webnovel

45. Benih - Benih Cinta

Mendengar pernyataan Ivory yang begitu menohok membuat Jade merasa bagaikan gadis itu sedang menusukkan sebilah pisau runcing ke dalam hatinya dan mencabik – cabik perasaannya dan membuatnya semakin merasakan sakit dan begitu terluka. Ia seakan tidak lagi mengenal gadis kecilnya yang telah berubah itu. "Kamu bahkan sekarang mengusir aku Iv? Salahku apa? Kumohon sadar Iv, kemarin bukannya udah kujelaskan tentang semua kesalahpahaman ini? Aku juga udah minta maaf kepadamu kan, ini semua benar – benar di luar dugaanku. Kenapa segitu gak percayanya sih samaku? Ini, aku punya bukti surat dari papa Enrique yang menjelaskan kepadaku bahwa beliau telah menitipkanmu dan mama kepadaku agar aku bisa menjaga kalian, bahkan menitipkan semua kepemilikan asetnya kepadaku sampai waktunya tiba. Aku tau kamu gak bisa baca sandi rahasia ini tapi aku bisa membacakannya untukmu. Aku gak bohong sama sekali, kamu bisa buktikan kata – kataku. Ini suratnya…" belum sempat menyelesaikan perkataannya seraya hendak mengeluarkan surat dari dalam tasnya, gadis itu sudah memotong pembicaraan Jade terlebih dahulu. "Masih juga berani menyangkal kalo kamu memang udah bekerjasama dengan mereka untuk merebut semua kepemilikan papaku?" tanya Ivory dengan intonasi yang menekan Jade. "Nggak Iv, bukan itu maksudku, ini kamu baca dulu…" "Aku gak butuh surat – surat itu! Yang aku butuhkan adalah kejujuranmu selama ini, tapi apa yang kamu berikan padaku? Pengkhianatan. Kamu sendiri bahkan barusan menyebutkan kalo papaku menitipkan semua aset tersebut untukmu? Kamu kira kamu siapa? Putra kandungnya? Jangan mimpi! Sekarang udah terbukti bukan, bahkan dari perkataanmu barusan udah cukup membuktikan kenyataan bahwa kalian sekeluarga memang adalah penipu! Jikalau ada penyesalan yang pernah terjadi dalam hidupku, maka itu adalah penyesalan terbesarku karena aku pernah kenal dan menganggapmu sebagai bagian dari keluargaku. Aku benci kamu, aku benci…! Pergi kamu dari sini!" ujar Ivory seraya membuka pintu kamarnya dan terus mendorong tubuh Jade keluar lalu memungut dan membuang kemeja kotor dihadapannya kemudian menutup pintunya kasar dan akhirnya ia menjatuhkan dirinya sendiri karena sudah tidak mampu membendung tangisannya sendiri dari balik pintu tersebut. Jauh di dalam lubuk hatinya ingin sekali ia mempercayai pria itu, bahkan ia tidak mengerti mengapa setelah apa yang dilakukannya membuat hatinya terasa sakit. Jika memang benar Jade juga merupakan bagian pelaku kejahatan yang sudah merenggut kebahagiaan keluarganya lalu mengapa ia harus merasa begitu sakit pikirnya. "Iv, tolong kasih aku kesempatan sekali lagi untuk membuktikan dan menjelaskan kepadamu kebenaran yang ada. Bukan seperti itu maksudku Iv. Kamu harus membaca ini. Tolong kasih aku kesempatan untuk jelasin sekali lagi," ujar Jade masih menggedor pintu kamar tersebut namun Ivory tetap kukuh pada pendiriannya. Posisi Jade dan Ivory yang kini sama – sama mengalami kekecewaan dan rasa sakit hati yang mendalam membuat mereka kini bagaikan musuh yang telah terpisah tidak akan pernah bersatu kembali.

Ketika Ivory sedang menangis sejadi – jadinya, tiba – tiba ponselnya berdering. Dilihatnya layar ponselnya yang menunjukkan tulisan "CINTA SEJATIKU". Membaca layar ponselnya tersebut saja sudah membuatnya bergidik ngeri dan merinding. Sejak kapan ia pernah memasukkan nomor ponsel seseorang dengan nama kontak seperti itu. Rasanya sekujur tubuhnya menggigil lalu ia memutuskan panggilan masuk itu karena tidak ingin menjawabnya. Namun sepertinya yang bersangkutan tidak menyerah sampai di situ, ia terus mengulang panggilan hingga akhirnya Ivory menyerah dan mencoba untuk menjawab panggilan tersebut tanpa mengeluarkan suara. "Halo cinta sejatiku, apa kabarmu hari ini sayang? Biar kutebak pasti kamu baru bangun kan? Gimana perasaanmu hari ini? Apakah cowok itu macam – macam lagi sama kamu?" tanya Robin dari seberang telepon. Ivory yang masih sesenggukan mendadak shock dan bingung bagaimana mungkin bisa seorang pria asing tiba – tiba meneleponnya dan mengucapkan kata – kata yang begitu manis seolah – olah dirinya telah berhubungan lama dengan pria asing ini. Apakah pria di telepon ini adalah yang dimaksud oleh Jade? Siapa dia? Dan apakah benar yang diceritakan oleh Jade bahwa ia telah melakukan hal – hal memalukan dengan pria asing ini semalam? Akan tetapi mengapa ia tidak bisa mengingat apapun. Suara pria tersebut kembali mengagetkannya dan menyadarkannya dari lamunan. "Halo, sayang, Ivory, apa kamu masih mendengarku? Halo? Tolong jawab aku," ujar Robin secara bertubi – tubi membuat Ivory semakin bingung bahkan takut untuk menjawabnya karena selain mengetahui nomor ponselnya, pria tersebut bahkan mengetahui namanya. "Ka…kamu si…apa?" tanya Ivory ketakutan dan terbata – bata. "Astaga, jadi kamu udah lupa sama kekasih satu malammu ini sayang? Aku benar – benar kecewa karna kamu begitu cepatnya melupakan aku. Untunglah aku semalam langsung menyimpan nomormu, gak tau apa jadinya kalo aku gak menyimpannya. Tapi aku yakin kalo urusan uang kamu pasti gak akan lupa. Kalo kamu masih mau hadiah 500ribu dolarmu, temui aku di kantor tepat pukul 12 siang ini. Alamatnya sudah kukirimkan via chat. Mungkin setelah kamu bertemu denganku, kamu akan langsung mengingat kembali kekasih satu malammu ini. Sampai ketemu nanti sayangku. Aku udah gak sabar pengen ketemu kamu lagi," bisik Robin seraya memberikan ciuman virtual kepada gadis itu dengan senyumnya yang menyeringai di seberang sana yang membuat gadis itu terbengong dan merasa seperti orang bodoh yang tidak mengerti apa – apa, bahkan membuat sekujur tubuhnya merinding seketika. Ia mencoba berusaha mengingat kembali memorinya yang hilang namun sepertinya pengaruh alkohol yang terlalu keras semalam membuat dirinya benar – benar tidak mampu berpikir. Setelah memutuskan sambungan, segera ia berbenah lalu segera bersiap untuk pergi lagi namun Jade segera menghadangnya. "Kalo tujuanmu sekarang untuk pergi menemui pria itu lagi aku gak akan mengizinkannya," ujar Jade tegas seraya menghalangi jalan. Ivory yang merasa malas untuk berdebat pun segera mendorong kuat tubuh pria itu agar menjauh dari pandangannya agar tidak menghalanginya lagi, namun Jade tetap bersikeras untuk terus menghadang dan menahan tubuh Ivory hingga membuat emosi gadis itu kembali memuncak dan menampar wajahnya. "Kalo tujuanmu ke sini hanya untuk menghadangku lebih baik kamu urungkan niatmu dan segeralah menyingkir dari hadapanku atau aku akan membuat perhitungan denganmu," ujar Ivory tegas dan kembali mendorong kuat tubuh pria tersebut. "Apa kamu mencintai pria itu?" Tanya Jade sebelum gadis itu kembali melangkah menjauh dan membuat langkahnya terhenti seketika. "Bukan urusanmu," ujar Ivory seraya meninggalkan sosok pria di belakangnya. Rasanya ia benar – benar sudah tidak tahan lagi untuk melihat seluruh penghuni rumah tersebut dan ingin segera meninggalkan mereka semuanya dan memulai hidupnya sendiri.

Tanpa keraguan apapun lagi akhirnya ia memberanikan diri untuk menemui Robin di kantornya berdasarkan alamat yang sudah dikirimnya yang ternyata berada tidak jauh dari sekolahnya. Robin sengaja menyuruh gadis itu untuk menunggunya di taman dekat kantor. Ketika gadis itu sedang duduk melamun tiba – tiba ia dikagetkan oleh sepasang tangan yang sudah melingkar di bagian perutnya dan sebuah kecupan pun dilayangkan tepat pada wajah kirinya, membuatnya seketika bisa mencium aroma parfum pria yang cukup menyengat baginya. Karena tersentak begitu kaget, ia langsung segera bangkit untuk melihat wajah sang pelaku, seketika sebuah bayangan akan wajah Robin terpatri dengan begitu sempurna didalam ingatannya seakan memunculkan sedikit flashlight dalam pikirannya. Tanpa disadarinya tangannya sudah hampir refleks menampar wajah pria tersebut namun sayangnya tubuh kecilnya membuatnya tidak mampu mencapai tinggi badan pria tersebut sehingga tangannya pun telah sempat diraih terlebih dahulu oleh Robin dan diarahkan untuk menyentuh wajahnya. Seraya menarik tangan kecil Ivory, ia langsung merapatkan tubuh kecil gadis itu agar merapat dengan tubuhnya dan ia langsung melingkarkan sebelah tangannya pada pinggang gadis tersebut. "Bahkan tanpa riasan apapun, kekasihku ini tetap terlihat begitu cantik dan manis, benar – benar membuat hatiku berdebar begitu memandangmu sayang," ujar Robin seraya mengelus pipi halus Ivory dan hendak menciumnya kembali namun gadis itu berhasil menangkisnya dan segera menarik tubuhnya agar bisa terlepas dari pelukan pria tersebut. "Jangan macam – macam! Kamu pikir aku cewek apaan? Sekali lagi kamu berani menyentuhku sembarangan akan kupatahkan tanganmu! Langsung saja katakan apa maumu menyuruhku ke sini?" ujar Ivory tegas dan sedikit mengancam. Robin yang mendengar pernyataan gadis itu langsung menertawainya seraya berkata, "Astaga, kamu galak sekali ternyata. Tapi, aku tetap menyukainya. Cewek galak sepertimu bener – bener gemesin. Ah iya, aku hampir lupa. Ini bagianmu," seraya menyerahkan sebuah amplop berisi sejumlah uang untuk Ivory hingga membuatnya memicingkan mata dan menyeringai bingung. "Apa itu? Kamu mau menyogokku atas perbuatanmu tadi?" tanya Ivory. "Beb, beb, kamu bener – bener lupa atau pura – pura lupa sih? Kamu lupa, kali pertama ketemu kita punya kesepakatan kalo kita akan saling membantu? Kamu akan berpura – pura menjadi kekasihku untuk memenangkan taruhan 1juta dolar dan jika aktingmu cukup bagus lalu aku menang taruhan, maka aku akan membagikan setengahnya untukmu. Apa kamu lupa itu? Bukankah kamu butuh ini untuk membiayai uang sekolahmu selama 2 tahun ke depan bahkan untuk biaya hidupmu tanpa harus bergantung kepada pria yang semalam menghajarku itu? Gimana? Masih mau menolak? Aku tinggal menyimpannya kembali," penjelasan dari Robin tampaknya berhasil merangsang ingatan Ivory hingga membuat gadis itu merasakan denyutan di kepala tatkala ingatannya sejak pertama bertemu dengan pria dihadapannya itu mulai muncul dan memenuhi kepalanya.

Perlahan namun pasti, semua rentetan ingatan tentang dirinya ketika bersama dengan pria tersebut terekam dengan begitu indahnya namun hanya sebatas sebelum ia mabuk dan hilang kesadaran sepenuhnya. Ia kembali merasa jijik dan malu dengan dirinya sendiri, pantas saja ia terbangun masih dengan memakai gaun menjijikkan tersebut. "Tunggu! Aku udah mulai ingat satu per satu. Oke, aku akan mengambilnya sekarang," ujar Ivory hendak merebut amplop dari tangan Robin namun ia segera menjauhkan amplop tersebut dari jangkauan gadis itu. "Aku akan memberikan ini secara cuma – cuma dengan satu syarat. Kita tetap harus meneruskan drama ini karena aku masih membutuhkanmu, terutama ketika kita bertemu dengan mereka lagi. Selama itu, tetaplah menjadi kekasih bayanganku kalo kamu belum bersedia menjadi kekasih sesungguhnya bagiku," ujar Robin mengedipkan sebelah matanya untuk menggoda gadis itu. "Kenapa harus ada syarat lagi? Bukannya itu memang udah jadi bagianku sesuai janjimu kemarin? Dan bukannya udah kukatakan juga kalo setelah drama semalam berakhir kita gak ada hubungan apa – apa lagi?" Ujar Ivory tegas. "Tentu saja aku masih ingat, tapi aku punya tawaran menarik lainnya dan berubah pikiran sekarang. Kamu pikir teman – temanku itu bodoh dan melepaskan kita begitu saja? Mereka akan tetap terus memantau kita. Untuk itulah kukatakan terlebih dahulu kalo aku masih membutuhkan bantuanmu, jadi sebagai imbalannya aku juga udah menawarkan diriku untuk membantumu menyelesaikan masalah dendammu terhadap keluarga barumu itu bukan? Lalu bukannya kamu juga mengatakan bahwa kamu butuh kerjaan paruh waktu. Masih ingat? Atau kamu gak butuh bantuanku lagi? Selama bersamaku, kamu bisa mempercayai dan mengandalkan kekuatan dan intelijensiku, akan kupastikan bahwa aku bisa membantumu lebih dari itu," ujar Robin mantap. "Benarkah itu?" tanya Ivory berbinar – binar seakan kini ia telah menemukan seorang malaikat penolong yang akan membantu masalahnya yang cukup pelik. "Bukankah udah kusebutkan juga kalo aku gak suka janji yang muluk – muluk karena aku tipe orang yang menyukai tindakan langsung daripada sekedar perkataan atau janji belaka?" ujar Robin menyeringai dengan tatapan matanya yang tajam namun itu justru semakin memancarkan aura ketampanannya. Ivory yang mendengarnya langsung mengulurkan tangan kanannya untuk menyalami tangan pria itu sebagai tanda ia menyetujui kesepakatan tersebut. Namun alih – alih menyalami tangan gadis itu, Robin malah menarik tangan Ivory lalu memeluk dan memiringkan tubuh gadis itu searah pinggangnya, agar ia bisa memandang wajah gadis itu lebih dekat seakan tidak ingin melepasnya. Kenangan semalam ternyata membuat dirinya ketagihan akan sosok gadis yang telah memenuhi kepalanya semalaman. Ia tidak pernah sampai memiliki perasaan tidak karuan yang sedemikian hebatnya selama ia bersama dengan wanita lain sebelumnya, namun tampaknya kali ini ia harus berusaha sedikit lebih keras untuk mendapatkan gadis tersebut karena lagi – lagi Ivory kembali menolak tubuh Robin. "Aduh…kamu itu apa – apaan sih? Sepertinya kamu cukup ahli dan terbiasa melakukan ini pada gadis – gadis semaumu ya? Ingat ya kalo kita ini partner kerja, jadi selama nggak sedang dihadapan teman – temanmu itu tolong jangan perlakukan aku seperti itu. Selain aku gak suka, aku juga gak mau dicap buruk oleh orang – orang yang mengenalku kalo sampai mereka melihatnya dan berpikir yang bukan – bukan tentang hubungan kita. Jadi tolong hargai aku dan satu hal lagi, jangan pernah temui aku di lingkungan sekolah, bisa habis reputasiku," ujar Ivory tegas. "Oke, fine, aku minta maaf sebelumnya, kali ini aku akan menuruti titah dari Tuan Putri," ujar Robin menyalami dan mencium tangan gadis itu seraya berpikir bahwa ia bertekad akan menunggu dan tidak akan pernah menyerah untuk merebut hatinya meski ternyata tidak semudah yang ia pikirkan sebagaimana selama ini ia bisa dengan mudahnya mendapatkan hati gadis lain sesuka hatinya dan tentunya ia pun memastikan bahwa sudah pasti ia akan bersaing ketat dengan Jade yang sepertinya begitu mencintai gadis ini juga pikirnya, apalagi mereka sudah tumbuh bersama selama bertahun – tahun lamanya namun hal tersebut tidak akan meruntuhkan tekadnya kali ini.

"When you dare to plant the seeds of love means you're responsible to grow it well"

- L. J. Literary Works -

linajapardycreators' thoughts