webnovel

Cinta Terlarang Alexa

!!! Mohon Kebijakan Pembaca Dalam Memilih Bacaan Yang Sesuai :) Awalnya dia berpikir itu hanya sebuah rasa kagum karena pria yang begitu baik dan perhatian. Tapi dia sadar jika itu adalah perasaan cinta. Dia tahu itu salah, karena pria itu sudah memiliki istri. Tapi rasa cinta ini tidak bisa dibohongi, bukan? Semakin aku mencoba untuk menghindarinya, semakin rasa cinta ini tumbuh. Meskipun rasanya begitu menyakitkan bagi Alexa.

Sita_eh · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
5 Chs

Prolog - Dia Tampan

Hujan turun dengan deras, bahkan aku tidak bisa mendengar jelas suara yang ada disekitarku.

Ya, tentu saja. Karena aku sedang berada di atap gedung yang terbuka.

Aku sedang meratapi nasibku yang begitu malang, dengan derain air mata yang bercampur dengan turunnya air hujan dan suara gemuruh petir yang lantang dilangit malam yang gelap.

"Bodoh sekali," ucapku dengan wajah menunduk.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah mati lebih baik, dan akan membuat semua penderitaan ini hilang?" ucapku kesal.

Anehnya aku mendengar suara namaku dipanggil, tidak lama aku menegakkan wajahku dan melihat seseorang yang mendekat ke arahku.

Tapi... kenapa?

Rasanya tubuhku terhempas dengan mudah, tidak lagi menapak dan merasakan angin berderu menghantam tubuhku yang akan jatuh.

Apakah aku akan mati? Mati dengan mengenaskan dan penuh dengan rasa dendam.

***

Enam Bulan Sebelumnya.

Hari terlihat cerah dengan matahari yang bersinar terang, sudah tidak terlihat lagi tumpukan salju tebal seperti minggu sebelumnya.

Tidak ada lagi hiasan natal yang terpasang pada setiap pintu masuk, ataupun pada bagian depan rumah. Semuanya sudah tampak normal dengan aktifitas rutin yang baru saja dimulai. Liburan natal itu sudah berlalu, dan penduduk setempat sudah memulai pekerjaan mereka.

Mobil merah itu melaju lambat dengan seorang wanita berusia empat puluh satu tahun yang mengendarai. Dia adalah Sarah Ford, seorang wartawan senior yang bekerja di kota California. Seorang "single parent" yang amat mandiri dan pekerja keras.

Disampingnya duduk seorang gadis muda cantik, dengan rambut cokelat emas yang panjangnya hampir sepinggang. Gadis itu memiliki warna mata cokelat terang senada dengan warna rambutnya.

Gadis muda itu adalah putrinya, Alexandria Ford. Usianya baru saja menginjak sembilan belas tahun. Gadis itu baru saja memulai kuliahnya di tahun pertama - semester awal.

Universitas Seni yang berada di Kota California, yang menjadi pilihan Alexa agar bisa menjadi pelukis handal.

Ya... memang ibu dan anak itu jauh berbeda.

Sarah yang menggebu-gebu dengan semangatnya sebagai seorang wartawan. Sedangkan Alexa yang lebih menyukai ketenangan, hingga dia lebih banyak dikenal teman-temannya sebagai seorang pendiam.

Atau tepatnya dia mendapat julukan peri cantik berhati dingin.

"Aexa?" panggil Sarah dengan suara lembut. Dia melihat putrinya menurunkan kaca jendela mobil, sehingga angin luar menerpa kulit wajahnya saat itu.

"Uhmm?" Alexa menjawab hanya dengan sebuah gumaman kecil.

Dia sedang memperhatikan seorang anak yang sedang bermain dengan ayahnya, bersama dengan anjing kecil lucu yang terus saja mengekori. Entah mengapa Alexa menjadi iri akan sosok anak perempuan, yang tampak senang bermain dengan ayahnya.

"Aku akan pulang larut malam hari ini. Apa kau tidak apa-apa nanti malam sendiri di rumah? Kau bisa memasan makanan cepat saji, atau undang saja temanmu untuk menginap. Cathy bukan namanya?" ucap Sarah sesekali menoleh ke arah Alexa.

"Ya mom, kau tidak perlu khawatir." Akhirnya Alexa menoleh ke arah ibunya, dan memberikan senyuman kecil.

"Hei... aku perhatikan kau banyak memiliki pengikut. Wah... aku tidak menyangka jika putriku adalah seorang yang terkenal," puji Sarah.

"Mengenai itu... aku hanya memiliki sedikit pengikut. Mereka suka dengan lukisan yang sering aku unggah," ucap Alexa merendah diri, sambil ia memperhatikan layarponselnya.

"Lihat, ini hanya dua juta pengikut saja," ucap Alexa sambil menunjukkan layar ponselnya ke arah ibunya.

"Dua juta kau bilang? Astaga... Alexa, bahkan ibu tidak memiliki satu pengikutpun. Apa kau sedang menyombong?" Sarah menggelengkan kepalanya, merasa putrinya sedang memojokkan dirinya.

"Kenapa kau tidak membuat akunmu, mom? Apa aku perlu membuatkannya satu untukmu? sekali-kali kau harus mencobanya, ini tidak sulit sama sekali," tanya Alexa dengan serius.

"Aku hanya bercanda saja, tidak... aku tidak membutuhkan itu. Sebagai seorang wartawan lebih baik jika aku tidak memiliki sosial media apapun, ibu sangat menghindari hal itu, Alexa," ucap Sarah.

"Tapi... Bukankah banyak teman ibu yang memiliki sosial media?"

"Ya... mereka memang punya. Tapi... tidak dengan ibu," jawab Sarah kembali menggelengkan kepalanya.

"Ibu aneh sekali," gumam Alexa dan terus memperhatikan layar ponselnya.

"Ahh... aku mendapatkan penawaran lagi," ucap Alexa bersemangat.

"Kau medapatkan uang tambahan lagi? Kau memang luar biasa," Sarah sungguh kagum akan putrinya. "Tapi tetap kau harus berhati-hati, jika memang itu terlalu riskan meskipun jumlah uangnya besar, lebih baik kau tolak!"

"Ya, mom. Aku paham," jawab Alexa dan melihat pesan masuk dari seseorang yang menawarkan kerja sama dengannya.

"Ini hanya beberapa produk perawatan wajah saja, aku pikir tidak akan jadi masalah," ucap Alexa kembali menjelasakan.

***

Universitas Seni California pada hari itu sudah tampak ramai dengan para mahasiwa dan mahasiswi, meskipun besok adalah akhir pekan yang dinantikan.

Alexa baru saja masuk kedalam ruangannya, dengan tas besar yang ia letakkan di samping kursinya. Ia menggulung rambutnya dengan sebuah pensil, menampakkan leher jenjangnya yang indah.

Dia memang selalu tampak cantih setiap harinya, meskipun hanya mengenakan celana jeans hitam dan kemeja cokelat berkerah V yang longar. Lengan panjangnya ia gulung hingga siku, dan terlihat banyak gelang berbahan tali yang dikenakan oleh Alexa.

Alexa seorang selebgram yang terkenal dengan pengikut dua juta orang, dan terkenal dengan karya lukisannya yang sering kali ia tampilkan di sosial media pribadinya.

Lukisan yang indah dan dirinya yang tampak seperti bidadari. Membuat Alexa seperti wanita sempurna yang tidak cacat sedikitpun. Tapi anehnya, dia tidak memiliki seorang pacar untuk saat ini, karena di dunia nyatanya dia begitu pendiam dan cukup menjauhi manusia berjenis laki-laki.

"Alexa?"

Cathy baru saja tiba, temannya yang memiliki rambut ikal sebahu dengan kulit cokelat pekatnya yang eksotis. Duduk disamping Alexa, yang hanya menegakkan wajahnya dan memberikan seutas senyuman kecil.

"Aku pikir, kau tidak akan datang," ucap Cathy sambil mengeluarkan buku catatannya.

"Kenapa aku harus tidak datang?" tanya Alexa bingung.

"Aku dengar Profesor James sudah tidak lagi mengajar, dia digantikan oleh seseorang," jawab Cathy segera.

"Kudengar dia mengalami kecelakaan, dan akan membutuhkan waktu lama untuk penyembuhan. Aku dengar penggantinya seorang wanita tua yang sangat galak. Huh..! Apa yang lebih buruk dari Profesor James, dia saja sudah membuatku berpikir tidak akan bisa lulus dari tempat ini dengan nilai terbaik," Cathy berucap dengan berlebihan.

Sehingga Alexa hanya mengeryit dengan sedikit terkekeh, "Kau bahkan belum melihat penggantinya. Tapi kau sudah dengan cepat menyimpulkan," ucap Alexa.

"Rumor itu sudah beredar, dan..." Cathy menoleh ke arah belakangnya. Dia melihat seorang pria yang terus saja menatap punggung Alexa dengan tatapan yang lekat.

"Apa yang terjadi dengan kau dan Ethan? Apa kencan kalian gagal, dan kenapa dia terus saja mengulang kelas ini. Bukankah dia senior kita?" tanya Cathy menyikut Alexa.

"Ethan? Untuk apa dia ada disini?" Alexa spontan saja menoleh ke arah belakangnya, dan dia melihat seorang pria dengan rambut hitam memberikan senyum kecil untuk Alexa.

"Ish... dia benar-benar sinting!" Umpat Alexa kesal dan mengalihkan pandangannya secepat mungkin.

"Ok... apa itu artinya kencan kalian gagal?" Cathy masih saja berusaha mencari informasi.

"Aku tidak akan menjawabnya,"

"Kau harus menjawabnya, Alexa. Dia itu pria keren, apa mungkin kau membuangnya begitu saja? Ayolah... sedikit bercerita kedapaku tidak akan membutmu rugi," desak Cathy.

Suasana kelas itu mendadak hening, kelas dengan ruangan yang luas dan banyak mahasiswa yang sudah siap untuk memulai belajar.

Semua mata memandang ke arah pintu masuk, mereka melihat sosok pria dewasa yang tampan dan berkarimastik. Kacamata kotaknya tidak terlalu besar, dan sesuai dengan bentuk wajahnya yang proporsional.

Tinggi pria itu 189cm, mengenakan mantel hitam dengan dalaman sweater putih. Rambutnya tertata rapi dengan warna cokelat gelap, dan ia sudah memberikan senyuman lebar untuk semua orang yang sedang menatap ke arahnya.

"Tidak mungkin. Jangan katakan jika dia pengganti Profesor James. Apa dia seorang pangeran? Dia tampan sekali," celetuk Cathy dengan mata berbinar-binar.

"Selamat pagi semua! Perkenalkan aku adalah pengajar baru kalian semua yang akan menggantikan Profesor James. Namaku adalah Josh Gobart, dan selamat datang di kelasku yang akan membuat kalian tidak akan cepat meninggalkan tempat dudukmu saat ini," ucap Josh dengan senyum ramah dan penuh percaya diri.

Bahkan Alexa menatap terpaku pada wajah itu. Wajah pria yang mampu membuatnya tidak berkedip sama sekali.

"Dia memang tampan," batin Alexa.