Hai... Berly kembali lagi.
Makasih yang udah setia baca cerita imajinasiku yang absurd ini.
.
.
.
.
.
Gavriil POV
Malam masih sunyi seperti biasanya. Menghadirka kamu diam-diam dalam kepala. Mungkin diri ini begitu egois. Tidak mengizinkanmu berdekatan dengan lelaki lain. Tidak membiarkanmu mengenakan gaun yang terbuka. Tetapi aku? Aku justru membiarkan gadis lain mencium bibirku.
Tapi, diri ini ingin engkau mengerti bahwa aku sedang membangun istana cinta di hatiku, hanya untukmu. Mi amor.
Pikiranku teralihkan, saat hewan nocturnal memasuki area balkon kamarku. Kami memanggilnya lampein karena mereka bersinar menyinari gelapnya malam.
Hewan ini bertubuh kecil seujung kuku. Dengan sayapnya yang berkelap-kelip warna-warni serta tubuh mereka yang berwarna kuning dengan senyuman menghiasi wajah mereka.
Tubuhku berputar perlahan, mengalihkan pandanganku dari gelapnya hutan menuju terangnya kamar dengan sosok gadis cantik jelita yang sedang berjalan ke arahku, mengenakan gaun malam membuat kulitnya yang cerah terekspos dengan jelas. Glek.
Senyumannya yang manis seperti nektar, membuatku ingin meletakkan bibir ini di atas bibirnya. Lagi. Dan rasanya candu. Bibirnya yang sensual itu menimbulkan rasa ketagihan membuatku ingin melumatnya tiada henti.
Berly memeluk tubuhku. Erat. Meletakkan wajahnya di ceruk leherku. Sungguh tingkahnya sangat manis.
"Ngantuk" rengeknya.
"Tidurlah" ku elus surai panjangnya yang berwarna keemasan itu
"Temenin" rengeknya sambil menciumi leherku.
~~~
"........jangan lupa kita akan mengadakan pesta panen tahun ini." titah Raja Daner.
Kami makan dengan diam, tak ada suara sedikitpun. Pelayan segera membersihkan meja saat kami selesai menyantap sarapan.
"Pangeran Galvin, undang semua petinggi kerajaan di negeri ini."
"Putri Galvia, kau bertugas menghias halaman belakang istana. Kita adakan pesta di sana."
"Dan istriku, tolong pastikan cuaca baik-baik saja."
Ayah melirik ke arahku dan Berly, menghela napas.
" Dan Princess, calon menantuku. Jikalau boleh, aku ingin mengundang Ibu dan Ayahmu. Katakanlah bahwa sahabat lamanya rindu."
Ayahku beranjak dari duduknya sambil memegang kedua pelipisnya. Aku tau sepertinya ada yang mengganggu pikirannya. Tak biasanya sikapnya seserius ini. Aku melirik ke arah Ibu, dan Ibu hanya tersenyum simpul sambil mengedikkan bahu.
~~~
Bunga berwarna-warni terangkai dengan sempurna di halaman belakang istana. Para pelayan terlihat sibuk memindahkan keperluan pesta.
Galvia dan kepala pelayan sedang membahas sesuatu sambil sesekali mencatat di kertas usang. Aku melihat gadisku berlari kecil menghampiri adikku yang tersenyum riang. Entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas rona bahagia terpancar di wajah Princess Berly.
Aku melihat Berly menengadahkan tangannya tinggi-tinggi kemudian cahaya berkilauan memenuhi tubuhnya dan semua kilau itu tersebar ke segala penjuru arah membuat hiasan yang telah di buat oleh pelayan semakin sempurna.
Rumput yang semula berwarna hijau, terlihat menjadi warna-warni. Dari bawah tanah, keluar beberapa akar. Bukan beberapa, mungkin ratusan akar keluar dari dalam tanah, merambat ke dinding istana kurang lebih lima meter tingginya. Kemudian akar-akar itu membentuk atap dan menyatu dengan akar-akar di sebrangnya. Wow. Menakjubkan. Can u imagine?
Aku melihat ke bawah, mencari gadisku. Dia sedang memegang ujung akar yang terjuntai bebas dan menciummnya lembut. Seketika, bunga-bunga kecil berwarna-warni bermunculan serta daun-daun hijau yang menambah kesegaran pemandangan itu. Sungguh menakjubkan.
~~~
"Dia masih keponakanmu, Yang Mulia" sergah lelaki bertubuh kekar itu.
"Dia ancaman bagiku, Perdana Menteri. Dia akan merebut takhtaku." balas seorang wanita berkulit putih pucat dengan sayap berwarna merah menyalanya. Menggunakan mahkota berkilau yanh cantik, "Aku akan menghabisinya" lanjutnya.