webnovel

Cinta Terlarang Alexa

!!! Mohon Kebijakan Pembaca Dalam Memilih Bacaan Yang Sesuai :) Awalnya dia berpikir itu hanya sebuah rasa kagum karena pria yang begitu baik dan perhatian. Tapi dia sadar jika itu adalah perasaan cinta. Dia tahu itu salah, karena pria itu sudah memiliki istri. Tapi rasa cinta ini tidak bisa dibohongi, bukan? Semakin aku mencoba untuk menghindarinya, semakin rasa cinta ini tumbuh. Meskipun rasanya begitu menyakitkan bagi Alexa.

Sita_eh · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
5 Chs

Didalam Lift, Alexa Bersama Dengan Pria

Alexa baru saja tiba dirumahnya. Berada di dalam kamar tidurnya seraya menghempaskan tubuhnya pada kasur yang empuk.

"Hhh... rasanya lelah sekali. Untung saja aku bisa pulang sendiri, tadi itu... sungguh memalukan! Ada apa denganmu, Alexa? Kenapa kau sebegitu gugupnya di hadapan pria itu?" ucapnya sambil menghela napas dengan panjang.

Alexa memiringkan tubuhnya dan melihat ke arah jendela, langit sudah mulai gelap dan pikirannya kembali menerawang.

**Beberapa saat sebelumnya.

Lantai empat - Tempat dimana Alexa dan Josh berada.

Alexa sedang merapikan barang bawaanya, sebisa mungkin dia menghindari tatapan Josh saat itu. Merasakan debaran jantungnya belum berhenti, bahkan rasa panas disekitar wajahnya masih terasa.

Alexa memperhatikan ponselnya, memang retakan itu semakin melebar. "Ah... apa aku harus mengganti yang baru? Padahal ponsel ini banyak memiliki kenangan," ucap Alexa dengan tatapan sedih.

"Ah... lupakan saja soal itu. Selama itu masih berfungsi, aku pikir tidak perlu membeli baru. Lebih baik jika sekarang aku segera keluar dari tempat ini.

Dengan segera Alexa membawa tasnya, dan Josh kembali muncul dari arah belakang.

"Apa tidak ada yang tertinggal?" tanya Josh sambil mematikan beberapa lampu.

"Tidak ada," jawab Alexa amat singkat dan tatapannya masih berputar-putar tak jelas.

"Baiklah. Hari sudah sangat gelap, kita harus segera keluar dan pulang. Sepertinya hanya kita berdua saja yang masih berada di gedung ini," ucap Josh yang sudah melangkahkan kakinya bersama dengan Alexa.

Mereka berdua sudah keluar dan menuju lift tanpa ada yang membuka pembicaraan. Suasana menjadi terasa canggung, bahkan Alexa merasa gugup saat itu.

Baru saja Alexa akan menekan tombol lantai dasar, di saat bersamaan Josh pun sudah mengulurkan satu telunjuknya. Disaat itu juga kedua jari dari pemilik yang berbeda saling bertemu, hingga akhirnya Alexa menarik tangannya dengan cepat.

"Maaf," ucap Alexa pelan. Tapi untuk apa dia meminta maaf, "Issh! Bodoh sekali kau, Alexa! pasti Josh sudah berpikir aneh," batin Alexa.

Josh menatap Alexa dengan bingung, tapi hanya untuk beberapa detik saja ketika pintu sudah tertutup dan dia berdeham pelan.

"Sekali lagi aku ucapkan terimakasih untuk bantuanmu, Alexa," ucap Josh. "Jika tidak ada kau yang membantuku, pasti pekerjaanku semakin menumpuk dan sulit untuk aku selesaikan,"

"Tidak apa-apa, Josh. Aku senang membantumu," jawab Alexa tanpa berani menoleh ke arah Josh.

Suara hentakan yang amat keras sudah mengguncang lift tersebut. Lampu seketika padam dan Alexa sulit melihat dalam keadaan gelap.

"Apa yang terjadi?" tanya Alexa melangkah mundur secara spontan.

"Kenapa gelap sekali? Josh... aku takut," ucap Alexa panik.

"Tenang Alexa," Josh mendekat ke arah Alexa dalam kegelapan itu dia masih bisa melihat Alexa yang terus melangkah mundur.

Hingga keduanya berjarak dekat, dan Alexa bisa merasakan punggungnya membentur dada Josh. "Apa liftnya rusak? Apa kita akan terjebak di dalam tempat ini?"

"Aku tidak tahu, tapi kita harus tetap tenang, ok!" Josh masih terus berusaha menenangkan. Dia sedikit melewati tubuh Alexa, agar bisa menggapai tombol lift.

Josh menekan tombol darurat, "Apa ada yang mendengar kami?" ucapnya dengan suara lantang. "Kami terjebak didalam!"

Suara berisik tak jelas terdengar, sebelum akhirnya ada yang menjawab sahutan Josh. "Hanya sedikit gangguan, Tuan. Tenang saja ini tidak akan lama, kami sedang memperbaikinya secepat mungkin," jawab suara dari seorang pria.

"Baiklah, kau dengar itu bukan, Alexa? Tenang saja, ini tidak akan lama," Josh masih melihat Alexa yang masih memunggunginya.

Keduanya memang dalam jarak yang begitu dekat, hingga Josh sadar jika kedua tangan Alexa sudah memegangi kedua tangannya. Meskipun mereka berdua tidak saling berhadapan dengan Alexa yang memunggungi Josh.

Bagi Alexa memegangi tangan Josh, bisa meredakan ketakutan yang sedang ia rasakan.

Genggaman tangan Alexa semakin kuat, namun pria itu pun tidak menghindari sikap Alexa. Wajah Josh terlalu dekat dengan rambut pirang Alexa yang tergerai, ia bisa mencium aroma wangi bunga pada setiap helaian rambutnya.

Sedangkan Alexa yang masih belum tersadar, terus saja menggengam tangan Josh. Dia masih takut dengan pemandangan gelap yang ada di hadapannya.

"Bagaimana kalau mereka tidak berhasil memperbaikinya? Bagaimana jika kita terkurung di dalam tempat ini?" tanya Alexa.

"Alexa... Acchh.... kau..." Josh merasakan kuku panjang Alexa mulai menancap pada permukaan kulitnya.

"Josh, kita harus segera keluar dari tempat ini." Alexa sepertinya tidak sadar ketika Josh sedang menahan rasa sakit saat itu.

Lampu menyala dengan tiba-tiba bersamaan dengan guncangan kembali dirasakan, ketika lift mulai bergerak menurun.

Helaan napas Alexa terasa lega, "Akhirnya... aku pikir kita berdua akan terjebak-jebak didalam lift ini,"

"Alexa, apa kau bisa melepaskan tanganmu? Aku pikir kukumu terlalu tajam," ucap Josh dengan wajah yang menahan kesakitan.

"Apa? Aku..?" Alexa membalikkan tubuhnya dan melepaskan kedua tangannya. Melihat Josh yang sedang mengusap-ngusap kedua tangannya.

"Maafkan aku, Josh. Ah... kulit tanganmu terluka," Alexa meraih kedua tangan Josh tanpa ia sadari.

Masih dalam jarak yang berdekatan, dan Josh bisa melihat pancaran mata Alexa yang begitu khawatir dengan keadaannya.

"Apakah kita harus mengobatinya terlebih dahulu?" tanya Alexa sambil ia menegakkan wajahnya.

Dua pasang mata itu kembali bertemu, dan Alexa bisa melihat bola mata hitam yang masih memandanginya dengan lekat.

Ting...

Pintu lift baru saja terbuka dan mereka sudah sampai di lantai dasar.

"Aku pikir tidak perlu, ini hanya sedikit luka saja. Terimakasih Alexa untuk tawaranmu." Josh sudah menarik kedua tangannya dengan segera, dan keluar dari dalam lift.

Bersama dengan Alexa yang ikut keluar, meskipun pikiran wanita itu mulai mengatakan sikap bodoh dan ceroboh Alexa.

**Lamunan Alexa berakhir.

Kembali pada rumahnya yang tampak sepi, dan Alexa sedang menyiapkan makan malamnya. Berkutat di depan kompor, dia sedang menghangatkan daging panggang yang memang sudah tersedia didalam kulkas.

Ponselnya ia apitkan antara pundak dan telinganya, saat itu dia sedang menerima panggilan masuk dari ibunya. Sarah tampak khawatir dan terus saja meminta maaf kepadanya.

"Tenang saja, mom. Aku sudah besar dan kau tidak perlu khawatir, semua akan baik-baik saja di akhir pekan ini," ucap Alexa sambil mematikan kompornya.

"Maafkan aku, Alexa. Tiba-tiba saja aku harus ke luar kota, ada salah satu wartawan yang mengalami kecelakaan, dan aku harus mengantikannya. Ini berita yang amat penting karena jika kami tidak bisa mewancarainya..."

"Mom! Tenanglah, aku akan baik-baik saja, ok!" ucap Alexa memotong perkataan ibunya.

"Terimakasih, Alexa. Jadi kau bersama dengan Cathy?" tanya Sarah.

"Cathy..?" Sejenak Alexa berpikir untuk memberikan jawaban kepada ibunya. "Ya, Cathy... dia sedang berada di kamar mandi," lanjutnya berbohong.

"Untunglah, setidaknya ada seseorang yang menemanimu di akhir pekan. Sampaikan salamku kepada Cathy, ok."

Usai berbicara dengan ibunya, Alexa mulai memakan menu makan malamnya yang sederhana. Rumah besar bergaya modern itu memang bukan rumah sederhana, bisa dikatakan sebuah rumah mewah yang berada di lingkungan orang-orang berada.

Hasil kerja keras Sarah agar bisa membahagiakan putri satu-satunya, tapi tidak ada siapapun di rumah besar itu selain Sarah dan Alexa.

Bagaimana dengan ayah Alexa?

Alexa tidak bisa mengingat bagaimana wajah ayahnya. Ibunya mengatakan jika ayahnya sudah lama meninggal saat Alexa masih berada di dalam perut Sarah.

Sarah selalu saja menghindar dari topik ayah Alexa, ketika putrinya bertanya kenapa dia tidak bisa menemukan foto atau gambaran ayahnya.

Ya... begitulah keadaan Alexa.

Hidup sangat berkecukupan tapi dia lebih sering merasa kesepian. Sarah sering kali meninggalkan Alexa untuk pekerjaan, meskipun akan ada pembersih rumah yang datang pagi sekali dan akan pulang ketika pekerjaan mereka sudah selesai.

Usai mengakhiri makan malam yang membosankannya, Alexa sudah menuju kamarnya sambil ia memegangi ponselnya yang retak pada bagian ujungnya.

"Uhmm... dimana dia sekarang? Bodoh sekali jika aku berpikir pria itu akan menghubungiku, Aku harap dia sudah lama mati" ucap Alexa dan meletakkan ponselnya pada sisi.

Malam itu terasa dingin dan sunyi, ketika Alexa sudah memejamkan kedua matanya dan ia pun tertidur tanpa disadari.