webnovel

Misi Kedua yang berjalan Mulus

James merasa tidak pernah menyimpan dokumen dengan wujud seperti yang dilihatnya saat ini. Apakah dokumen tersebut merupakan milik Enrique batinnya. Terlihat bahwa dokumen tersebut dibungkus rapi dengan sebuah bungkusan spesial. Ia melihat tulisan diatas bungkusan yang bertuliskan : "Untuk Ivory dan Jade". Rasa penasaran yang sudah sedari tadi merongrong perasaannya semakin menguatkan tekadnya untuk membuka isi dokumen tersebut. Dalam hitungan detik saja paket yang terbungkus rapi itu sudah dalam kondisi berantakan karena dokumen – dokumen didalam bungkusan telah dikeluarkan oleh tangannya. Tidak salah lagi batinnya. Ia tidak menyangka bahwa Enrique benar – benar mewarisi ilmu yang pernah diajarkannya bahkan melebihi perencanaannya. Ternyata isi dokumen tersebut merupakan sepaket dokumen kepemilikan atas segala aset yang dimiliki oleh Enrique. Itu berarti selama ini segala dokumen yang direbut dan diambil paksa oleh Nathan merupakan set dokumen yang dikloningkan oleh adiknya tanpa mengubah isi yang tertera didalamnya dan sengaja dibuat menyerupai aslinya untuk mengelabui lelaki itu. Ini akan menjadi senjata baginya untuk menyerang balik psikopat itu seperti yang pernah dilakukannya dulu terhadap Charlotte.

"Ada apa James? Kamu kok kelihatannya tegang banget."

"Aku udah menemukan senjata untuk menyerang psikopat itu. Dengan ini aku akan membuatnya menerima hukuman yang setimpal atas apa yang telah diperbuatnya. Bajingan itu benar – benar gak pantas untuk hidup," geram James seraya mengepalkan tangannya.

"Sabar sayang, hati – hati dan jangan gegabah dalam mengambil keputusan. Kali ini kita harus benar – benar bermain cantik. Pelan namun pasti. Jangan sampai apa yang kita rencanakan malah akan menjadi bumerang bagi kita sendiri. Lalu apa rencanamu setelah ini?"

"Aku ingin kembali menjalankan rencana operasiku yang sempat tertunda kemarin sayang, aku ingin memberikan kejutan pada psikopat itu. Tabunganku yang kudapatkan dari hasil penjualan rumahku dulu cukup untuk biaya operasiku dan aku masih menyimpannya. Yuk, kita jalan sekarang. Tapi sebelumnya aku ingin mengabari mereka dulu. Setelah kita selesai pindahan, kita segera ke rumah sakit," ujar James mantap dan Cynthia hanya mengangguk setuju.

Rencana James untuk membawa keluarganya kembali ke apartemen pemberian Enrique padanya dulu segera dilaksanakannya pada hari itu juga. Jade dan Ivory yang baru saja kembali dan melihat ketiga orang dewasa yang telah berkumpul bersama di ruang tamu membuat mereka tercengang untuk sesaat, lalu segera berkumpul untuk mendengarkan apa yang akan dibahas oleh lelaki itu seolah seperti siswa siswi yang sedang mempersiapkan diri untuk mendengarkan wejangan dari seorang guru. Awalnya berita yang dikumandangan oleh James membuat ketiga orang tersebut terperanjat karena semuanya terasa begitu mendadak. Namun, kondisi James yang memprihatinkan segera membuat mereka memahami bahwa keadaan James saat ini tidak mendukung kondisi tubuhnya yang membutuhkan ruang lebih untuknya bergerak leluasa sehingga tidak mungkin baginya untuk terus tinggal bersama mereka di rumah kecil tersebut. Bahkan justru James ingin segera mengeluarkan mereka dari kesengsaraan.

"Apakah kalian ada yang keberatan?" tanya James melihat ke seluruh wajah penghuni rumah yang sudah terlihat mengerut, namun tidak ada yang mengeluh ataupun menolaknya karena mereka ingin menghormati niat baik lelaki tersebut.

"Apakah ada pertanyaan? Ah, kalian juga jangan sungkan. Anggap aja itu seperti rumah kalian sendiri juga. Biar bagaimanapun itu juga adalah rumah pemberian Enrique, jadi kalian pun sangat berhak untuk tinggal di sana. Kita semua adalah keluarga bukan?" ujar James tersenyum lebar hingga matanya yang sebelah terlihat mengecil dan seketika keadaan rumah segera dipenuhi oleh suasana haru.

"Oh ya, ada satu hal lagi yang ingin ku umumkan. Mungkin untuk beberapa waktu kedepan aku gak akan berada di rumah bersama Cynthia. Kalian hati – hati ya. Doakan aja semoga operasiku berjalan lancar nanti," ujar James mantap.

"Jadi itulah yang pernah dikatakan oleh Robin sebelumnya?" tanya Ivory tiba – tiba.

"Hmmm…Memangnya dia bilang apa lagi ke kamu Iv?" ujar Jade kesal dan merasa cemburu karena lagi – lagi gadis itu menyebutkan nama tersebut.

"Waktu pertama kali aku dibawa ke rumahnya untuk menetap, aku merasa gak asing dan sepertinya pernah berkunjung ke rumah itu. Dia bilang kalo rumah itu dijual oleh seseorang yang membutuhkan dana untuk biaya operasinya dan karna penasaran aku langsung menebak jangan – jangan itu beneran paman. Aku memintanya untuk memperlihatkan foto profil akun properti milik paman yang bertransaksi online dengannya saat itu. Tentu aku kaget setelah melihat foto paman. Aku merasa pria dalam foto itu sangat mirip dengan paman tapi aku gak berani menyimpulkan tanpa bukti. Lalu aku memintanya untuk membantuku mencari info tentang paman hingga akhirnya kami mendatangi bibi yang akhirnya menceritakan semuanya," ujar Ivory menjelaskan, membuat James mengangguk paham.

"Hmmm…Jadi, rumah itu dibeli oleh kekasihmu yang bernama Robin itu? Astaga, dunia begitu sempit ya. Padahal aku udah berpikir bahwa keberadaan rumah itu gak akan pernah menjadi bagian dari kita lagi. Siapa sangka keponakanku ini bisa kembali mengisi rumah yang udah lama kutinggalkan itu hanya karna seorang pria asing membawamu kembali ke sana. Ngomong – ngomong Robin itu adalah pria yang sangat baik. Dia bahkan memberikanku bonus diatas harga penjualan yang kutawarkan. Sayang nasib anak itu begitu tragis," ujar James lirih.

"Iya, berkat dia menolong Ivory untuk tinggal bersamanya saat itu, putriku ini jadi terselamatkan dari rundungan psikopat yang terus berusaha menyiksanya…" ujar Moniq menimpali, membuat Jade segera terbatuk – batuk untuk menghentikan pembicaraan yang mengungkit perihal Robin lagi atau gadis itu akan kembali bersungut sedih, namun Ivory hanya menimpali dengan nada datar dan menyelipkan jemarinya diantara jemari pria tersebut.

"Aku gak apa – apa kok. Orang mama benar. Tapi kamu gak usah khawatir lagi karna aku udah janji akan berusaha untuk mengikhlaskannya," ujar Ivory tersenyum tipis yang dibalas kembali oleh senyum dan tatapan sendu pria itu. James dan Moniq seakan telah mengerti maksud dari sinyal batuk yang dibuat oleh Jade, lalu mereka pun berdehem dan akhirnya segera mengalihkan pembicaraan agar membuat gadis itu kembali bersedih hati.

Hari seakan kembali bergulir begitu cepatnya. Setelah mereka kembali ke apartemen James, kedua pasangan pemilik tempat tersebut segera menjalankan rencana mereka yang berikutnya. Tidak mudah bagi James untuk melewati masa kritisnya akibat operasi besar yang dijalankannya, namun tekad kuat yang telah bersemayam dalam hatinya seakan memberikan kekuatan yang begitu besar baginya untuk tetap bertahan demi menyelamatkan keluarganya. Sementara James menjalankan operasinya, Franklyn pun segera memenuhi janjinya pada Ivory untuk membantunya membalaskan dendam keluarganya dan juga atas kematian Robin, karyawan utama kepercayaannya yang sudah dianggap bagaikan putranya sendiri. Pada hari yang cerah itu, salah seorang pegawai kepercayaannya telah tiba di rumah kediaman Nathan yang dilacak oleh mereka melalui mesin pelacak. Rumah putih nan megah yang terpampang dihadapan mereka yang terlihat berdesain gaya klasik Eropa dan diperkirakan bernilai ratusan miliaran itu sungguh mengundang decak kagum bagi siapapun yang melihatnya. Tidak berapa lama setelah bel dibunyikan, keluarlah seorang lelaki paruh baya yang memiliki wajah bagaikan seorang psikopat. Petugas tersebut segera menyampaikan salam dan tujuan mereka mendatangi kediamannya, entah setan penggoda mana yang seakan telah memasukinya membuatnya seketika tergiur akan wacana investasi dan penyaluran kredit dalam jumlah besar yang ditawarkan oleh perusahaan finansial tersebut. Bagaikan pucuk dicinta ulam pun tiba, Nathan yang sudah dalam keadaan terlena pun akhirnya segera mengizinkan petugas tersebut untuk memasuki rumahnya karena ingin mendengar lebih lanjut mengenai hal menggiurkan yang disampaikan oleh petugas yang memang sudah terkenal akan profesionalitas kerjanya tersebut. Bukan Nathan namanya jika pria tersebut tidak serakah dan tidak tergiur dengan hal yang berkaitan dengan uang dan harta, apalagi saat ini ia memang sedang membutuhkan dukungan penyaluran dana agar ia bisa melipatgandakan aset yang dimilikinya. Tawaran yang begitu menggiurkan dirinya tersebut membuatnya segera menerima penawaran tersebut tanpa berpikir dua kali lagi dan menerimanya begitu saja. Bahkan hal tersebut membuatnya merasa bangga dan tidak sabar menunggu agar keuntungan yang akan didapatkannya bisa diperolehnya dalam kurun waktu tidak lama. Dalam waktu sekejap saja, Nathan yang sudah tidak bisa bersabar untuk meraup hasil keuntungannya segera melakukan perjanjian transaksi tanpa membaca ulang lagi perjanjian yang tertera mengingat kredibilitas perusahaan finansial yang cukup terkenal tersebut sudah tidak perlu diragukan lagi karena performanya yang telah melejit.

Di sisi lain, Ivory dan Jade yang telah bersama – sama kembali ke dunia kerja akhirnya telah mampu kembali melanjutkan perkuliahan mereka yang sudah sempat tertunda untuk beberapa waktu. Ivory yang selama ini terkenal dengan keahliannya dalam struktur dan algoritma akhirnya bisa mengembangkan keahliannya tersebut melalui jurusan yang kini dikecamnya agar ia bisa mengembalikan usaha yang pernah digeluti oleh ayahnya. Dan untuk pertama kalinya ia diharuskan untuk mempelajari kode rahasia agar ia mengerti bahasa pemrograman lebih mendalam lagi. Namun kode rahasia yang sedang dipelajarinya tersebut seakan tidak asing baginya. Ia merasa pernah melihat kode rahasia yang sedang dipelajarinya. Seketika ia memutar bola matanya untuk mengingat kode tersebut. Bayangan sebuah surat tiba – tiba muncul dalam benaknya. Seketika ia teringat kembali akan sebuah surat yang pernah diberikan oleh Jade sebelumnya yang masih disimpannya dalam tas. Tanpa mempedulikan keadaan disekitarnya, Ivory segera membuka surat tersebut. Seketika matanya membelalak dan memperhatikan isi surat dengan seksama. Ia memang merasa tidak asing dengan tulisan dalam surat yang begitu dihapalnya, yakni tulisan tangan ayahnya sendiri, Enrique. Sepulangnya dari kampus, ia mencoba untuk membuka kembali surat tersebut dan mencoba untuk menerjemahkan sendiri isi surat dengan materi kode rahasia yang telah diberikan oleh dosennya dan segera mencocokkan isi surat dengan materi yang masih harus dipelajarinya. Ia begitu terperanjat ketika mulai membaca satu per satu isi suratnya dan mulai mengartikannya dari awal hingga akhir. Butuh waktu tidak sebentar baginya untuk memahami dan mengerti isi dari surat yang disampaikan oleh ayahnya kepada Jade hingga membuatnya bergidik seketika karena rasa bersalah yang muncul kembali setelah melakukan kesalahan besar dengan menuduh dan menyalahkan Jade atas apa yang pernah terjadi sebelumnya.