Dari jarak yang tidak jauh, Gary bersama Ben sedang menatap kearah Kya yang sedang berkunjung ke makam ayahnya, namun begitu terlihat jelas bahwa Gary yang tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun. Seketika membuat Ben dalam menyimpulkan sesuatu.
"Aneh, dan tidak biasanya Tan Gary sampai menatap kearah Kya seperti itu. Jelas-jelas seperti tatapan adanya rasa cinta. Tapi kalau dipikir-pikir, Nona Kya tidak kekurangan apapun juga. Sudah kaya raya, pintar, dan cantik. Benar-benar wanita idaman semua pria, namun anehnya Tuan Gary tidak begitu menyadari bahwa istrinya adalah sebuah berlian berharga bagi pria lain," batinnya Ben yang mulai terlihat iba akan kisah rumah tangga tuannya.
Semakin terus memandangi Kya dari jarak yang jauh, namun Gary sama sekali tidak berniat untuk mendekat kearah istrinya. Hingga membuat Ben Bagas sedikit kebingungan dengan sikap tuannya.
"Um, Tuan Gary. Apa Tuan tidak sebaiknya datang langsung ikut berkunjung dengan Nona Kya? Memangnya untuk apa kita di sini hanya bisa menatap dari jauh?"
"Tidak ada, tapi aku hanya ingin tahu. Lagipula kenapa kamu yang harus peduli?" Gary terlihat kebingungan.
"Ah tidak ada, Tuan. Saya hanya ingin menanyakannya saja."
Membuat Ben Bagas terdiam ketika pertanyaannya justru membuat Gary merasa tidak nyaman. Tetapi saat itu, ada seorang pria yang mencoba berjalan mendekat kearah Kya, namun Gary sepertinya kenal dengan pria tersebut.
Saat kacamata hitam dilepaskan, sontak membuat Gary merasa bingung ketika melihat Lucas menghampiri istrinya.
"Mau apa dia?"
"Apa Tuan sedang cemburu?"
"Diam kau, memangnya siapa yang sedang cemburu? Aku hanya penasaran karena pria itu adalah temanku."
"Benarkah, Tuan? Tapi, sebaiknya Tuan berhati-hati dengan temannya Tuan sendiri. Sebab, bisa saja dia ikut mengagumi kecantikan dari Nona Kya. Secara Nona Kya memang bisa diakui bahwa dia wanita yang berbakat dan memiliki banyak keindahan yang tersimpan padanya," ucap Ben sampai dirinya tidak sadar sedang ditatap dengan tatapan yang tajam oleh tuannya.
"Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud apapun, hanya untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi," sahut Ben Bagas yang mulai merasa bersalah.
"Hari ini kau sudah terlalu banyak ngomong," ketus Gary.
Memang saat itu, Kya tidak sengaja bertemu dengan Lucas saat pria itu sedang mengunjungi makam adiknya, dan tidak sengaja melihat adanya Kya di tempat itu.
"Hai, Kya. Ternyata kau ada di sini juga. Oh, ini ayahmu ya." Lucas terlihat ramah dan langsung ikut menaburkan bunga-bunga indah yang masih tersisa sedikit di dalam keranjang bunga.
"Ya, begitulah kenyataannya sekarang, dan aku benar-benar merasa sangat kesepian. Tapi, terima kasih karena kamu sudah membantu menaburkan bunga untuk ayahku," ucap Kya dengan penuh ramah.
"Bukan hal yang sulit, tapi kamu ke sini datang sendirian?"
"Ya benar, lalu bagaimana denganmu, siapa yang sedang kau kunjungi, Lucas?" tanya Kya.
"Adik perempuan ku, dan hari ini adalah hari ulangtahunnya. Jadi, aku menyempatkan diri untuk selalu datang setiap ulangtahunnya tiba beserta dengan hari kematiannya. Um, kalau boleh bisakah setelah ini kita berpergian sebentar? Ya hanya untuk mencari angin segar, dan itupun jika kamu tidak keberatan, Kya."
"Tentu saja aku mau, Lucas."
Saat itu Gary terlihat tidak senang ketika melihat mereka berdua terasa begitu dekat, dan tentunya membuat Gary penasaran kenapa mereka bisa sampai saling kenal. Tidak ingin membuat hatinya terus-terusan berada di dalam api cemburu, Gary segera meminta untuk pergi dari sana.
Dirinya begitu tidak menyadari bahwa saat ini ia sedang dilanda kecemburuan. Tentu saja Gary berpikir bahwa semua ini hanyalah salah satu alasan kecil dalam hatinya, namun ia benar-benar berpikir bahwa rasa kesal ini hanya semata-mata karena penasaran.
Berbeda dengan Kya dan Lucas yang memiliki untuk berjalan ke sebuah danau kecil serta taman yang indah. Entah kenapa kali ini Kya ingin sekali mengunjungi tempat yang dulunya sering ia pergi dengan ayahnya.
Membuat Kya merasa senang dan bahagia saat berada di dalam tempat itu, begitupun dengan Lucas yang diam-diam pergi demi bisa membeli dua buah es krim.
"Ini untukmu," ucap Lucas sembari memberikan sebuah es krim untuknya, dan lagi-lagi pemberian itu membuatnya semakin teringat dengan ayahnya.
Kya terus menatap saat melihat ada beberapa kesamaan dalam setiap tindakan yang sedang Lucas perlihatkan.
"Um, Lucas. Kenapa kamu berpikir untuk memberikan aku es krim? Kau tahu? Bahwa es kirim ini yang semakin membuatku teringat dengan papa." Kya merasa tersentuh akan perhatian kecil dari Gary.
"Oh ya? Maafkan aku kalau sampai membuatmu harus merasa kesedihan dengan mengingat papamu, sungguh aku tidak tahu kalau es krim ini membuatmu semakin merasa rindu." Terlihat Lucas seperti merasa bersalah.
Namun, Kya hanya bisa tersenyum kecil di saat melihat raut wajahnya Lucas yang terlihat panik, ia lalu berkata. "Tenanglah, Lucas. Itu bukanlah sebuah kejahatan, dan justru aku merasa sangat senang ada seseorang yang juga bisa memperlakukan aku seperti yang diperlakukan istimewa oleh papaku. Tapi maaf, kalau aku sampai membuatmu jadi kebingungan seperti ini. Aku memang terkadang sering berlebihan," ucap Kya yang mulai berlinang air matanya, namun ia berharap untuk tidak perlu menangis.
"Oh, tidak apa-apa, Kya. Aku mengerti jika dirimu sedang merasa sedih apalagi menyangkut dengan papamu. Tetapi, aku juga akhirnya senang karena dihari ulang tahun adikku, aku tidak datang terlambat. Tentu saja aku sangat mengerti," sahut Lucas yang saling mengutarakan dengan isi hatinya akan kerinduannya.
"Pasti adikmu sangat bahagia bisa memiliki kakak yang perhatian seperti dirimu," sahut Kya.
"Tentu saja, aku selalu ingat jika dia berharap bisa mendapatkan kakak ipar sebelum dia pergi. Tapi, semua itu tidak bisa aku berikan karena aku belum bisa mendapatkan wanita yang tepat untukku, meskipun memang ada beberapa yang mencoba ku dekati, namun mereka tidak memiliki kecocokan sedikitpun. Tapi, tunggu aku ternyata sudah begitu banyak berbicara." Lucas pun menyadari dan akhirnya ia pun merasa malu.
Membuat Kya terkekeh ketika mendengar hal itu, ia pun berkata. "Justru aku bisa lebih senang ketika ada orang lain yang juga mengatakan tentang hidupnya. Jadi, aku tidak harus selalu bercerita terus-menerus."
"Kau bisa saja, Kya. Tapi, maaf, Kya. Jika aku boleh menyinggung persoalan saat kau sedang berada di pantai. Sebetulnya apa yang sedang terjadi dan kenapa kamu sampai harus pulang ke rumahnya Gary? Apa kalian memiliki hubungan yang cukup dekat? Jika memang kamu merasa keberatan maka tidak perlu menjawabnya, aku mengerti jika itu privasi hidupmu."
Seketika keceriaan Kya kembali menghilang di saat mendengar nama Gary. Tentu saja ia senang bahwa dirinya menyadari hubungannya dengan Gary bukan sekedar main-main. Tapi, akan lebih membuatnya sedih ketika ada orang lain yang akan menertawai dirinya.
"Lucas, aku takut kalau kamu akan menertawai ku," ucap Kya dengan perlahan.