Tatapan kosong yang lagi – lagi memenuhi rongga mata gadis itu seakan memancarkan sinar redup dari dalam dirinya, membuat orang disekitarnya seakan merasakan aura negatif, keresahan dan kekhawatiran. Sikap diam gadis itu membuat Jade merasa penasaran dan khawatir terhadap apa yang ada dalam pikiran Ivory. Ia lantas menyelipkan jemarinya diantara jemari gadis itu dan menggenggamnya gemas untuk mulai mencairkan suasana.
"Ada apa lagi Iv? Kok diam aja? Hm? Apa kamu gak senang karna kuajak ke tempat seperti itu? Atau ada masalah dengan Catherine yang masih membuatmu kesal?" Ivory yang tersentak dari lamunannya hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu tersenyum.
"Nggak kok Jade, aku justru merasa bahagia banget hari ini. Makasih ya, kamu udah mau ajak aku melihat dunia lain yang belum pernah kuketahui atau kulihat sebelumnya. Selama ini aku hanya meratapi kehidupanku yang penuh dengan masalah yang rumit, tapi ternyata di luar sana masih ada lagi yang lebih sengsara daripadaku. Tapi meskipun mereka hidup sederhana begitu, tapi mereka masih bisa berbahagia dengan cara yang sederhana. Ketika aku bermain dengan mereka, baru kali ini rasanya aku bisa menjadi diriku sendiri dan seakan aku bisa menemukan kembali kebahagiaanku yang udah lama hilang sejak aku kehilangan papa," ujar Ivory tersenyum dan masih menatap lurus ke depan.
"Syukurlah kalo kamu bisa merasa begitu. Aku turut senang juga dengarnya. Akhirnya aku bisa melihat senyummu kembali," ujar Jade seraya mencubit lembut pipi kanan gadis itu lalu kembali memfokuskan dirinya untuk menyetir dan menatap ke depan sembari mengulas kembali kisah yang dialami oleh Catherine hingga ia mengalami cacat pada kedua matanya. Keduanya akhirnya terlarut dalam percakapan yang membuat mereka tidak menyadari waktu yang telah menyita perjalanan jauh mereka hingga tanpa disadari, Ivory yang sudah merasa kelelahan telah terlelap dengan kepalanya yang terjatuh bersandar pada bahu kiri pria itu. Jade yang tidak tega membangunkan gadis itu hanya bisa tersenyum dan merelakan bahunya untuk disandari oleh gadis itu, hingga akhirnya kini mereka telah tiba kembali di sebuah apartemen putih yang meskipun tidak begitu besar tapi terlihat elegan dan berdiri dengan megah dan kokoh. Jade segera memarkirkan mobil tua silver milik James, lalu mencoba untuk menegakkan kembali posisi Ivory sembari membantunya untuk melepaskan seatbelt yang masih mengikat tubuhnya. Tiba – tiba gadis itu entah bagaimana telah terbangun dan membelalak kaget ketika mendapati wajah Jade yang terlihat begitu dekat dengan wajahnya. Kedua mata tersebut telah saling bertemu dan segera terkunci hingga membuat tubuh mereka tidak mampu bergerak dan mendadak kaku seketika. Debaran jantung Ivory kini seakan kembali dirasakannya, begitu cepat dan begitu berirama seakan tidak mampu berhenti walau sedetik pun. Keadaan itu membuatnya tidak mampu menarik napas untuk sesaat dan membuatnya merasa malu karena ditatap sedemikian rupa oleh pria di hadapannya. Seakan tidak mampu lagi menata hatinya yang semakin berdebar kencang hingga rasanya jantung tersebut seakan ingin keluar dari tempatnya jika ia menatap lebih lama lagi wajah tampan pria itu, membuatnya segera memejamkan matanya karena berpikir bahwa ada kemungkinan sosok tersebut akan menciumnya, namun tiba – tiba yang ia rasakan adalah sentilan jari di dahinya, hingga membuat pria itu tersenyum dan menatapnya gemas.
"Au…Apaan sih Jade? Sakit tau…" ujar Ivory cemberut.
"Salah sendiri karna tutup mata gitu, memangnya kamu pikir aku mau ngapain kamu? Kita udah sampai di tujuan dengan selamat princess dan aku tadi cuma mau bantu kembaliin posisi dudukmu yang udah gak menentu karna ketiduran. Memangnya kamu tadi mikirin apa hayo…"
"Ng…nggak kok, siapa juga yang mikir macam – macam. Udah ih, aku mau masuk dulu," ujar Ivory hendak keluar dari mobil tersebut namun Jade yang begitu sigap seakan telah bersiap, langsung menarik lengan gadis itu dan mendekati wajahnya lalu telah seketika telah melayangkan sebuah ciuman lembut pada pipi gadis itu.
"Apapun yang terjadi nantinya, percayalah bahwa aku sungguh – sungguh mencintaimu dan perasaanku gak akan pernah berubah terhadapmu," ujar Jade seraya melayangkan sebuah senyuman manis pada gadis itu hingga membuat hatinya terasa berdesir dan cenat cenut.
"Aku masuk duluan Jade, makasih banyak ya untuk hari ini," ujar Ivory menundukkan kepalanya karena merasa malu lalu segera melepaskan tangannya dari tangan pria yang masih menggenggamnya.
"Selamat malam princess, mimpi indah ya," ujar Jade melayangkan senyuman lebarnya dan menatap gadis itu gemas.
"Ivy…Ivy…Sungguh kamu adalah gadis yang begitu menarik dan membuat hatiku berdebar terus, semakin hari rasanya magnet dalam dirimu semakin menarik diriku kuat," ujar Jade yang masih tersenyum sendiri memikirkan dirinya yang kini semakin dimabuk asmara.
Ivory yang merasa begitu malu dengan sikapnya yang sempat salah tingkah dihadapan pria itu segera membuatnya melangkahkan kaki dengan begitu cepat untuk segera menghirup udara segar dari pendingin ruangannya, bahkan Moniq yang sempat berpapasan dengannya pun hanya sekedar disapanya singkat dan segera berlalu, membuat wanita itu merasa keheranan karena tidak biasanya melihat tingkah putrinya yang tersenyum sendiri dan masih memegang pipinya. Ia segera menggelengkan kepalanya lalu memberhentikan langkah Jade yang baru saja menutup pintu dan memasuki ruang tamu tersebut.
"Jade, itu Ivory kenapa lagi? Kok senyam senyum sendiri kayak malu – malu gitu barusan? Memangnya kalian habis dari mana seharian?"
"Masa sih ma? Kami gak ke mana – mana sih. Aku hanya mengajaknya untuk berkunjung ke panti asuhan yang dulu sering ku kunjungi aja. Oh ya, aku hampir lupa. Ini ada titipan dari seseorang, coba mama tebak dari siapa?" ujar Jade tersenyum.
"Siapa Jade? Kamu? Atau Ivy?"
"Bukan. Dari putri mama juga, tapi bukan Ivy. Seseorang yang telah berpisah dari kita beberapa tahun ini ma," Moniq terlihat sedang berpikir sesaat lalu tiba – tiba menutup mulutnya yang tiba – tiba menganga lebar.
"Catherine? Di mana kamu menemuinya Jade? Kok kamu gak bawa dia pulang bersamamu?"
Jade segera menenangkan sosok wanita itu lalu menceritakan padanya mengenai apa yang telah didengarnya dari Catherine atas segala peristiwa yang telah menimpanya selama ini, membuat Moniq kembali dilema dan merasa khawatir akan keadaan gadis itu, namun Jade hanya memberitahukannya bahwa gadis itu tidak berharap untuk kembali lagi karena merasa lebih aman di sana namun ia berjanji pada dirinya sendiri, setelah semua permasalahan yang ditimbulkan oleh Nathan selesai, ia akan membawa pulang gadis itu kembali untuk berkumpul bersama mereka. Sementara disisi lain, Ivory yang sedari tadi telah berubah bagaikan kepiting rebus yang telah memerah kulit wajahnya segera menghidupkan pendingin ruangan dan segera menghembuskan napasnya yang sedari tadi seakan tertahan dalam dadanya hingga membuatnya merasa kesulitan untuk bernapas. Debaran dalam hatinya masih terasa getarannya hingga merangsang saraf kebahagiaan dalam pikirannya yang membuatnya kini seakan melayang. Ia sendiri merasa kebingungan terhadap sesuatu yang dirasakannya dan kini membuat hatinya tidak bisa merasa tenang ataupun pikirannya untuk berhenti memikirkan sosok pria tersebut. Ia teringat bahwa dirinya pernah merasakan hal yang sama sebelumnya namun kali ini debaran tersebut terasa lebih hebat dan lebih kuat, hingga membuat matanya tidak mampu terpejam. Luapan rasa bahagia yang kini seakan menenggelamkan dirinya membuatnya bagaikan merasuki suatu alam kebahagiaan yang tidak pernah diketahui sebelumnya, hingga membuat dirinya kini memasuki alam mimpi terindah dan tidak ingin terbangun lagi agar ia tidak kehilangan mimpi indah tersebut kembali.
Perjalanan hidup Ivory yang selama ini penuh dengan lika liku ternyata tidak hanya berakhir bahagia begitu saja. Proses pembalasan terhadap Nathan yang sudah direncanakan oleh mereka ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Hari - hari berikutnya, Franklyn yang bertindak sebagai pengacara keluarga Smith selama bertahun - tahun telah menghubungi pihak bank untuk melakukan penyelidikan terhadap sertifikat yang diserahkan oleh Nathan untuk digadaikan dan ternyata setelah diserahkan kepada pihak yang berwajib dan dilakukan penelitian lebih lanjut yang memakan waktu tidak sebentar, hasil menunjukkan bahwa sertifikat yang diserahkan oleh Nathan tersebut terbukti palsu, membuat pihak bank segera melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Pihak kepolisian negara yang telah melakukan penyelidikan dan pemeriksaan menemukan indikasi bahwa laporan kriminal yang diterima memang terbukti kebenarannya. Bukti - bukti kejahatan yang dilakukan oleh Nathan pun segera dikumpulkan agar bisa menjadi fondasi yang kuat bagi mereka untuk memberikan hukuman yang setimpal bagi psikopat tersebut. Namun, siapa sangka psikopat yang sudah begitu ulung tersebut segera mengetahui kenyataan yang terjadi dengan begitu cepatnya dan langsung menyembunyikan dirinya jauh dari perkotaan. Ia merasa begitu geram terhadap apa yang telah dilakukan oleh Enrique dan keluarganya yang telah menipunya dengan memberikannya sertifikat palsu. Bahkan kini pihak bank telah memblokir dan membekukan akun pribadi miliknya agar lelaki tersebut tidak bisa melakukan transaksi apapun selama dalam masa pencarian. Tidak berhenti hanya sampai disitu, Nathan yang kini sedang melarikan diri dan menjadi buronan segera meminta seluruh anak buahnya untuk melakukan penculikan terhadap salah satu dari anggota keluarga Smith untuk dijadikan sandera agar ia bisa melakukan barter untuk melepaskan dirinya dari jeratan hukum.
Setelah berhasil melacak keberadaan terkini keluarga Smith melalui para anak buahnya, akhirnya Nathan mendapatkan laporan mengenai titik terakhir keberadaan mereka dan segera meminta mereka untuk menangkap putri kesayangan dari keluarga Smith yang merupakan kunci satu - satunya untuk dijadikan sebagai jaminan pembebasan bagi dirinya. Pagi itu, Ivory yang terlihat sedang bersiap - siap untuk berangkat ke kantornya tidak menyadari bahwa beberapa algojo yang telah diutus oleh Nathan telah mengintainya dan siap untuk menangkapnya. Tiba - tiba saja seseorang telah membekap mulut gadis itu dan segera menarik tubuhnya, membuat sepatu hak tingginya terlepas sebelah. Ivory segera meronta - ronta dan memekik dengan keras namun suaranya seakan tertutupi hingga akhirnya ia tidak mampu lagi menarik napasnya dan keadaan gelap telah menyelimutinya, membuatnya jatuh terkulai lemas tidak berdaya.