Waktu yang telah ditunggu – tunggu kini akhirnya tiba, dimana jadwal wisuda Jade telah ditentukan. Toga yang telah dipakainya seakan menambah kesan wibawa pada wajah pria tampan itu, serta memancarkan sinar kejeniusannya, membuatnya terlihat bagaikan permata yang berkilau dan memukau. Ruangan hall kampus itu telah dipadati oleh ribuan tamu termasuk tamu dari mancanegara maupun tamu lokal semuanya telah berkumpul menjadi satu. Jade kini pun telah menduduki salah satu bangku yang telah disediakan untuk para alumni yang akan diwisuda pada hari itu, sementara keluarga Smith lainnya pun telah menunggu di deretan bangku tamu. Seketika tatapan kedua sejoli itu telah bertemu dan Ivory hanya melayangkan sebuah senyuman indah yang diiringi dengan lambaian tangannya. Namun Jade segera mengulurkan tangannya seakan ia sedang menghembuskan nafas cintanya pada sosok gadis yang sedang dilihatnya dari kejauhan, hingga membuat gadis itu segera menunduk malu karena sikap pria yang terlalu berlebihan itu. Catherine yang tanpa sengaja melihat adegan itu segera meledek Ivory yang duduk disampingnya lalu menyikut tangannya pelan.
"Cieee… Yang lagi berbunga – bunga…" ujar Catherine terkekeh.
"Apaan sih Cath… Bisa aja kamu," ujar Ivory berdecak.
"Kalian serasi banget sih, aku jadi iri deh. Kapan ya, aku bisa dapat pendamping hidup seperti Kak Jade yang begitu sempurna itu. Ya Tuhan, sisakanlah satu sosok pria yang seperti Kak Jade untukku," ujar Catherine mengandai – andai.
"Pasti bisa kok Cath, mungkin selama ini kamu yang terlalu menutup diri. Oh ya, ngomong – ngomong kuliahmu gimana? Udah bisa diikuti kan?"
"So far so good, Iv. Kemarin sempat break sih, jadi untuk yang ketinggalan aku akan menyusulnya nanti."
"Santai aja Cath, gak ada kata terlambat kok, aku yakin kalo kamu terus berusaha pasti bisa cepat lulus juga dan segera menyusul Kak Jade."
"Aduh, aduh dua putri mama yang cantik lagi ngobrolin apa sih serius banget…" ujar Moniq yang sedang merangkul kedua bahu gadis itu.
"Eh mama, lagi bahas soal perkuliahan aja… Mama hari ini kelihatan bening banget ya…" ujar Ivory bahagia sembari menggenggam tangan ibunya karena setelah sekian tahun, ia akhirnya memiliki kesempatan untuk melihat kesempurnaan kecantikan dari sosok Moniq yang selama ini seakan telah luntur karena sejak wanita itu hidup menderita bersama dengan seorang psikopat yang telah menipunya habis – habisan hingga ia sudah hampir tidak pernah mempedulikan penampilannya lagi, apalagi selama ia mengalami siksaan batin yang disebabkan olehnya.
"Mama udah termakan usia kok, justru mama mau bilang kalo tuan putrinya mama hari ini cantik…banget. Auramu sekarang terlihat lebih berbeda sayang," ujar Moniq mengelus wajah putri kesayangannya.
"Ma…mulai lagi deh…" ujar Ivory tersipu malu membuat Catherine kembali meledeknya dan diakhiri dengan canda tawa diantara kedua gadis tersebut beserta Moniq dan Cynthia.
Acara wisuda pun telah dimulai dan ruangan hall telah dihadiri oleh para senator – senator kampus yang akan memindahkan tali toga, menyerahkan plakat dan sertifikat para wisudawan wisudawati. Acara pun berjalan dengan lancar hingga terdengar nama Jade yang terakhir diumumkan sebagai mahasiswa dengan prestasi Cumlaude yang memiliki IP tertinggi, membuat seluruh anggota keluarga tersebut merasakan luapan kebahagiaan yang penuh dengan rasa haru, terutama ketika tali toga pria itu telah berpindah tempat ke sebelah kanan dan ketika ia menerima plakat serta piagam penghargaan atas prestasinya. Tepuk tangan riuh segera memenuhi ruangan tersebut hingga acara selesai dan seluruh tamu pun telah dibubarkan. Semua wisudawan wisudawati terlihat begitu ricuh dan saling menunggu giliran untuk melakukan foto bersama antar sesama wisudawan. Tidak mau kalah, Ivory pun berniat untuk segera bertemu dengan pria itu agar ia bisa segera menyampaikan buket bunga yang telah dipegangnya dan memberikan ucapan selamat sehingga ia berusaha untuk menembus kerumunan ramai itu, namun tanpa sengaja ia melihat Jade yang masih memakai seragam lengkap tersebut terlihat sedang berdiri di sudut ruangan hall dan sedang berbicara dengan seorang wanita seumurannya. Seorang wanita Asia yang berpenampilan begitu elegan dan memukau dengan rambut kecoklatannya yang terurai membuat wajahnya terlihat begitu manis tatkala ia menyunggingkan sebuah senyuman pada Jade, lalu ia menggenggam tangan pria itu dan kemudian hendak mencium pipinya, namun Jade terlihat segera menolak wanita tersebut dengan halus. Ivory yang baru saja hendak berjalan menghampiri Jade dan merekam adegan tersebut dalam ingatannya dari kejauhan, ia seakan sedang menangkap sebuah siluet dari sudut yang berbeda, dan membuatnya salah kaprah, menyangka bahwa Jade berselingkuh dengan wanita lain selain dirinya. Air mata yang berderai dan buket bunga yang telah terlepas dari genggamannya seakan menemani derap langkah gadis yang segera berlari keluar itu, membuat Jade yang tanpa sengaja melirik bayangan gadis yang sedang berlari meninggalkan mereka itu merasa gelisah dan ingin segera mengejarnya.
"Lisa, aku benar – benar minta maaf sama kamu. Aku sungguh berterima kasih atas perasaan yang kamu miliki terhadapku selama ini, dan aku minta maaf karna gak pernah menyadari akan hal itu, aku tau kamu adalah wanita yang baik, tapi aku sungguh minta maaf karna aku gak bisa menerima perasaanmu. Bukan karna aku gak menghargaimu sebagai seorang wanita, tapi aku udah memiliki seorang wanita yang sangat kucintai dan aku akan segera menikah dengannya dalam waktu dekat ini. Kuharap kamu bisa mengerti keadaan dan posisiku saat ini dan aku yakin kamu pasti bisa menemukan pria yang lebih baik lagi dariku. Sekali lagi selamat ya Lis, aku pergi dulu, karna ada hal penting yang harus kuurus," ujar Jade sembari merapatkan kedua tangannya sebagai ucapan perpisahannya terhadap gadis berwajah oriental dihadapannya itu. Ia segera berlari menerobos kerumunan dan bertemu dengan James, namun ketika James hendak memberikan ucapan selamat kepadanya, ia segera memotong momen tersebut.
"Maaf pa, liat Ivy gak?"
"Nggak tuh, tadi bukannya dia nyusul kamu ya?"
"Itu dia pa, dia sepertinya salah paham terhadapku ketika dia melihatku sedang berbicara dengan teman wanita sekelasku. Aku mau cari dia dulu ya pa," ujar Jade segera meninggalkan James dan yang lainnya yang dalam keadaan bingung, lalu segera berlari keluar hall dan terus mengitari halaman maupun taman di dekat kampus yang cukup luas hingga ia mendengar suara tangisan wanita, lalu diam – diam dari belakang ia telah menemukan sosok yang dicarinya sedang meratap tangis dan terisak duduk sendiri di sebuah kursi taman yang terletak dibalik pepohonan lebat di sudut kampus.
"Apa semua pria itu sama saja ya? Selalu gak puas cuma memiliki satu lalu harus mencari yang lain lagi? Atau aku memang wanita bodoh yang selalu dengan gampangnya diperdaya oleh mereka? Hiks… Aku memang bodoh! Kenapa aku harus begitu gampangnya mempercayai apa kata – kata mereka?" ujar Ivory terus memukul tangannya sendiri pada kursi besi taman berwarna merah tersebut.
"Gak sakit tuh tangannya?" suara Jade yang sedang menyodorkan sebuah sapu tangan dihadapan gadis itu segera membuatnya begitu terperanjat. Namun Ivory yang segera menyadari keberadaan pria itu lantas segera berdiri dan beranjak meninggalkan pria tersebut, namun Jade yang begitu sigap telah menangkap tubuh gadis itu dan memeluknya dari belakang tanpa mempedulikan amarahnya yang telah memuncak.
"Lepaskan aku Jade! Lepaskan!"
"Nggak akan kulepaskan sampai kamu bisa tenang dan mau mendengarkan penjelasanku," ujar Jade tetap tenang.
"Apa lagi sih yang mau kamu jelasin? Bukankah tadi yang kulihat udah cukup menjelaskan semuanya, lantas untuk apa lagi kamu mengejarku kalo memang ternyata kamu telah mencintai yang lain?" suara Ivory yang semakin meninggi membuat Jade segera menahan gadis itu lalu berputar di hadapannya untuk menatap ke dalam matanya.
"Sayang, coba lihat kedalam mata ini. Coba kamu tatap aku, lalu aku ingin kamu melihat sendiri apakah aku memang pria seperti itu dimatamu? Apakah pengorbananku selama ini bukanlah apa – apa bagimu? Lalu coba kasih tau aku, apa arti kebersamaan kita selama ini kalo aku memang lebih memilih yang lain? Dia itu cuma teman kuliah yang kebetulan sekelas denganku. Aku pun gak pernah menyadari kalo dia ternyata selama ini memendam perasaan padaku dan tadi itu dia baru saja mencoba untuk mengungkapkannya padaku. Aku pun sama kagetnya denganmu, tapi aku langsung menolaknya secara halus."
"Tapi kamu menikmatinya kan, ketika dia menciummu tadi?"
"Apa? Tentu saja nggak. Ini pasti kamu salah liat deh tadi, karna kamu liat dari sisi yang berbeda. Tadi itu memang dia mencoba untuk melakukannya, tapi aku langsung menolaknya dan aku pun telah mengatakan padanya kalo aku udah punya seorang wanita yang begitu kucintai dan akan kunikahi dalam waktu dekat ini."
"Apa…?"
"Aku akan mengulanginya sekali lagi. Aku telah memiliki seorang wanita yang sangat kucintai, bernama Ivory Smith, dan aku akan segera menikahinya dalam waktu dekat ini. Apakah itu udah cukup jelas bagimu sayang? Apakah pernyataanku itu pun masih kurang meyakinkanmu bahwa aku memang benar – benar serius telah berkomitmen dalam hubungan kita ini? Kalo itu masih kurang meyakinkanmu juga, maka akan aku tegaskan sekali lagi kalo aku, Jade Swan, akan segera menikahi seorang wanita yang sangat kucintai yang bernama Ivory Smith dalam waktu dekat ini, karna hanya dia lah satu – satunya wanita yang selama ini telah mengisi relung hatiku, bukanlah yang lain, dari dulu, hingga sekarang dan sampai nanti kita menua bersama."
Ivory masih menatap Jade dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Sorot mata Jade memang tidak menyiratkan adanya kebohongan sedikit pun. Tatapan yang memang sedari dulu telah dilihatnya berulang kali dan masih sama dengan sebelumnya serta tidak pernah berubah. Jade mengusap air mata di pipi gadis tersebut lalu segera mengunci tubuh dan bibir gadis itu kemudian mencumbunya mesra. Perasaan amarah Ivory yang telah memuncak kini perlahan – lahan menurun, bagaikan es yang membeku keras segera dicairkan oleh aliran air panas yang terus menerus menyiramnya hingga mencair untuk beberapa saat, bahkan kerinduan yang seakan telah menumpuk dalam hati kedua insan yang sedang dimabuk asmara itu pun kini segera terbayarkan. Jade perlahan – lahan melepaskan pagutannya dan kembali memandang wajah gadis itu lekat lalu membawanya kembali duduk di kursi taman yang hampir ditinggalkan olehnya barusan.
"Asal kamu tau sayang, bibir, mata, pikiran dan hati ini gak akan pernah menyentuh ataupun melihat ke yang lain lagi karena semuanya telah terkunci dalam dirimu. Hanya kamu seorang pemilik seutuhnya dan aku bisa memastikan itu, jadi kamu gak perlu khawatir kalo aku akan berpaling. Aku harap kamu bisa memahami itu sayang… Please, jangan nangis lagi, aku pun merasa terluka melihatmu begini," ujar Jade kembali memeluk gadis itu dalam dekapannya.
"Aku…Aku…minta maaf, mungkin karna aku tadi salah liat dan cemburu buta…Aku mengira kamu pun melakukan hal yang sama dengan Robin dulu…"
"Jangan pernah samakan aku dengan dirinya. Aku justru tadi menolaknya ketika dia berusaha menciumku, tapi aku tau kalo aku gak boleh membiarkannya melakukan itu karna aku telah mengunci diriku hanya untukmu seorang. Makanya mulai sekarang kamu jangan cemburu – cemburuan lagi, kita akan segera menikah, jadi nggak ada alasan lain lagi bagiku untuk berselingkuh apalagi mencari yang lain. Kalo aku mau cari yang lain, udah dari dulu sayang. Justru aku selama ini gak pernah bisa mencintai yang lain karna aku terlampau menyayangi dan mencintai dirimu sejak lama. Itulah alasannya kenapa aku gak pernah mau punya pacar seperti yang pernah kukatakan padamu sebelumnya karna tanpa kamu sadari, kamu telah mengisi ruang dalam hatiku terlebih dahulu. Sungguh, ketakutanmu itu gak beralasan, dan ingat, jangan mengutuk dirimu sendiri ya. Kalo kamu udah lebih tenang, kita kembali ke dalam yuk, mereka udah nunggu kita," ujar Jade kembali memeluk tubuh gadis itu dan segera merangkulnya ketika ia melihat keadaannya sudah dalam keadaan baik – baik saja. Setelah merasa baikan, Ivory segera menggandeng tangan pria yang telah diulurkan padanya, lalu mereka segera berjalan kembali menuju hall. Sebelum mencapai pintu utama tempat tersebut, mereka tanpa sengaja berpapasan dengan Jane, wanita muda dengan wajah oriental yang telah membuat Ivory salah paham.
"Jade…Kukira kamu udah pulang… Jadi…ini ya…wanita yang kamu maksud tadi? Aku…sebelumnya aku minta maaf ya sama kalian karna mungkin gara – gara aku jadi buat kamu salah paham ya sama Jade? Aku gak pernah tau kalo Jade ternyata selama ini telah memiliki seorang kekasih yang begitu cantik dan bahkan akan segera menikah. Soalnya dia selama ini terkenal sebagai mahasiswa yang diam seribu bahasa di kelas. Jadi gak banyak yang tau soal dia. Aku beneran minta maaf ya, udah buat kalian jadi gak enak gini. Oh ya, kamu juga jangan salah paham ya, aku dan Jade juga tadi gak ngapa – ngapain kok, karna Jade langsung menolakku," ujar Jane menjelaskan pada Ivory sembari tersenyum.
"Ah, ya, aku juga minta maaf karna udah sempat salah paham sama kamu dan Jade. Aku Ivory, salam kenal," ujar Ivory menyalami Jane.
"Salam kenal juga, aku Jane. Wah, aku benar – benar udah buat kacau situasi ya. Harusnya kamu gak salah paham dan percaya sama Jade, dia beneran pria yang baik, bisa dipercaya, bertanggung jawab terhadap segala keputusannya dan dia juga sangat menyayangi bahkan mencintaimu Iv, makanya dia tadi nolak aku langsung dan sama sekali gak memberikanku kesempatan sedikit pun, aku benar – benar salut sama dia. Kamu beruntung mendapatkan pria sebaik dirinya Iv, jaga dia baik – baik ya dan doaku semoga kalian senantiasa berbahagia hingga maut memisahkan. Aku pun akan memulai hidup baruku setelah ini di Canada. Semoga kita bisa bertemu lagi ya suatu hari nanti," ujar Jane seraya mengucapkan salam perpisahan.
"Iya Jane, sekali lagi terima kasih banyak ya," ujar Ivory merasa malu karena telah menuduh Jade dengan kata – kata yang tidak beralasan.
Keheningan kembali terjadi diantara mereka, membuat Ivory kehabisan kata - kata setelah kepergian Jane yang mengendarai mobil BMW berwarna abu silvernya. Jade seakan bisa mengerti situasi, ia pun segera menggenggam tangan gadis di sampingnya.
"Udah...Jangan dipikirin lagi...Aku gak menyalahkanmu kok, wajar kalo kamu cemburu. Aku justru senang, karna itu berarti kamu sekarang udah benar - benar menerimaku dalam hatimu dan telah mencintaiku sepenuhnya sayang, makasih ya..." ujar Jade kemudian mengelus kepala gadis kecil di sampingnya, membuatnya berdecak kesal, namun dalam hati kecil gadis itu, ia merasa senang karena ternyata apa yang ditakutkannya hanya ada dalam bayangannya dan kini ia baru mengetahui wujud asli cinta sejati terkadang tidak harus selalu berbentuk kepedulian ataupun kasih sayang, melainkan kepercayaan dan komunikasi satu sama lainnya juga merupakan komponen penting yang harus tetap dijaga oleh sepasang kekasih ataupun suami istri. Jade segera kembali memasuki hall dengan menggandeng sang kekasih tercintanya dan segera menyambut anggota keluarga dan tamu - tamu lain yang sudah menunggu untuk memberikannya ucapan selamat.