa menguasai ilmu untukbisa bertahan hidup dan memenangkannya.

"Baiklah, sekarang bagi yang masih ingin menghabiskan makanan yang lezat ini dipersilahkan. Tadi Geraldo memberitahuku, bahwa para gadis sudah mempersiapkan extra klapertart, momo, dan puding mangga untuk bekal kita menuju airport sampai di boarding gate. Geraldo bilang, extra empal gepuknya akan masuk bagasi untuk santapan kita saat tiba di Istanbul bagi yang ingin makan kebab berdampingan dengan empal gepuk."

Sekali lagi para pria berjingrakan seperti anak kecil yang diberi permen oleh orang tuanya. Tidak terkecuali Ferhat, yang tanpa sadar ikut berjingkrakan dengan teman-temannya. Kegembiraan natural yang diperlihatkan oleh Ferhat membuat Prameswari tersenyum. Dia merasa sangat familira dengan Ferhat yang selalu gembira seperti saat ini.

"Mengapa aku merasa ketika Ferhat bersikap spontan dan gembira serta ramah, terasa sangat familiar? Seolah-olah aku mengenalnya sudah sangat dekat dan cukup lama. Padahal aku baru mengenal Ferhat di sini, di Paris. Itupun karena Ferhat menjadi asisten dosen bagiku. Jika tidak, aku mungkin hanya akan mengenal Ferhat sebagai sebuah nama saja." Prameswari bicara dalam hati. Bagaimanapun, Prameswari tidak mengerti dengan perasaan yang baru saja melintas dipikiran dan perasaannya.

Prameswari berusaha mengingat-ingat, mungkin suatu waktu sebelum ke Paris, dia telah mengenal Ferhat tanpa sengaja. Namun usahanya sia-sia. Prameswari tidak bisa mengingat, di mana dia pernah bertemu Ferhat sebelumnya.

Tiba-tiba pandangan Ferhat beradu dengan Prameswari yang sedang melamun sambil tersenyum. Keduanya terpaku dalam pikiran masing-masing.

Ferhat menatap Prameswari lekat-lekat, manik matanya langsung menghujam pada bola mata Prameswari yang hitam. "Kenapa aku merasa seperti sangat mengenal gadis menyebalkan ini? Matanya mengingatkan aku akan sesuatu. Tetapi aku tidak bisa mengingatnya sesuatu itu apa? Dan senyuman itu... rasanya aku pernah sangat-sangat dekat dan sering menikmati senyuman yang membuatku merasa damai setiap melihatnya. Siapa kamu sebenarnya, Prameswari? Apakah kamu pernah menguntitku? Ataukah kamu adalah putri dari salah satu penculik yang pernah menyekapku berhari-hari?"

Ferhat teringat saat dirinya diculik lalu disekap untuk meminta uang tebusan kepada kedua orang tuanya. saat itu usia Ferhat sekitar tujuh tahun. Dan dirinya disekap di sebuah rumah salah seorang penculik yang kebetulan memilki seorang anak gadis. namun karena wajah Ferhat selalu ditutup, dia tidak bisa melihat wajah gadis yang selalu memberinya coklat atau permen ketika ayahnya yang penculik itu sefdang tidak ada.

Ferhat mencoba mengingat-ingat senyum samar yang ada dalam ingatannya saat sekilas penculik membuka tutup kepalanya dan lupa mematikan lampu ketika memberinya makan, saat itu sekilas dia melihat seorang gadis kecil tersenyum padanya. dan dia berambut pirang.

"Tidak, gadis itu bukan Prameswari. Jika gadis itu adalah Prameswari, maka aku tidak akan membencinya. Sebab gadis itu selalu baik padaku." Ferhat sekali lagi mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

"Dan rasa benci ini, aku juga tidak tahu dari mana asalnya. Entah mengapa setiap melihat Prameswari aku merasa sangat muak. sangat ingin membunuhnya sampai aku merasa sesak dan nyeri di ulu hati." Ferhat masih saja berdialog dengan dirinya sendiri, begitupun dengan Prameswari. Waktu yang sesaat bagaikan seabad saat rangkaian film yang berputar lambat di benak mereka mencari jawaban atas misteri apa yang terjadi diantara mereka.

Nikolazs yang memperhatikan Ferhat serta Prameswari saling berpandangan, menyenggol bahu sahabatnya dengan pundaknya. "Mulai jatuh cinta, Bro? Dari perut naik ke hati, ya?" Ferhat yang segera sadar langsung menyiku perut Nikolazs dengan gemas.

"Awas ya kalau mulutmu ember." Ancam Ferhat.

"Rahasia aman, Bro. Pastikan saja aku bisa mendapatkan operasi gratis untuk membuatku lebih tampan di rumah sakit orang tuamu."

"Sial. Mau memrasku?" Ferhat mendelik.

Nikolzs mengedikkan bahu. "Apa boleh buat. Aku tidak punay budget untuk operasi plastik. Apa gunanya punya teman yang memiliki rumah sakit sebesar St. Aymeric Cheron kalau tidak dimanfaatkan." Nikolazs tertawa puas melihat wajah Ferhat yang memerah. Dia sempat melirik ke arah Prameswari yang juga tampak malu saat dia dan ferhat terpergok saling memandang oleh Nikolazs.