webnovel

Bertemu Barra

Abri segera menuju ke dapur dan melihat Jiao sedang memasak makan malam, Abri melihat gadis itu masih sangat muda, mungkin usianya separuh dengan usianya saat ini. Jiao menurut Abri belum ada dua puluh tahun, mungkin sekitar delapan belas tahunan. Abri segera duduk di ruang makan dan melihat apa yang dilakukan oleh Jiao, dia sangat terampil dan sepertinya sudah terbiasa melakukan hal ini setiap harinya. Saat Jiao selesai masak dan akan menghidangkannya, dia sangat terkejut karena ternyata Abri sudah berada di belakangnya dan memperhatikannya saat memasak.

"Tuan, aku sangat terkejut. Apakah keadaan anda sudah membaik sekarang?"

tanya Jiao tersenyum kepada Abri yang langsung memalingkan wajahnya, dia merasa senyum Jiao sangat mirip dengan Kara, karena saat pertama kali bertemu dulu, Kara juga masih sangat polos seperti Jiao.

Entah kenapa hatinya tiba-tiba bergetar saat melihat senyum Jiao, dia menjadi sangat merindukan Kara saat ini. Jiao kemudian meninggalkannya kembali ke dapur dan segera kembali dengan secangkir kopi, dia melihat Abri seperti ayahnya, Jiao belum pernah bertemu dengan ayahnya, dia menghormati Abri seperti menghormati ayahnya karena menurut dugaan Jiao, Abri juga sudah hampir berusia sekitar tiga puluh delapan tahunan yang berarti Abri lebih tua darinya dua puluh tahun, itu sudah pasti seperti ayah dan anak.

"Tuan, silahkan diminum kopinya, ini bisa menghangatkan tubuh anda. Aku akan melanjutkan memasak lalu kita akan makan malam bersama."

ucap Jiao kepada Abri yang langsung menggunakan kesempatan ini untuk bertanya kepada Jiao.

"Nona, terima kasih kamu telah menolongku! tadi aku tersesat dan mencoba memanjat dinding rumah anda tetapi malah terjatuh. Apakah kamu tinggal sendirian dirumah sebesar ini?"

tanya Abri sambil menyesap kopinya. Sementara Jiao kembali ke ruang makan dan meletakkan beberapa hidangan lagi.

"Tuan, sudah menjadi kewajibanku menolong siapapun yang membutuhkan pertolongan, kalau tinggal disini aku tidak sendiri. Sebenarnya aku tinggal di Shanghai, tetapi aku sedang merawat salah satu muridku yang sakit. Kasihan dia sudah tidak memiliki ibu, dia sangat merindukan ibunya dan katanya aku bisa mengobati kerinduannya kepada ibunya. Aku tidak tega dan menuruti keinginanya."

ucap Jiao pada Abri yang mulai mengerti.

"Kenapa kamu membawanya keluar kota? kenapa tidak berada di Shanghai saja?"

tanya Abri sambil kembali menyesap kopinya. Jiao kemudian bercerita sambil menyiapkan alat makan untuk mereka makan malam.

"Jadi saat itu aku membawanya ke rumah sakit, lalu dia mau aku antar pulang tetapi dia tidak mau merepotkan Paman dan Bibinya, aku kemudian akan membawanya ke apartemenku, tetapi aku melihat berita bahwa aku menculiknya dan aku mungkin saat ini sedang di buru polisi."

ucap Jiao berterus terang, dia sedikit sedih saat menceritakan hal ini. Abri semakin tertarik dengan apa yang diceritakan oleh Jiao.

"Kalau begitu kenapa kamu tidak mengatakan kalau kamu adalah gurunya?"

tanya Abri pada Jiao yang langsung tersenyum.

"Aku melihat anak ini sedang sangat merindukan kedua orangtuanya, ibunya sudah meninggal dan ayahnya sedang berada di luar negeri, dia hanya tinggal bersama Paman dan Bibinya. Saat dia merasa nyaman bersamaku, aku akan merawatnya sampai dia sembuh dan akan menjelaskan semuanya saat aku sudah mengembalikannya kepada keluarganya nantinya, setelah dia sembuh, aku baru tenang meninggalkannya. Aku takut kalau dipaksa, dia akan menjadi kecewa dan semakin sakit nantinya."

ucap Jiao yang kini sudah selesai menyiapkan alat makan. Abri merasa sangat sedih mendengar cerita Jiao tentang putranya. Abri kemudian berpamitan untuk kembali ke dalam kamar karena dia tidak ingin putranya tahu kalau ayahnya berada dirumah ini juga.

"Tuan, kenapa anda tidak makan malam bersama dengan kami? anda pasti sangat lapar kan?"

tanya Jiao kepada Abri yang sebenarnya membenarkan ucapan Jiao. Hanya saja Abri belum siap bertemu dengan Barra, dia akan menemui putranya saat hanya ada mereka berdua, Abri akan merahasiakan kalau dirinya adalah ayah dari Barra.

"Nona, aki merasa sedikit pusing dan kedinginan, aku akan berbaring dulu saja, nanti aku akan mencari makanan sendiri kalau aku lapar."

ucap Abri sambil meninggalkan Jiao menuju kembali ke dalam kamarnya. Jiao kemudian tersentum dan segera mengambikan nasi juga lauk pauk dan air putih lalu membawanya ke dalam kamar Abri.

"Permisi, Tuan! ini aku bawakan saja makanan untukmu. Aku tidak mau kalau Anda juga sakit. Aku akan meninggalkan anda sekarang! selamat menikmati makan malam anda!"

ucap Jiao seraya meninggalkan kamar Abri menuju kamar Barra, Abri kembali membuka sedikit pintu kamarnya dan mengintip, apa yang akan dilakukan oleh Jiao bersama dengan putranya.

Setelah dari dalam kamarnya, Jiao langsung ke kamar Barra, tak berapa lama Abri melihat Jiao menggendong putranya, Barra sudah lima tahun dan tubuh Jiao seperti Kara, dia sangat mungil. Abri melihat Jiao agak keberatan menggendong Barra tetapi dia tetap menggendongnya.