"Tidak, kita semua melihatnya."
Ucap pegawai yang lain, mereka menatap Jiao dengan tatapan ingin tahu siapa sebenarnya dia. Jiao sendiri merasa sangat gugup saat semua mata di sepanjang perjalanannya memperhatikannya tanpa berkedip, dia berjalan sambil memeluk berkas-berkas yang tadi diberikan oleh Abri sambil menundukkan kepalanya sehingga dia kembali menabrak Abri saat Abri berhenti di ruangannya.
"Jiao, sudah dua kali kamu menabrakku! Apa yang terjadi denganmu?"
tanya Abri merasa sangat heran, Jiao kemudian menatap Abri dengan menengadahkan kepalanya karena Abri terlalu tinggi, Jiao hanya setinggi dada Abri sehingga dia sangat mungil dihadapan Abri.
"Maafkan aku, Tuan. Semua pegawaimu menatapku seperti seekor macan yang sangat kelaparan. Aku takut!"
Abri kemudian melihat sekelilingnya dan semua pegawainya tertunduk dan segera meneruskan pekerjaan mereka.
"Apakah penampilanku sangat aneh, Tuan Abri?"
tanya Jiao lagi sehingga membuat Abri segera menarik tangan Jiao dan mengatakan dengan keras sesuatu kepada Jiao yang membuat semua pegawainya membelalakkan matanya.
"Penampilanmu sangat mengesankan, Sayang! Kamu sangat cantik dan imut!"
ucap Abri dalam bahasa Inggris yang sangat fasih dan keras sehingga pegawainya menganga mendengarnya. Abri segera menarik tangan Jiao dan membawanya masuk ke dalam ruangannya.
"Terima kasih, Tuan! Anda telah menyelamatkanku dari tatapan mereka."
Ucap Jiao merasa lega setelah memasuki ruangan Abri. Tetapi Jiao merasa tengkuknya terasa dingin, dia kemudian mendongakkan kepalanya menatap Abri yang wajahnya sekarang terlihat sangat dingin menatap tajam kearah belakang tubuhnya.
Jiao kemudian mengikuti arah pandang Abri dan menemukan dua lelaki yang sangat tampan sedang menahan senyum menerima tatapan tajam dari Abri. yang satu bermata biru sementara yang satu memiliki wajah ala timur tengah, hidungnya sangat mancung dan tumbuh cambang di sekitar pipi dan rahangnya.
"Kalian kenapa menatap kami seperti itu?"
tanya Abri yang mengerti apa yang dipikirkan kedua adiknya, Alexi dan juga Daniyal.
"Maafkan kami, Kakak! Kami menunggumu terlalu lama, rapat akan segera dimulai, sebaiknya kita menuju ruang rapat sekarang!"
ajak Alexi yang merasa sangat ketakutan dengan tatapan Kakaknya yang seperti akan menelannya hidup-hidup.
"Kalau begitu kalian berjalan lebih dulu. Aku masih ada sesuatu yang harus di lakukan!"
ucap Abri kepada Alexi dan Daniyal yang langsung berlari meninggalkan ruangan Abri. Setelah Alexi dan Daniyal pergi, Abri kemudian memberitahu Jiao kalau kedua adiknya juga tidak boleh tahu kalau dia adalah pemilik perusahaan yang akan bekerjasama dengan perusahaan mereka yang sebenarnya.
"Baik Tuan Abri, aku akan menuruti semua yang anda katakan!"
ucap Jiao yang kini kembali mengikuti Abri keluar dari dalam ruangannya dan kini menuju ke ruang rapat. Kini mereka berjalan berdampingan dan kembali menjadi perhatian semua orang yang berada di kantornya. Abri dan Jiao kini berada di ruang rapat, mereka langsung menempati kursi kosong yang telah tersedia.
"Jiao, bagikan sekarang berkas-berkas itu!"
Ucap Abri kepada Jiao yang langsung membagikan berkas-berkas yang diperlukan mereka semua baca sebelum terjadi kesepakatan dan tanda tangan kontrak.
"Tuan-tuan semua, sebelum kita menyepakati kontrak kerjasama kita siang ini, kami harap anda semua mempelajari berkas-berkas ini. kami tidak mau kalau setelah menandatanganan kontrak ada keluhan atau sesuatu yang tidak berkenan dihati kalian sehingga akan membuat kerjasama kita memiliki hubungan yang tidak sehat."
Ucap Jiao seperti yang sudah Abri ajarkan sebelumnya. Abri tersenyum puas saat melihat kerja Jiao yang sangat memuaskan. Gadis itu memang muda belajar.
Mereka akhirnya menandatangani perjanjian kontrak dan mulai hari ini kedua perusahaan resmi bekerja sama. Perwakilan dari perusahaan milik ayah Jiao mengundang Abri dan Jiao untuk mengunjungi Hotel mereka di Alexandria dan mengadakan acara perayaan kesepakatan kerja sama diantara mereka.
Hanya Jiao dan Abri yang akan pergi karena Alexi dan Daniyal ada acara lain yang mengharuskan mereka terbang ke Amerika saat itu juga. Abri dan Jiao segera menuju kota Alexandria dengan mengendarai mobil mereka sendiri sementara perwakilan perusahaan ayah Jiao mengikuti dibelakangnya.
"Tuan, target saat ini berada di hadapan kami, kita akan sampai dalam dua jam. Apakah Tuan sudah menyiapkan segalanya?"
tanya pegawai dari perusahaan ayah Jiao kepada seseorang disebrang sana. Mereka merencanakan sesuatu yang buruk kepada Abri dan Jiao. orang yang saat ini berbicara ingin menghancurkan nama baik Abri juga akan merebut semua harta milik Jiao.
Abri dan Jiao menempuh perjalanan lumayan lama dan setelah beberapa waktu mereka akhirnya sampai juga di Hotel milik mendiang Papa Jiao di kota Alexandria. Mereka saat ini sudah berada di tempat parkir untuk menunggu perwakilan dari perusahaan Ayah Jiao yang tadi berada di belakang mereka. Beberapa saat kemudian mereka segera sampai dan langsung mempersilahkan Jiao dan Abri untuk memasuki hotel dan langsung menuju ke tempat pertemuan.
"Silahkan Tuan, Nona!"
ucap Pegawai yang mewakili perusahaan ayah Jiao. Kini dia akan bertemu dengan dewan direksi yang merupakan orang yang bertanggung jawab atas semua perusahaan dan hotel milik Ayah Jiao.
Dia adalah anak angkat Ayah Jiao dan dia harus menyerahkan semua perusahaan milik Jiao saat gadis itu berusia dua puluh tahun. Saat ini Jiao baru sekitar tujuh belas atau delapan belas tahun, itu artinya dua tahun lagi Rino harus menyerahkan perusahaan ayah angkatnya kepada Jiao, pewaris yang sesungguhnya.
"Tuan Abri, Nona Jiao, kalian akan kami antarkan sampai disini, sebentar lagi direktur Utama kami akan segera tiba. Tuan Rino saat ini masih dalam perjalanan."
Ucap kedua pegawai yang tadi mengadakan meeting dengan mereka.
"Tuan-tuan, kalian berdua tidak menemani kami?"
tanya Abri merasa agak curiga dengan sikap dan kelakuan kedua pegawai itu yang terburu-buru akan meninggalkan mereka.
"Maafkan kami Tuan, tetapi kami masih ada pertemuan dengan kolega yang lain."
Ucap kedua pegawai dari perusahaan Ayah Jiao itu. Akhirnya Abri dan Jiao terpaksa menunggu Tuan Rino datang. Saat mereka masuk, mereka melihat sudah ada banyak makanan dan minuman di atas meja. Abri juga melihat ada beberapa botol arak.
"Jiao, sekarang kita duduk disini dan menunggu sebentar. Kamu ingat, orang ini sepertinya memiliki sesuatu kepada kita."
bisik Abri ditelinga Jiao yang langsung menganggukkan kepalanya.
"Baik Tuan Abri, anda tenang saja. Aku akan melakukan sesuai apa yang anda katakan!"
Ucap Jiao sambil tersenyum kepada Abri. Tak lama kemudian, Rino datang dan mereka segera berbincang santai.
"Bagaimana perjalanan anda Tuan Abri, Nona...?"
tanya Rino berbasa-basi. Padahal dia sudah memantau saat Abri dan Jiao masih dalam perjalanan.