Beberapa saat kemudian, ada mobil yang memasuki halaman, Jiao segera menurunkan Barra dan segera membukakan pintu rumah diikuti oleh Barra yang saat ini terkejut karena melihat mobil Daddynya berada di vila ini. Dia baru saja akan bertanya kepada Jiao saat Barra melihat Daddynya memasuki vila ini. Barra langsung berlari dan memeluk tubuh Daddynya. Sementara Abri tersenyum dan langsung menggendong putranya. Hanya Jiao yang kini diam melihat pemandangan itu dengan mulut menganga.
"Daddy, kenapa anda berada disini?"
tanya Barra dengan wajah polos nan imut, da sangat mirip dengan Kara yang membuat Abri menjadi selalu merindukannya.
"Tentu saja Daddy akan menjemputmu. Kamu kenapa nakal sekali? kasihan Miss Jiao harus kerepotan mengurusmu."
Ucap Abri sambil mencubit hidung Barra yang kini langsung menempelkan wajahnya diwajah Daddynya. Jiao masih menganga melihat ayah dan anak itu ternyata sangat mirip. Dia kini baru mengerti maksud perkataan Abri tadi pagi yang mengatakan kalau dia tidak akan kebur karena miliknya yang paling berharga ada padanya, ternyata Abri adalah ayah Barra.
"Miss Jiao, kalau anda menganga seperti itu, lalat bisa memasuki mulut anda."
goda Abri yang langsung membawa Barra masuk ke dalam vila sementara Jiao mengikuti ayah dan anak itu dari belakang. Orang yang melihat mereka pasti seperti melihat tuan rumah masuk ke dalam diikuti oleh baby sitter putranya. Pakaian Jiao masih sama dengan pakaiannya tadi pagi, tentu saja karena setiap bangun tidur Jiao akan mandi terlebih dahulu baru melakukan aktivitasnya.
"Tuan Abri, jadi anda adalah ayah Barra? kenapa tidak mengatakannya kalau anda adalah ayahnya. Anda pasti juga tidak tersesat kan semalam? anda sengaja memata-mataiku saja kan?"
tanya Jiao tidak terima, dia seperti sedang diuji oleh Abri semalam. Abri kemudian tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Benar, Nona! aku memang sedang mengujimu karena aku memiliki sebuah rencana yang bagus untukmu."
ucap Abri kepada Jiao yang kini meninggalkan Abri dan Barra dengan perasaan kesal, dia merasa seperti Abri juga mencurigainya menculik Barra kalau seperti itu.
"Dasar kalian ayah dan anak sama saja!"
ucap Jiao merasa sangat kesal saat ini. Sementara itu, Abri sedang membujuk Barra agar mau kembali ke Shanghai karena Abri sudah meminta Axton untuk menyiapkan pesta ulang tahun Barra dengan sangat meriah, tetapi Barra menolak seperti dugaan Abri.
"Daddy, aku tidak mau kembali kecuali aku kembali bersama dengan Miss Jiao. Aku ingin memiliki miss Jiao karena aku sangat menyayanginya. Aku merasa memiliki seorang ibu saat bersamanya, Daddy!"
rengek Barra membuat hati Abri merasa sangat sedih. Abri juga telah melihat kalau Jiao sangat menyayangi putranya juga sangat tulus saat merawat Barra, tetapi Abri tidak yakin kalau Jiao mau mengikutinya dan mengasuh Barra.
Abri melihat Jiao juga sangat kaya, dia tidak membutuhkan uang dan hartanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya seumur hidup karena Abri telah menyelidiki dan menemukan kalau Jiao adalah putri seorang milyarder. Bahkan beberapa perusahaan milik mendiang ayah Jiao telah bekerjasama dengan perusahaannya.
Abri tentu akan kesulitan kalau meminta Jiao untuk mengikutinya dan mengasuh putranya. Apalagi saat ini Jiao sedang kesal kepada Abri dan Barra yang menurutnya telah mempermainkannya. Abri kemudian memberitahu Barra bagaimana caranya agar Jiao mau mengikuti mereka dengan sukarela. Barra sangat pintar dan dia juga sangat mengenal wali kelasnya itu, makanya dia kemudian setuju dengan apa yang direncanakan ayahnya.
Malam harinya, Jiao mau tidak mau harus memasak makan malam untuk Abri dan juga Barra, dia masih kesal tetapi hatinya sangat lembut. Dia tidak akan tega kalau menerlantarkan kedua ayah dan anak yang saat ini menjadi tamunya. Saat Jiao meniju ke dapur, dia melihat Abri sudah berada disana bersama dengan barra, keduanya mengenakan celemek dan sedang memasak.
Jiao tersenyum saat melihat pemandangan itu, dia segera mengambil ponselnya dan merekam apa yang dilakukan oleh kedua orang berbeda generasi itu. Jiao tersenyum dan segera menyimpan rekamannya lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku celana panjangnya. Jiao kemudian menghampiri Abri dan Barra yang tampak terkejut saat Jiao sudah berada di belakang mereka.
"Kalian kenapa berada didapurku?"
tanya Jiao sambil melepaskan celemek milik Barra yang kebesaran. Jiao segera menggendong Barra dan membawanya keruang makan. Dia kemudian mendudukkan Barra dikursi khusus untuk anak kecil. Setelah itu dia segera membanti Abri menyelesaikan masakannya.
"Tuan, kenapa anda memasak segala? biar aku yang melakukannya, kalian adalah tamu dirumah ini. Aku harus melayani kalian berdua dengan baik meski kalian telah mencurigaiku sebelumnya."
ucap Jiao pada Abri yang tetap meneruskan memasaknya. Dia tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Jiao dan terus memasak hingga kini semua masakannya sudah selesai dan setelah menuangkan masakannya ke dalam wadah, Abri memberikannya kepada Jiao yang merasa seperti seorang istri menemani suaminya yang sedang memasak.