webnovel

Apakah Sama Saja? (2)

Riski sudah sampai di sekolahan, dan sudah juga memakirkan motornya di tempat yang sudah di sediakan. Parkiran masih terlihat sangat sepi, padahal 20 menit lagi akan ada bel. Riski masih tidak tau ia mau kemana, saat ini hanya duduk di sebuah kursi yang sudah usang di dekat mushola. Riski hanya memandangi kiri dan kanannya, banyak orang yang baru datang dan juga banyak orang yang bergerombol, mungkin itu kakak kelasnya. Riski hanya berdiam diri, belum ada teman atau kakak kelas yang mengenali dirinya.

Di sela-sela diamnya, Riski juga mencari dimana Septi berada. Tapi tak melihat keberadaannya hingga bel sudah berbunyi.

Setelah bel berbunyi, ada pengumuman yang menjelaskan bahwa semua murid baru diharuskan pergi ke lapangan dan menempati bagian yang paling tengah. Karena di sisi kiri dan kanan akan di isi kakak kelas.

Riski berjalan menuju lapangan yang berada di depan. Di tengah perjalanannya ada segerombolan orang yang belum mengenakan seragam sekolah, dan masih mengenakan seragam SMP nya dahulu.

"Pasti dia juga murid baru di sini. Seragamnya belum jadi kali ya." batin Riski dengan terus melihatnya.

"Dia kok bisa dapat teman? Sedangkan gue? Padahal seragam mereka dari sekolah yang berbeda." Riski terus memikirkan hal yang membuatnya takut.

Riski kemudian tak memikirkannya lagi, dan mencoba berpikir positif saja. Setelah sampai lapangan, Riski kagum dengan banyaknya siswa yang berkumpul. Akan sulit jika menemukan keberadaan Septi di sini.

Karena pembagian kelas belum di mulai, Riski ikut bergerombol dengan murid baru lainnya. Di sekolah ini, banyak peraturan yang membuat siswa akan menjadi tertib. Tidak boleh menggunakan sepatu berwarna putih atau warna-warni, rambut harus pendek, dan harus memakai peralatan lengkap seperti kaos kaki, dasi, dan juga sabuk.

Jika ada yang melanggar peraturan itu biasanya akan mendapatkan poin, dan jika poin itu sudah terkumpul banyak, akan ada hukuman. Hukuman yang paling sadis adalah di keluarkan dari sekolah ini.

Riski tak begitu memikirkan masalah itu, karena sedari SMP ia selalu bisa rajin dan berpakaian lengkap.

Kepala sekolah keluar dari sebuah lobi di sana, dan berdiri di depan dengan membawa mic untuk memberikan pengumuman.

"Selamat pagi semuanya." sapa kepala sekolah dengan ramah dan tersenyum lebar.

"Pagiii." jawab semua murid kompak.

"Baik, kita kedatangan adik-adik kelas 10 yang baru. Jadi, untuk semua kelas 11 dan juga 12 di harapkan memberikan contoh yang baik ke adik kelas kalian. Dan untuk kalian kelas 10, semoga betah di sini dan belajar dengan baik. Karena di sini merupakan sekolah kimia satu-satunya di kota ini, kalian akan mendapatkan pelajaran yang tidak di dapatkan di sekolah lain. Akan ada banyak pengalaman kalian di sini, akan ada teman baru, entah dari organisasi, teman sekelas, atau luar kelas. Kelas 10 nanti akan ada pengumuman di papan pengumuman, di mana saja kelas kalian. Nanti setelah mengetahui kelas, kalian akan berkumpul di sini lagi. Dari saya segitu aja, terima kasih." jelas kepala sekolah itu, dan langsung pergi lagi.

Kemudian seluruh siswa pergi, kelas 11 dan 12 menuju ke kelasnya masing-masing. Dan Riski hanya mengikuti rombongan siswa baru untuk melihat pengumumannya.

Sekilas, Riski melihat Septi berjalan menuju koperasi. Pandangan Riski terus tertuju padanya, dengan harus tetap fokus ke depan.

"Ahh, cantik banget." gumamnya sendiri.

Untung saja tidak ada yang mendengarnya.

Riski sudah sampai, dan ia melihat pengumuman itu. Dan ternyata Riski mendapat kelas Kimia Industri 4 atau singkatannya adalah KI4.

Di sekolah ini, dari urutan absen. Dan berhubung nama Riski berawalan huruf 'R' maka ia mendapatkan KI4.

Setelah mengetahuinya, Riski kembali lagi ke lapangan sesuai yang telah di perintahkan kepala sekolah. Di lapangan sudah ada guru, dan beberapa organisasi osis di sana untuk mengarahkan murid baru.

Semua berurutan dan di arahkan dengan baik. Riski sudah bergerombol dengan kelasnya, dan Riski hanya diam saja karena tidak mengenali teman sekelasnya. Ada yang bertubuh sangat besar, dan juga ada yang bertubuh kecil. Ada yang berkulit putih, dan ada juga yang berkulit hitam seperti Riski. Yah, semoga di sini tidak memandang fisik sebagai bahan bertemannya.

"Lo dari sekolah mana, bro?" tanya orang yang berada di sebelah Riski.

Riski menoleh, "Dari SMP 12. Lo sendiri darimana?" tanya Riski balik, dengan harapan ia bisa mendapatkan teman apalagi ini merupakan teman sekelasnya nanti.

"Gue dari SMP 10. Dekat sama sekolah ini btw, rumah gue pun juga dekat dari sini. Jadi, jalan kaki pun bisa, hahaha." jawabnya.

Riski menyulurkan tangannya, "Gue Riski, lo?"

"Gue Alan."

Satu teman sudah di dapat Riski, rasa khawatirnya juga sudah mulai menghilang. Semoga 30 orang yang lainnya akan seperti ini, dan Riski bisa mendapatkan hanyak teman. Satu kelas di sekolah ini berjumlah 32 orang, di kelas Riski terdapat 20 cewek dan juga 12 cewek.

Banyak ceweknya, bagaimana bisa Riski berbicara kepada seorang lawan jenisnya? Apakah ia akan menerima Riski dengan baik?

Seorang guru yang mengenakan baju olahraga maju kedepan dengan membawa mic juga.

"Kalian mulai besok akan pergi ke lapangan serayu, tau semua kan lapangan serayu? Di dekat sini, lampu merah itu belok ke kanan. Besok memakai baju olahraga kalian, dan sepatu harua hitam. Bukan seperti sekarang ini yang kayak pelangi. Oh iya, masalah rambut harus pendek, kalo besok masih ada yang panjang maka akan di potong habis di sana." tegas guru olahraga itu yang bernama Anas.

"Sekarang kalian menuju kelas masing-masing, kenalan sama teman kelas kalian. Dan akan ada sedikit materi dari kakak kelas osis ini." lanjut Anas dengan ucapannya yang tegas, sepertinya beliau merupakan orang yang galak.

Di setiap kelas sudah ada osis yang berjumlah 2 orang dan akan mengantarkan menuju kelas.

Satu persatu kelas mulai berjalan, dan sekarang tibalah saatnya kelas Riski yang berjalan. Riski sangat gugup dan juga optimis.

Orang yang berada di depan Riski juga sudah mulai mengobrol saat berjalan, tetapi Riski memilih diam dan tidak berbicara ke Alan, teman yang baru didapatnya.

Kelas Riski berada di paling pojok, saat sudah masuk kelas Riski memilih duduk di tengah bersama Alan tentunya. Riski tidak ingin berada di paling depan, ia takut jika ada guru yang galak dan mematahinya.

Setelah semua sudah duduk dengan rapi, kakak kelas osis langsung memberikan materinya.

"Baik, sekarang kalian maju satu persatu untuk menulis nomor handphone dan juga nama kalian di papan tulis ini. Dan kalian semua harus menulis nomor teman kalian yang maju ke depan. Di mulai dari ini." kakak kelas osis itu menunjuk bangku yang paling depan.