webnovel

Part 1

~Semesta sudah merancang semua dengan sangat detail hanya untuk sebuah pertemuan~

***

Author

"Dah, buruan! Lo ikut gue kan berangkatnya?" tanya gadis yang sedang menyampirkan tasnya di bahu kirinya dan sudah berada di samping mobil merah miliknya.

"Iya, sabar dikit napa. Lo ya, gak berubah. Tetep aja kek gini," celoteh Indah yang segera memasuki mobil dan mendudukkan diri di samping gadis tadi.

"Elah, gue lagi yang salah. Kapan gue diliat bener seh?"

"Lah, malah ngoceh! Buruan. Ntar telat," kata Indah yang ditanggapi gadis tadi dengan mobil yang melaju kencang.

"Ero, lo ya gak bisa pelan dikit apa bawa mobil? Perasaan bokap lo bukan pembalap deh,"

"Lah, emang sapa yang bilang Papa gue pembalap? Gak ada, kan? Lagian gue juga gak minat tuh jadi pembalap, gue cuman suka aja sama yang namanya balapan," ucap Ero. Selepas itu, ia kembali konsentrasi dengan apa yang sedang ia kemudikan.

Baru saja memasuki area sekolah, bel masuk sudah berbunyi.

"Ro, lo gak mau anter gue ke ruang guru gitu?" tanya Indah memelas.

"Sorry Dah, gue buru-buru,"

Ero segera melangkahkan kakinya untuk ke kelas, berharap guru berkepala penuh angka itu belum sampai di kelasnya.

Bantingan tubuh gadis yang baru memasuki ruang kelas itu, membuat teman sebangkunya menoleh.

"Tumben telat?" tanya Rara masih sibuk dengan coklat yang dipegangnya. Pemilik manik abu-abu itu masih berusaha mengatur napasnya, belum sempat teratur Pak Andi masuk. Bukan, beliau bukan guru matematika yang sedari tadi diceritakan. Beliau guru piket hari ini. Ya, dan inilah yang menjadi suasana mendebarkan bagi siswa di kelasnya.

"Yeaaaayyyyy" sorak sorai terdengar selepas Pak Andi selesai mengucapkan kalimat terakhirnya. Pemandangan yang sudah tak asing bagi pelajar saat guru yang biasanya rajin malah tak hadir. Sebuah surga dunia.

"Ro, ini celananya. Coba dulu," kata Dika yang tiba-tiba berdiri di samping Ero yang berniat menggigit coklat hasil pemberian Rara.

"Nanti, Dik." balasnya masih dengan tangan yang sibuk mendekatkan coklat ke arah mulutnya.

"Sekarang Maurero Artemis!" perintah Dika dengan nada penuh penekanan membuat gadis itu berdecih sebal sambil menyambar celana abu-abu khas sekolahnya yang tergeletak di mejanya lalu menuju ke belakang kelas dan mencoba memakainya. Ia tak mungkin masih mengelak permintaan itu, sedang Dika sudah menyebut nama lengkapnya dengan penuh penekanan.

"Liat? Sudah?" tanyanya dengan pandangan yang masih tak sepenuhnya menatap Dika.

"Sip! Nanti sore latian di sini"

"What? Kenapa dadakan kek gini? Gue mau pulang capek," cerocosnya.

"Sorry, gak ada penolakan. Ini sudah H-3. Dan lo belum latian sama sekali!"

"Suruh siapa lo pilih gue?"

"Terserah gue!"

Elah, buset dah, galak bener nih orang.

Ero hanya memutar bola matanya malas dan memilih untuk kembali duduk dan menimati coklatnya. Belum juga menyentuh bibir mungil miliknya, gadis mungil itu kembali menjauhkan coklat itu.

"Nih celana punya siapa, Dik?" tanyanya penasaran karena masih saja ada cowok semini dirinya.

"Punya Dek Nata, Arganata Russel."

Nata? Arganata Russel? Semacam tak asing lagi.

Ia segera merogoh ranselnya dan mencari benda pipih berwarna rosegold di kantung depan ranselnya. Ia membuka aplikasi whatsapp dan segera menscroll chatnya dan membuka sebuah grup yang bernama 'Club Robotika'

"Dia anak robotika, Dik?" tanya Ero selepas membaca naman Arganata Russel di daftar peserta grup. Dika hanya menoleh dan mengangguk.

***

Indah menghampiri gadis yang sedang berdiri di ambang pintu kelas dengan tatapan ke arah lapangan.

"Ngeliatin siapa hayo?" goda Indah.

"Cowok yang lagi main bola di sana," jawab gadis sekenanya tanpa mengalihkan pandangan dari seseorang yang memakai kaos merah di tengah lapangan dengan peluh yang menetes karena lelahnya mempertahankan bola yang sedang berada dalam penguasaannya.

"Cielah, bisa juga lo suka sama cowok?" sindir Indah.

Pemilik netra abu-abu itu hanya tersenyum kecut mendengar tanggapan Indah yang lebih ke pertanyaan.

"Ro, buruan ganti celana, kita latian sekarang! Nih celananya," kata Dika yang sudah berada di sampingnya dengan sebuah celana olahraga khas sekolahnya yang ntah dia dapat dari mana. Gadis hanya bisa menghela nafas berat dan mengambil celana di tangan Dika. Ia sudah lelah dengan cowok yang selalu mengaturnya itu.

"Dah, sorry ya gue tinggal. Gue latian defille dulu, lo bisa ikut literasi atau ekstra apa aja dah," ucap Ero sebelum meninggalkan Indah sendiri.

"Habis lo pake tu celana, cepet kembalikan ke orangnya. Hari ini! " perintah Dika kembali terdengar di indra pendengaran Ero.

Sumpah ni cowok ngeselin banget!

"Emang nih celana punya siapa? "

"Dek Nata,"

"Gue yang ngembaliin? Kan gue gak tau orangnya, juga gak tau dia kelas apa," sergah Ero.

"Ya nanti gue yang anterin lo ke kelasnya. Udah buruan ganti,"

Gadis tadi tak menjawab dan segera berbelok ke arah kanan, toilet wanita.

***

Pemilik rambut hitam kecoklatan itu mengusap peluhnya yang menetes setelah latihan sore ini. Ia kemudian menegak habis air mineral di tangannya. Belum sempat nafasnya teratur suara mengesalkan itu kembali terdengar di telinganya. Manik matanya menatap orang yang memanggilnya, malas.

"Cepet ganti celana lo, gue tunggu di kelas. Langsung kembalikan," katanya tanpa memberi Ero kesempatan untuk mengelak.

Bibir gadis itu mengerucut, ia mendengus kesal dan meninggalkan teman-temannya yang masih duduk bersantai. Sedangkan ia? Harus segera mengganti celananya.

Tak perlu waktu lama ia mengganti celana dengan rok yang sedari tadi digenggamnya karena dia juga tak ingin mendapat celotehan cowok menyebalkan itu. Selepas itu, ia hanya membuntuti Dika yang berjalan menuju kelas seseorang yang bernama Nata itu.

"Nata ada?" tanyanya dengan suara yang sangat lunak kepada teman sekelas Nata.

Elah, lembut banget ngomongnya. Giliran sama gue ketus banget!

Gadis yang ikut dengan Dika itu mendongak untuk melihat papan yang menggantung dia atas pintu setiap kelas "X-G". Pandangannya teralih pada seseorang yang sekarang sedang berada di depan Dika dan hendak menerima celana olahraganya.

Lucu.

Kata itu yang muncul pertama kali di benak Ero. Adik kelasnya itu terlihat sangat menggemaskan hingga tanpa sadar Ero menaikkan tangannya seolah ingin mencubit pipi adik tingkatnya itu dari jarak jauh. Namun, belum sempat cowok bernama Nata itu menyadari keberadaan Ero, ia sudah lenyap dari pandangan Ero membuat Ero juga berbalik dan berlari menuju kelasnya tanpa menghiraukan Dika lagi. Yang ia pikir sekarang adalah pulang. Dan jangan lupa dia perlu membawa Indah juga.

Braaaak....

Gadis itu terjatuh dengan siku yang menjadi tumpuannya.

"Siapa si.... " katanya terputus saat melihat manik mata seseorang yang baru saja menabraknya. Ia buru-buru berdiri tanpa memperdulikan siku kanannya yang tergores dan mengeluarkan sedikit darah.

"Sorry, gak sengaja," katanya dingin, membuat Ero menghela nafas dan hanya bisa mengangguk dengan senyum tipis yang terukir di bibir mungilnya. Cowok itu berlalu dari hadapan Ero begitu saja, membuat Ero menghentakkan kakinya dengan kesal.

Ish, dingin banget. Kek es di kutub. Udah nabrak orang, gak nanya luka apa nggak. Gak liat apa siku gue berdarah. Eh, tapi gak sakit juga sih. Ngapain juga. Ya kan setidaknya sedikit peduli gitu. Ngeselin banget. Untung sayang.

---

Part ini gimana? Aneh nggak?

Mohon kritik dan sarannya ya.

Author tunggu ya. Kan itung-itung buat penyemangat gitu.

Vommentnya ditunggu ya.

See you on next part.