webnovel

07. Pandangan Pertama

Ia merupakan seorang gadis cantik berkelas yang sangat mempesona dengan gaya busana yang sangat modis dan juga memiliki postur tubuh yang ideal serta seorang gadis yang memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi. Apabila dipasangkan dengan Enrique, seorang pemuda Australia tampan yang memiliki wajah yang sangat memikat dengan mata birunya yang sangat indah berwarna kulit kacang almond serta maskulin tersebut pastilah akan membuat semua wanita terpikat oleh ketampanannya. Ditengah – tengah tatapan mata mereka yang kini sedang bertemu, Enrique begitu terkesima dan kaget dengan penampakan wanita yang bagaikan wujud bidadari berparas begitu mempesona tersebut, yang kini sedang berdiri dihadapannya dan sedang memegang sebilah pisau kecil hingga tanpa sadar bahwa tangan wanita tersebut sudah berlumuran cairan merah segar yang tidak berhenti menetes keluar dari tangannya. James yang melihat tingkah keduanya itu sungguh menjadi terkesima namun ia sangat kaget dan khawatir begitu melihat keadaan tangan gadis yang sedang berlumuran darah itu. Celaka, pikirnya. Namun, tiba – tiba saja ia segera mencari sumber arah datangnya pisau yang hampir mencelakai adiknya tersebut. Dilihatnya dari kejauhan ada sesosok manusia berjubah hitam dengan penutup wajah hitam pula yang menutupi hampir seluruh wajahnya dan memakai kacamata hitam. Begitu melihatnya, sosok tersebut sudah berlari keluar dengan begitu cepatnya sehingga James sudah tak mampu mengejarnya. Setelah ia kehilangan bayangan sosok tersebut, ia kembali memfokuskan dirinya kepada dua orang yang sedari tadi masih saja saling beradu tatapan dan terdiam. Darah yang mengucur dari wanita itu pun semakin deras dan Enrique, bahkan wanita itu sendiri pun sama – sama tidak menyadarinya. Segera saja James berinisiatif mengambil serbet di meja makan lalu menarik tangan wanita tersebut dan segera mengikatnya agar darah tersebut bisa berhenti. Namun seketika saja, wanita muda yang juga bagaikan disihir oleh tatapan Enrique itu pun segera kehilangan kesadaran dan akhirnya terjatuh di atas pelukan James yang sempat memegang tangannya tadi. Segera James berseru dihadapan Enrique. "Hei, hentikan khayalanmu itu. Wanita ini sudah terjatuh. Mari kita selamatkan dia. Dalam waktu sekejap saja, seluruh isi restoran menjadi ricuh dan terlihat semua penghuni sudah mulai beranjak pergi meninggalkan mereka dalam keadaan ketakutan atas kejadian tersebut. Enrique benar - benar bingung tidak tahu harus bagaimana namun ia melihat James sudah mengambil ponselnya untuk memanggil ambulans. Tak lama kemudian setelah ambulans tiba, ia pun segera meminta pertolongan kepada seluruh karyawan lainnya yang kebetulan di sana untuk membantu mereka memboyong wanita tersebut ke dalam mobil ambulans yang sudah tiba di depan, kemudian meminta kepada seluruh pihak restoran lainnya agar segera menutup tempat kejadian ini terlebih dahulu untuk menghindari hal – hal lain yang tidak diinginkan dan ia pun segera menghubungi bosnya selaku pemilik restoran untuk mengabari hal penting yang tengah terjadi tanpa mengetahui bahwa wanita itu ternyata adalah anak dari bosnya tersebut.

Enrique dan James menemani wanita tersebut hingga tiba di rumah sakit, dan sesampainya mereka langsung bergerak cepat untuk meminta pihak rumah sakit agar segera menyelamatkan nyawa wanita itu. James mengurus administrasi di rumah sakit terlebih dahulu dan untuk biodatanya akan segera diisi oleh pemilik restoran yang sudah dihubungi oleh Enrique tadi karena mereka sama sekali tidak mengetahui identitas wanita tersebut. Setelah sang pemilik restoran tiba, terlihat beliau sedang dalam keadaan yang sangat panik dan tidak sabar untuk menjenguk putrinya yang sedang berada di ruang UGD. "Enrique, bagaimana hal ini bisa terjadi terhadap putriku? Apa kamu tahu siapa pelakunya?" "Apa Pak? Ja...di...itu tadi putri Bapak?" "Iya, dia putriku satu - satunya. Bagaimana kamu ini? Selama bekerja denganku apa kamu tidak pernah melihatnya?" "Maaf Pak, mungkin karena saya terlalu fokus bekerja saya jadi tidak sadar kalo putri bapak juga di situ. Sekali lagi saya mohon maaf juga pak, karena saya, putri bapak jadi harus mengalami musibah seperti ini." "Apa maksudnya karena kamu? Ada masalah apa kamu sama putriku?" James merasa sepertinya keadaan menjadi semakin runyam karena Enrique tidak mengerti bagaimana cara menjelaskan masalah yang sedang terjadi sehingga kini ia pun bertindak sebagai saksi dan penengah diantara kesalahpahaman mereka. "Mohon maaf pak sebelumnya, kenalin, nama saya James. Abangnya Enrique. Sepertinya Bapak salah paham terhadap maksud adik saya ini. Jadi, tadi itu sebenarnya ada orang asing yang berpakaian serba hitam dengan wajah tertutup menyusup ke dalam restoran, pada saat itu kami sedang asik mengobrol, dan tiba - tiba saja putri bapak sudah berlari begitu cepatnya ke arah kami dan menangkap sebilah pisau kecil yang saya yakini dilayangkan oleh orang tersebut ke arah adik saya ini. Kami juga tidak tahu itu siapa. Semuanya terjadi dengan begitu cepatnya, lalu ketika saya mau mencoba untuk mengejarnya, bayangan orang asing itu sudah hilang. Yang jelas, kecelakaan ini terjadi bukan karena adik saya. Ini murni kecelakaan. Kami juga ingin meminta maaf kepada Bapak karena ini harus terjadi pada putri bapak dan benar - benar ini diluar sepengetahuan kami serta kami ingin berterima kasih sebanyak - banyaknya karena berkat putri bapak, kami terselamatkan dari musibah tadi. Sekarang yang terpenting, kita berdoa dulu semoga putri bapak dalam keadaan baik - baik saja dan tidak ada luka yang berat dan semuanya aman – aman saja ya Pak. Lebih baik sekarang Bapak tenangkan diri dulu. Kita semua di sini sama – sama tidak ingin semuanya ini terjadi."

Setelah mendengar penjelasan James, ayah Moniq, Hubert Hans hanya bisa mengangguk paham namun masih terasa berat karena biar bagaimanapun karena demi menolong mereka, kini putrinya jadi harus menerima akibatnya dan menjadi seperti sekarang ini. Namun ia bisa memaklumi niat baik putrinya. Ia sudah hapal sekali karakter putrinya tersebut yang selalu ingin menolong siapa saja tanpa mempedulikan nyawanya sekalipun. Ia hanya bisa menggeleng - gelengkan kepalanya atas situasi yang sedari tadi sudah menegangkan itu. Perasaannya kini sangat terguncang. Ia takut kalau - kalau terjadi apa - apa terhadap putri satu - satunya, apalagi hanya putrinya tersebut satu - satunya anggota keluarga yang masih dimilikinya. Rasa kekhawatirannya akhirnya terhapuskan ketika dokter yang menangani putrinya sudah keluar dari UGD dan mengabarkan bahwa Moniq hanya mengalami pendarahan kecil di bagian tangannya. Tidak ada luka berat yang berakibat fatal. Kini putrinya pun sudah sadar dan Hubert begitu lega setelah mendengarnya lalu segera meninggalkan kedua pria muda yang sedari tadi menemaninya di luar. "Moniq, syukurlah kamu baik - baik saja. Papa sempat panik banget setelah mendengar tentang peristiwa tadi. Kamu kenapa sih selalu bikin cemas papa?" "Maaf pa, Moniq hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Kasian kan kalo orang tadi kenapa - napa. Lagian aku kenal dia kok, dia teman sekolahku meskipun bukan sekelas sih. Dia itu rajin pa, baik lagi. Harusnya papa juga tau itu karena dia kerja di tempat kita juga kan?" "Iya, tapi gara - gara nolongin dia, nyawamu jadi terancam. Kamu udah gak sayang sama papa? Mau tinggalin papa sendirian seperti mama kamu dulu?" "Pa, jangan cemas berlebihan. Buktinya sekarang aku sehat dan baik - baik aja nih. Ngomong - ngomong orangnya mana pa? Dia baik - baik aja kan?" "Ya Tuhan, putriku, kamu ini sudah kayak begini masih saja bisa mikirin orang lain ya. Ya sudah kalo gitu tunggu sebentar, biar papa panggil dia ke sini." Hubert terpaksa harus menuruti permintaan putrinya yang memaksa untuk bertemu dengan Enrique yang merupakan karyawannya sendiri. Ia tahu betul putrinya tidak akan suka jika permintaannya dilarang.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation and thank you for enjoy this reading ^_^

linajapardycreators' thoughts