webnovel

28. Kekecewaan

Tidak terasa masa liburan Ivory sudah berakhir dan kini ia harus memulai semester barunya. Dua tahun lagi ia pun akan segera memulai kehidupan barunya menjadi anak kuliahan seperti Jade. Ia sudah bisa sedikit mengikhlaskan kejadian naas yang menimpa ayahnya dan sudah bisa mulai menjalani kehidupan seperti biasanya. Hanya saja kali ini ada yang berbeda. Jika biasanya ia pergi diantar oleh ayahnya, maka kali ini ia hanya diantar oleh Jade menggunakan motor besar Sol Invictur Mercury bekas kesayangannya, padahal biasanya ia hanya mengikuti Jade ketika jam pulang sekolah atau ketika ia hanya ingin mengikuti pria tersebut tanpa meminta ayahnya untuk menjemputnya. Banyak dari teman sekolahnya yang menyanjung ketampanan seorang Jade hingga menaksirnya namun melihat Jade yang setiap kali membonceng Ivory, mereka hanya akan mendapati dirinya sakit hati karena mengira Ivory sebagai pasangan pria dingin itu. Bahkan sering pula Jade mengakui Ivory sebagai sang kekasih apabila ada anak sekolahan tersebut yang meminta nomor ponselnya atau hanya ingin sekedar berkenalan dengannya. Wataknya yang dingin bagaikan es yang membeku membuat kalangan wanita remaja selalu merasa penasaran dan terpesona, namun ia tidak pernah sekalipun memberikan kesempatan kepada siapapun, bahkan ia jarang sekali memiliki teman wanita. Baginya, wanita di kalangannya itu semua sama saja, hanya menyukai dirinya karena fisik dan materi. Ia juga tidak menyukai wanita – wanita yang terlalu agresif itu.

Hari itu, seperti biasanya setelah Jade mengantarkan Ivory ke sekolahnya dan hendak kembali, Moniq menghuhunginya dan memintanya untuk mengantarnya ke suatu tempat. Jade pun menyempatkan waktunya untuk mengantar beliau dan ternyata Moniq ingin mendatangi Gubuk 'Rahasia Cinta' yang pernah ditunjukkan oleh Ivory kemarin. Ia ingin mengambil semua surat – surat atau dokumen kepemilikan perusahaan untuk diberikan dan dialihwariskan kepada Nathan. Jade begitu kaget mendengar pengakuan Moniq akan hal itu. Ia mencoba untuk menasihati Moniq agar mau menolak permintaan ayahnya yang tidak masuk diakal tersebut karena biar bagaimanapun itu semua merupakan hasil kerja keras Enrique dan menurutnya ayahnya tidak pantas untuk menerima itu semua. Akan tetapi, Moniq tidak punya pilihan lain lagi selain mengabulkan semua permintaan Nathan asalkan putrinya selamat dari marabahaya. Jade yang mengetahui akan hal tersebut membuatnya begitu marah kepada Nathan, hingga rasanya ingin sekali ia memberikan pelajaran kepada psikopat itu. Bahkan selama seminggu Moniq sudah terus mempertimbangkan keputusannya untuk menuruti semua permintaan Nathan namun sepertinya ia tidak punya banyak pilihan dan tidak punya banyak waktu yang tersisa lagi. Nathan akan segera kembali menagih janjinya, sehingga selama sepekan itu pula ia lebih memberikan perhatian sepenuhnya terhadap putrinya itu bahkan melebihi biasanya. Putri semata wayangnya hanya merasa ada yang aneh dengan sikap ibunya. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan darinya namun ia tidak ingin terlalu banyak bertanya. Ia merasa barangkali itu dikarenakan ibunya masih dalam keadaan berkabung pasca kematian sang ayah hingga tidak ingin kehilangannya juga. Sementara Moniq masih bingung harus bagaimana menjelaskan kepada putrinya nanti mengenai pernikahannya dengan Nathan, apalagi waktu seminggu bukanlah waktu yang lama.

Akhirnya waktu yang dijanjikan telah tiba. Nathan kembali menagih janjinya setelah seminggu berlalu dan Moniq terpaksa menyerahkan dokumen – dokumen yang sudah diambilnya kepada Nathan dan menerima semua permintaan Nathan dengan syarat ia tidak akan pernah mengganggu putrinya lagi dan ia juga tidak ingin melihat lelaki itu menyiksa Jade kembali meskipun ia adalah anak kandung Nathan sendiri. Sebenarnya ia tidak suka dengan keputusannya ini namun demi keselamatan putrinya, ia pun terpaksa mengambil keputusan yang berat itu dan ia meminta agar rencana pernikahan mereka agar digelar hanya didatangi oleh keluarga inti kecuali ayahnya karena ia tidak ingin ayahnya mendapatkan serangan jantung apabila mengetahui hal yang sebenarnya. Setelah mendengar jawaban Moniq ia begitu lega dan puas bahkan berjanji akan bersikap manis terhadap putrinya itu. Nathan mengumumkan bahwa acara akan segera digelar keesokan harinya karena ia telah mempersiapkan semuanya. Moniq yang hanya bisa pasrah hanya menuruti semua kemauannya meskipun ia masih merasa risih dan jijik dengan pria yang akan menjadi pendampingnya itu, bagaimana tidak, ia adalah psikopat yang telah membunuh suaminya sendiri, namun ia juga tidak akan pernah tahu rencana apa yang akan dilakukan oleh Nathan terhadap putrinya andai ia menolak permintaan psikopat tersebut. Ia merasa kematian Enrique sudah cukup menjadi peringatan keras baginya bahwa psikopat ini tidak akan berhenti mengganggu keluarganya hingga ia mendapatkan apa yang ia inginkan.

Malam itu, ia terpaksa memberitahukan kepada Ivory mengenai rencana pernikahannya dengan Nathan. Moniq sengaja mengumpulkan putrinya dan Jade di ruang keluarga untuk mengumumkan mengenai hal penting tersebut. Begitu mendengar pengumuman tersebut, kemarahan Ivory langsung meledak – ledak bahkan sebelum memanggil Nathan dan Catherine untuk keluar dari tempat di mana mereka bersembunyi. Ivory begitu marah besar atas rencana yang akan dilakukan oleh ibunya. "Bagaimana bisa dan bagaimana mungkin mama berencana untuk menikah lagi setelah papa baru meninggal gak berapa lama ini? Apa mama udah kehilangan akal sehat setelah kematian papa? Dan, kenapa baru kasih tau aku sekarang? Lalu siapa pria yang akan menikahimu itu ma?" Begitu Nathan dan Catherine keluar, mata Ivory langsung membelalak seakan tidak percaya pada apa yang dilihatnya hingga ia hampir terjatuh sejak berdiri tadi. Kedua orang itu benar – benar telah memanasi sekujur tubuh dan darahnya, membuat kemarahannya semakin memuncak. Jade berusaha menahannya namun ia menyingkirkan tangan kekar tersebut. Jade sudah memprediksikan bahwa semua ini pasti akan terjadi padahal ia tidak ingin hal ini malah akan menjadi perang besar berikutnya di dalam keluarga mereka. "Siapa pria ini ma? Siapa?!" teriak Ivory seakan tidak bisa membendung kemarahannya lagi sedari tadi. "Apa kamu masih ingat Om Nathan yang dulu sering bawa Catherine dan Jade ke sini? Dialah orangnya. Dia yang akan segera menjadi papa baru kamu" ujar Moniq. "Nggak! Ini gak mungkin! Bukannya yang selama ini kutau dia udah mati makanya ninggalin mereka berdua untuk tinggal bersama kita lalu mama dan papa mengangkat mereka menjadi anak asuh kalian kan? Mama mau bohongi aku ya?" Tanya Ivory kembali. "Nggak sayang. Dia masih hidup dan selamat dari kecelakaan itu. Sekarang ia ingin menebus kesalahannya karena gak bisa menyelamatkan pamanmu. Lalu mama pun butuh seorang pendamping hidup yang bisa membantu kita untuk meneruskan perusahaan ini. Lagipula dia ini adalah teman kuliah mama dulu. Meskipun kami berbeda jurusan, tapi dulu ia sempat mencintai mama hanya saja mama dulu cuma menganggapnya sebagai teman karena udah memulai hubungan dengan papa kamu," ujar Moniq. "Tapi ini konyol ma, baik, katakanlah mama mungkin butuh seorang pendamping, tapi aku gak butuh seorang papa baru. Apalagi papa juga baru pergi meninggalkan kita gak berapa lama ini saja. Apa nanti kata kakek? Apa nanti penilaian orang – orang terhadap kita? Dan kalo mama menikah dengan orang ini, itu berarti mereka berdua akan jadi saudara tiri aku? Mama tau sendiri kan kalo aku gak pernah cocok sama Catherine! Aku benci dia ma. Kenapa mama gak bisa ngerti perasaanku?" Ivory terlihat sudah mulai kehilangan kendali karena emosinya yang meledak. "Ivory sayang, kamu tenang dulu ya, jangan seperti itu terhadap mama kamu. Om dari dulu udah mencintai mama kamu sebelum papa kamu mencintainya, hanya saja Om memilih untuk mengalah kepada papa kamu demi menghargai perasaan mamamu. Lagian Om juga udah sayang banget sama kamu dari sejak kamu kecil, makanya dulu Om sering membawa Catherine dan Jade ke sini untuk bermain bersama kamu karena Om yakin kalian pasti bisa menjadi saudara yang akur," ujar Nathan. "Pergi kamu! Gak usah sentuh – sentuh aku! Kamu gak akan pernah bisa gantiin papa! Jangan ganggu mama juga! Pergi!" Ivory yang sudah begitu jijik dan ketakutan melihat sosok Nathan yang mendekatinya dan Moniq lantas berteriak histeris dan mengusir Nathan namun tiba – tiba Moniq datang menamparnya untuk kedua kalinya hingga Ivory meringis kesakitan pada pipinya. Ivory yang seakan sudah tidak mengenali sosok ibunya lagi yang bagaikan ibu tiri itu kini sudah tidak bisa membendung tangisan dan rasa sakitnya karena merasa seperti tidak dihargai lagi oleh orang – orang di sekitarnya hingga akhirnya memutuskan untuk pergi keluar meski hari sudah malam. Jade yang sudah menahan amarahnya dan merasa muak dengan semua permintaan Nathan yang tidak masuk di akal itu lantas melayangkan sebuah tinju tepat pada wajah Nathan. "Aku benar – benar sudah muak dengan semua ini. Tunggu saja pembalasanku." Nathan yang sempat terhuyung jatuh karena pukulan putranya yang cukup keras hanya bisa memegang pipinya yang sedang kesakitan. "Sudah puas kamu menghancurkan keluargaku Nat? Sekarang sudah kuturuti juga semua permintaanmu. Jadi aku minta kamu pergi sekarang juga dan tinggalkan aku sendiri!" teriak Moniq sembari mengarahkan jari telunjuknya ke arah pintu keluar. "Jangan terlalu keras padaku sayang, besok pun aku akan kembali lagi ke sini karena kamu akan segera menjadi milikku juga," ujar Nathan seraya mencolek dagu wanita yang sedang dipenuhi oleh amarah dan emosi itu sebelum meninggalkannya lalu berjalan keluar bersama Catherine yang sedari tadi hanya menjadi penonton yang begitu bangga akan hasil pertunjukan tersebut.

Merasa jijik karena tingkah laku psikopat tersebut ia pun segera menutup pintu setelah mereka berdua berjalan keluar dan ia pun segera membasuh dirinya sendiri lalu mengunci diri di kamarnya. Ia berusaha menghubungi ponsel putrinya namun sepertinya yang bersangkutan telah mematikan ponselnya sedari tadi karena masih dikuasai oleh amarah. Ia mencoba menghubungi ponsel Jade dan setelah tersambung ia langsung menanyakan keberadaan putrinya apakah sudah ditemukan, namun Jade menjawab bahwa ia belum berhasil menemukan jejak gadis itu tapi ia berjanji akan membawanya kembali dalam keadaan selamat. Setelah mengakhiri sambungan Moniq hanya berpasrah diri dan menangis sejadi – jadinya akan semua kejadian yang menimpa keluarganya belakangan ini. Ia berpikir apakah ia telah mengambil keputusan yang salah, namun ia sadar bahwa mungkin ini memang jalan terbaik untuk menyelamatkan putrinya dan hanya berharap suatu hari putrinya akan memaafkannya atas keputusan yang diambilnya sekarang. Sementara itu, Jade masih berusaha mengejar dan mencari jejak keberadaan gadis itu. Karena sudah berlari cukup jauh dan masih belum menemukannya Jade berpikir untuk mencarinya ke pantai itu karena hanya pantai itu satu – satunya tempat yang mungkin bisa menenangkan gadis itu pikirnya. Dengan penuh perjuangan Jade pun segera berlari kembali mengambil motornya dan menuju ke tempat itu. Ia hanya berpikir mungkin Ivory telah memanggil taksi untuk mengantarnya ke sana. Sesampainya di pantai itu, ia pun masih belum menemukan jejak gadis itu lalu setelah ia teringat akan gubuk kecil tersebut, ia pun mencoba berjalan ke dalamnya. Perlahan – lahan ia berjalan ke sana karena takut akan mengagetkannya hingga akhirnya ia sampai di depan pintu gubuk yang sedang terbuka lebar itu dan berhasil menemukan sosok gadis imut yang sedari tadi sedang dicarinya itu. Keadaan gadis itu nampaknya sedang tidak baik – baik saja. Mendengar rintihan dan tangisannya yang begitu penuh akan kesedihan dan memprihatinkan itu, membuat dirinya pun merasakan bahwa hatinya kini sedang disayat dan diiris. Ia sungguh tidak sanggup meratapi gadis tersebut dalam keadaan seperti itu. Ia pun berusaha menghampirinya, namun ketika gadis itu mengetahui bahwa Jade sudah berhasil mengejarnya, ia lalu mengusir Jade untuk segera pergi meninggalkannya sendirian. Akan tetapi Jade hanya diam membisu dan tetap tidak bergeming dari tempatnya berdiri. Bahkan ketika Ivory memukul dan mendorongnya hingga jatuh pun ia tetap diam pada tempatnya dan tidak mau bergerak. "Apa maumu sih Kak? Aku udah suruh kamu pergi dari sini dan jangan ganggu aku tapi kenapa kamu gak mau dengar? Kamu mau aku berbuat kasar sama kamu sampai menghajarmu habis – habisan baru mau pergi? Kalo maumu begitu baiklah."

Ivory terlihat sedang mencari sebuah benda keras yang dapat digunakannya untuk memukul Jade lalu ia menemukan sebuah kayu yang cukup besar di sekitar gubuk yang kemungkinan merupakan bekas kayu yang sudah tidak digunakan oleh James dulu ketika ia membuat gubuk tersebut. Ketika ia hampir menghantam kepala Jade, tangannya seakan beku dan melayang seolah tidak sanggup menggerakkan tangannya untuk menghajar pria yang sedang menunduk dan pasrah di bawahnya. Rasanya ia tidak sanggup meneruskan tindakannya itu lalu membuang kayu tersebut lalu kemudian menunduk dan menangis sejadi – jadinya karena tidak tahu lagi harus berkata dan berbuat apa. Dunia ini terasa telah runtuh baginya. Jade yang merasa perih dan tidak tahan lagi mendengar rintihan dan ratap tangis gadis yang amat dicintainya itu mencoba berusaha untuk menenangkannya. Namun Ivory kemudian malah memeluk Jade seolah sedang memeluk ayahnya sendiri dan mengeluhkan semua kepahitan yang menyesakkan hatinya. Ia begitu berharap pria yang di hadapannya itu bisa berubah menjadi ayahnya seketika. Jade pun memeluk gadis kecil itu erat dan berusaha berperan sebagai sosok seorang ayah agar bisa membuat gadis kecil dalam pelukannya itu merasa nyaman. Ia membiarkannya mengeluarkan semua keresahan dan kesedihan dalam hatinya meskipun ia sendiri juga sedang merasa sesak di dalam rongga dadanya akan tetapi ia merasa hal tersebut bukanlah masalah selama ia bisa menemani dan menenangkan gadis itu. "Keluarkan saja semuanya rasa itu, jangan kamu tahan lagi, tapi setelah kamu mengeluarkan semua keresahan dalam hatimu, angkat kepalamu dan tataplah langit yang berbintang itu setelah kamu merasa tenang, lalu lihatlah papa yang sedang tersenyum di sana, beliau pasti ingin melihatmu tetap tersenyum dan bahagia, bukannya menangis seperti ini. Kalo kamu merasa kesal, marah, benci atau apapun yang membuatmu merasa sakit dan kamu butuh sesuatu agar kamu bisa melampiaskan semua amarahmu, pukul saja aku. Aku gak apa – apa asalkan kamu bisa lebih tenang setelahnya. Dan asal kamu tau saja Iv, bukan cuma kamu yang marah dan kesal sama mama, tapi aku juga. Aku lebih sakit lagi melihat orang itu bisa – bisanya kembali tanpa sebab dengan sejuta alasan atau apapun itu bahkan selama ini telah membohongiku, dan Catherine adikku sendiri juga bekerjasama dengannya untuk membohongiku. Aku juga gak senang dan gak suka ini semua terjadi. Aku benci sama mereka. Apalagi setelah mendengar keputusan ini, aku juga begitu marah. Sama dengan yang kamu rasakan saat ini. Kamu pikir aku suka ini semua terjadi? Ke mana aja dia selama ini? Kenapa baru muncul sekarang dan bisa – bisanya meminta mama untuk menikah dengannya. Aku juga gak bisa terima semua ini, tapi bagaimana lagi? Aku bisa berbuat apa ketika kedua orang tua kita sudah sama – sama memilih untuk mengambil keputusan itu? Yang kita bisa lakukan cuma mendukung mereka Iv, biar bagaimanapun mereka tetap orang tua kita kan? Kuharap setelah ini pun kamu jangan pernah membenci mama ya. Kasian beliau sekarang sendirian gak punya siapa – siapa lagi selain kita. Kalo kamu sampai membencinya atau meninggalkannya, siapa lagi yang akan menemaninya. Dan kurasa mungkin mama mengambil keputusan ini karena suatu alasan yang dipertimbangkannya dan tidak ingin kita ketahui. Aku harap kamu bisa lebih sedikit bersabar dan mengerti kondisi mama sekarang ya." Ujar Jade yang sedari tadi menceloteh tidak henti – hentinya karena masih berusaha menenangkan gadis itu dari kemarahannya. Mendengar semua penuturan Jade, rasanya hatinya menjadi sedikit luluh dan merasa bahwa pria itu ada benarnya juga. Pernikahan ibunya pun akan melibatkan ayahnya, pastilah ia pun merasa amat sangat terpukul dengan keputusan yang tiba – tiba itu apalagi setelah ayah pria tersebut telah menghilang selama bertahun – tahun lalu tiba – tiba kembali dengan cara yang tidak bisa diterima di akal. Ivory merasa cukup memahami perasaan pria itu saat ini, ia merasa pastilah sekarang pria tersebut pun sedang mengalami kegundahan yang serupa dengannya, itu berarti ia tidak sendirian menghadapi masalah ini, masih ada Jade yang menemaninya untuk melewati hal ini bersama – sama dengannya. Seraya menggenggam tangan Jade, ia mengucapkan rasa terima kasih dan permintaan maafnya kepada pria tersebut. "Kak, terima kasih ya, kamu udah mau bersabar menemaniku yang sedang dalam keadaan kacau begini dan maaf karna tadi hampir memukulmu. Kalo boleh tau kenapa kamu gak takut ketika aku mau pukul kamu tadi?" tanya Ivory. "Karena aku akan tetap melindungimu meskipun aku mempertaruhkan nyawaku sekalipun. Aku udah pernah janji sama kamu akan hal itu kan kemarin." ujar Jade. Kemudian Jade berusaha untuk membujuk gadis itu untuk pulang kembali ke rumah setelah ia terlihat lebih tenang, karena takut angin malam di pesisir pantai tersebut akan mempengaruhi kesehatan Ivory apabila ia mengikuti keinginan gadis itu untuk bermalam di sana, apalagi ia sudah berjanji kepada Moniq untuk segera membawanya kembali. Sebenarnya Ivory enggan sekali untuk kembali namun demi menghormati dan menghargai perasaan ibunya serta demi menghargai perasaan pria yang telah berusaha memintanya untuk kembali karena mengkhawatirkannya, akhirnya Ivory menyetujui permintaan pria tersebut. Sesampainya di rumah, Moniq begitu shock mendapati putrinya yang masih dalam keadaan lusuh di wajahnya lalu meminta maaf kepada putrinya atas keputusan sepihak yang tiba – tiba diambilnya. Ia berharap Ivory bisa mempercayainya bahwa semua yang dilakukannya adalah demi dirinya dan bukan karena ingin melupakan sosok sang ayah. Ivory pun meminta maaf kepada ibunya dan ia akan berusaha untuk menghargai keputusan ibunya meskipun ia tidak suka. Ia justru berpikir kebalikannya, menurutnya jika keputusan yang diambil oleh ibunya bisa membuatnya bahagia maka mau tidak mau dan suka tidak suka ia harus menyetujui pernikahan ibunya dengan ayah dari Catherine dan Jade dan itu berarti mereka akan segera menjadi saudara tirinya. Entah mengapa ia merasa tidak suka, mungkin ia tidak mengapa jika itu hanya Jade, karena sejauh ini ia merasa cukup nyaman dengan sosok pria yang sudah dianggapnya seperti kakak kandungnya sendiri itu, akan tetapi jika dengan Catherine ia tidak tahu apakah kali ini ia bisa menerimanya lebih baik daripada sebelumnya.

"You may be sad when life seems unpredictable and unfair. But when you feel that way, try to wipe up your tears, raise up your head, see beyond the sky and you will find something precious waiting for you."

- L. J. Literary Works -

linajapardycreators' thoughts