Irma, temani gue, dong." Amanda mengguncang lengan Irma
"Engh.. huwaaa!" Irma menguap lalu membelakangi Amanda dan memeluk boneka gulingnya.
"Aduh, kebelet nih gue. Irma, woi, temani gue!" Kesal Amanda yang sudah sangat kebelet.
"Engh.. aduh, sana sendirian aja. Udah gede, kok, penakut, sih!" Seru Irma mengucak- ngucak matanya, namun sepenuhnya sadar.
"Gelap, sudah jam dua bele tahu," jwab Amanda.
"Pakai senter ponsel, loh."
"Ck! Temani gue, dong, please." Pinta Amanda.
"Dasar penakut."
"Gue nggak takut, cuma gelap," elak Amanda.
"Kalau nggak takut ya udah sana sendirian aja."
"Huft! Ya udah , ge sendirian, lagian udah nggak tahan nih."
"Ya udah san."
Amanda memberanikan diri untuk keluar meskipun keadaan gelap. Dan mengabaikan ucapan Roy dan Galih yang memberitahunya agat ditemani ke mana pun.
"Aduh, leganya," kata Amanda dari WC dan kembali ke Baruga. Baru beberapa langkah, Amanda di kejutkan oleh seorang yang tengah duduk di pinggir kolam. Posisi seseorang itu terlihat sedang menelepon.
"Siapa tuh?" Gumam Amanda.
Amanda memberanikan diri untuk mendekat. Orang itu tengah melepas kaca matanya, melepas tompelnya, dan satu lagi wajahnya sangat berbeda dengan yang sering dia lihat. Jika orang mengatakan kalau dirinya sangat jorok dan cupu. Mak malam ini dia mengatakan dia adalah cowok yang sangat tampan.
"Mata gue rabun atau nggak, sih? Kok orang itu ganteng banget?" Gumam Amanda mengucak-ngucak matanya berulang kali untuk memastikan bahwa yang dilihat nyata.
"Wah, mata gue benar-benar rabun kali. Atau jangan-jangan yang gue lihat adalah hantu," lanjut Amanda mulai ketakutan.
Belum sempat Amanda pergi, orang itu sudah ada di depannya dan membuat Amanda kaget. " Woi." Dia menepuk pundak Amanda.
"Lo siapa?" Tanya Amanda yang sudah menahan napas saking terkejutnya.
"Lo nggak kenal gue?" Tanya membuat Amanda menatap wajah itu dengan saksama.
"Lo_" Ucup ?" Tanya Amanda untuk memastikan dan orang tersebut adalah Ucup yang mengangguk sembari tersenyum.
"Kok, _" lo bisa? Maksud gue lo beda dari sebelumnya," kata Amanda agak menjaga jarak.
"Oh_" kenapa? Gue ganteng, kan, kalau nggak memakai kacamata?" Kata Ucup tertawa.
"Kenapa lo seakan nyamar jadi orang cupu? Dan ini tompel lo cuma bohongan? Kenap orang bilang lo orang yang jotok? Sekarang apa yang gue lihat lo berbeda dar yang orang bilang. Lo sebenarnya siapa, sih?" Tanya Amanda.
"Lo nggak perlu tahu dan lo nggak usah kepo, ngerti?" Balas Ucup agak suara meninggi, membuat Amanda takut.
"Dan satu lagi, jangan nilai orang dari luarnya aja, oke, cantik?" Lanjut Ucup tersenyum manis.
"Gue nggak kepo, gue cuma tanya. Nggak usah ngegas juga kali."
"Lo cewek tipe gue banget. Lo cantik dan pintar, bolelah gue jadiin pacar," ucap Ucup.
Amanda merasa orang yang di depannya ini tidak waras. Gadis itu dengan cepat dan membalikan badan hendak pergi. Akan tetapi cowok iti mengadangnya.
"Minggir!" Bentak Amanda.
"Woo, galak juga ternyata. Mending lo sama gue aja, lo nggak punya pacar, kan, karen pacar lo selingkuh?" Ucup tertawa meremehkan Amanda.
"Lo nggak usah sok tahu !!" Sinis Amanda.
"Sayangnya semua tentang lo, gue tahu. Nama Lo Amada praticia, keluarga lo benci sama lo, lo udah bikin adik lo celaka, sahabat lo jadi penghianat, dan orang yang sangat spesial bagi lo selingkuh dengan adik lo sendiri, kan? Dan lo anak pembawa sial," kata Ucup mengeluarkan tiga kata yang Amanda benci.
Satu tamparan mendarat mulus di pipi Ucup. Amanda mengpalkan tangannya, kata-kata yang sangat dia benci keluar dari mulut orang yang bahkan tidak dia kenal.
"Jaga ucapan lo, ya, gue bukan anak pembawa sial. Dan lo nggak usah tahu tentang gue, brengsek!" Tunjuk Amanda sangat marah pada cowok itu.
"Sayangnya gue suka panggil lo pembawa sial. Udahlah gue tahu lo cewek yang lemah karena di tinggal pacar dan selingkuh sama adik lo, oh iya, gue lupa, si Roy juga suka sama lo, kan?
"Dia teman gue."
"Gue lebih tahu daripada lo. Dia lebih berengsek dari pada gue, dan dia udah bikin anak orang celaka, asal lo tahu," kata Ucup membuat Amnada tak terima.
"Jangan pernah lo jelekan teman gue. Gue tahu lo nggak suka, kan, sama dia karena dia suka ngejek lo sebagai cowok yang jorok dan suka ngupil," ejek Amanda tertawa hingga membuat Ucum menggeram kesal.
Tanpa Amanda ketahui Ucup mengeluarkan sebuah pisau kecil dan mengarahkannya ke Amanda. "Kalau ketawa lo cantik banget, tapi lebih cantik lagi kalau ada noda merah yang keluar dari sini," kata Ucup.
Amanda tercekat melihat pisau itu mengarah ke wajahnya. Ucup terlihat seperti psikopat yang ingin membunuh korbannya.
"Kenapa berhenti ketawa cantik? Ayo ketawa, dong." Tawanya sambil mengitari wajah Amanda dengan benda itu.
"Lo_" lo mau ngapai?" Gugup Amanda.
"Kenapa? Lo takut?"
" Gue nggak takut sama lo mau wajah lobiji rusak."
"Gue nggak kenal sama lo kenapa lo lihat gue seakan lo benci gue hah?" Bentak Amnada.
"Ups! Nggak tahu, mungkin takdir mempertemukan kita."
"Lo bukan mnausia, lo binatang." Ucapan Amanda sukses membuat Ucup marah besar.
" Gue memang binatang lo mau lihat gimana binatang nerkam mangsanya?" Ucup melangkah mendekati Amanda.
Amanda gemetaran dan terus mundur karena Ucup melangkah mendekatinya. "Gue nggak akan sakiti lo, cantik. Gue cuma mau mencoba darah lo dikit aja, kok."
"Nggak, gue akan teriak kalau lo celakai gue!"
"Gue nggak takut."
"Dasar cowok psikopat!!"
"Gue berubah jadi psikopat cuma ke lo."
Ucup memutar-mutar pisau kecilnya itu membuat Amanda sangat ketakutan. Dengan sigap Amanda memangdang bagian berharga Ucup hingga membuta cowok itu kesakitan.
"Argh! Dasar cewek sualan! Surga gue sakit banget, anjir!" Umpat Ucup memegang bagian vitalnya.
Rintihan Ucup membuat Amanda lari kencang mungkin hingga sampai tiba di baruga. Amanda sampi dengan napas yang tersengal-sengal, membuat Irma dan Nabila bangun karena terganggu.
" Lo kenapa lama banget?" Tanya Irma terganggu dengan kedatangan Amanda.
Eh, da, lo kenapa keringat kaya gini?" Lanjut Nabila.
"Lo nggak apa-apa, kan,?" Irma khwatir dengan keadaan Amanda yang keringat dingin.
"Gue ngak apa-apa, kok," ucap Amanda mencoba mengatur napas.
" Benar? Tapi kenap lo keringatan gini kayak habis dikejar setan." Nabila menyentuh dahi Amanda yang berkeringat.
" Gue nggak apa-apa, cuma gue lari tadi karena takut." Amanda berbohong.
"Yakin?" Tanya Irma.
"Iya. Udah, mending kita tidur lagi."
Akhirnya mereka bertiga kembali tidur. Tapi Amanda masih memikirkan kejadian tadi, kejadian yang tidak bisa membuatnya tidak tenang.
Dia bukan orang sembarngan. Kok dia bisa tahu tentang gue? Dia bukan cowok culun, tapi dia cowok psikopat. Roy benar, dia cowok yang berbahaya, batin Amanda.