webnovel

Chapter 3

Terik matahari menerobos masuk melalui jendela kaca. Cuaca siang ini panas sekali. Padahal, ruangan tersebut sudah difasilitasi dengan air conditioner, tapi rasanya percuma saja. Terik matahari tetap tak terelakkan, panasnya masih terasa membakar kulit polos sesiapa yang berada di dalam ruangan tersebut.

Keempat murid tersebut masih berada di ruang meeting, memikirkan hukuman alternatif yang paling tepat untuk Romeo dan Juliet, dua sejoli yang masih tanpa malu menunjukkan kemesraannya di depan Arthur dan Alice di saat nasib mereka sudah di ujung tanduk.

Arthur sama sekali tak menggubris bujuk rayu Romeo untuk memberikan hukuman yang ringan untuknya. Laki-laki itu memicingkan matanya sembari mendengus. Hukuman untuk mereka haruslah sebuah hukuman yang tak akan membuat murid lain ikut-ikutan melanggar aturan seperti pasangan ini.

"Bagaimana jika kalian putus aja?" cicit Alice secara tiba-tiba setelah memikirkan saran tersebut secara matang-matang. Gadis itu sangat menyadari jika ia salah langkah sedikit saja, hal ini pasti akan menimbulkan petaka yang lain di kemudian hari. Ia tak ingin semakin banyak murid yang melanggar peraturan di saat ia menjabat sebagai ketua OSIS.

"Tidak mau!" tolak Juliet mentah-mentah. Apa-apaan? Enak saja Alice berusaha memisahkan dua orang yang saling mencintai. Juliet tidak akan pernah mau melakukannya. Bahkan jika langit dan bumi runtuh sekalipun, Juliet tidak akan mau putus dari Romeo.

"Memangnya hukuman seperti apa yang kamu inginkan?" cibir Alice. "Dikeluarkan dari sekolah?" imbuhnya, membuat Juliet langsung melemparinya dengan tatapan tidak suka.

"Alice!" pekik Juliet. "Jangan bercanda!"

Arthur memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Ia masih memikirkan tentang hukuman paling tepat untuk Romeo dan Juliet. Hingga satu ide akhirnya hinggap di kepalanya. Ia mengeluarkan tangannya dari saku celana, kemudian menjentikkan jari.

"Aku punya ide!" gagas Arthur. "Bagaimana jika kalian dihukum dengan membersihkan toilet selama satu bulan penuh?"

"Ew!" balas Juliet sambil menunjukkan wajah jijiknya. Membayangkan dirinya membersihkan toilet saja sudah membuatnya ingin muntah. Bagaimana mungkin ia bisa menjalani hukuman tersebut selama satu bulan? Ia bergidik ngeri, tak mampu membayangkannya.

"Aku setuju," timpal Alice. "Dikeluarkan dari sekolah, memutuskan hubungan kalian, atau membersihkan toilet selama satu bulan penuh. Hanya itu pilihan kalian."

"Baiklah, baiklah! Aku setuju untuk membersihkan toilet," ucap Romeo dengan yakin. Apa boleh buat? Hanya itu pilihan yang ia punya. Ia tak mau dikeluarkan dari sekolah dan mengecewakan kedua orang tuanya. Ia juga tak mau berpisah dengan gadis yang saat ini selalu mengisi hati dan pikirannya.

"Bagaimana denganmu, Juliet?" tanya Arthur.

Juliet menggigil bibir bawahnya. Ia menatap Arthur dan Alice secara bergantian, lalu menatap Romeo. Melihat Romeo yang memberikannya keyakinan melalui tatapannya membuat Juliet luluh juga. Gadis itu sejenak melupakan rasa jijiknya jika harus membersihkan toilet karena ia pun juga menyadari jika ia tak punya banyak pilihan.

Gadis tersebut menarik napasnya dalam-dalam. Mulai sekarang, sepertinya ia harus berusaha untuk bisa mengerjakan pekerjaan kasar. "Baiklah, aku juga setuju."

Setelah satu kalimat itu keluar dari bibir mungilnya, Romeo langsung memeluknya dengan sangat erat. Laki-laki itu bahkan tak segan untuk mencium pipi Juliet di depan Arthur dan Alice, membuat pipi Juliet bersemu merah karena malu sekaligus senang mendapatkan perlakuan semanis itu dari Romeo.

"Membersihkan toilet selama setahun penuh pun kami juga mau!" seloroh Romeo dan Juliet yang justru malah ditanggapi oleh Arthur dan Alice secara serius.

"Baiklah kalau begitu. Kalian akan dihukum dengan membersihkan toilet selama satu tahun penuh!" ucap Arthur dengan telak. Sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman miring tatkala ia melihat ekspresi Romeo dan Juliet. Hah, salah sendiri mengusulkan hukuman yang lebih berat di saat mereka mendapat hukuman ringan!

Alice pun hanya bisa mengangguk setuju dan pasrah atas keputusan Arthur yang menurutnya tak terlalu buruk. Setidaknya, hukuman ini akan membuat Romeo dan Juliet jera, serta tak akan membuat murid lain mengikuti jejak mereka untuk melanggar peraturan di sekolah, bukan? Yah, semoga saja begitu.

"Jadi, kita tidak akan dikeluarkan dari sekolah, 'kan?" tanya Romeo, ingin memastikan nasibnya.

Arthur dan Alice mengangguk secara bersamaan. Melihat Romeo dan Juliet yang kembali berpelukan membuat Arthur semakin muak sementara Alice mengalihkan pandangannya, berpura-pura tak mengenal dua orang tersebut.

"Cukup, cukup. Stop dengan drama kalian ini. Sekarang kita kembali ke kelas masing-masing!" perintah Arthur. "Dan jangan lupa hukuman kalian dimulai sore ini," imbuhnya.

Romeo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, kemudian ia bergerak untuk memeluk kaki Arthur sebagai ucapan terima kasih karena sudah mau meringankan hukumannya. "Terima kasih sudah membantuku, Arthur," ucapnya dengan begitu tulus.

Arthur memutar bola matanya, malas, sambil mencibir perbuatan Romeo. Laki-laki itu mengenyahkan pelukan Romeo dengan menendangnya. Tak lupa ia menunjukkan ekspresi jijik dan tak sukanya kepada Romeo sebelum pergi meninggalkan ruang meeting.

Juliet pun melakukan hal yang sama. Gadis itu berlutut sambil memeluk kaki Alice. Tak lupa ia berkata, "Terima kasih sudah menepati janjimu untuk menolongku, Alice."

"Jangan berlutut seperti ini, Juliet." Alice membantu Juliet untuk berdiri lalu memeluknya. "Kita ini berteman, sudah sewajarnya jika aku membantumu sebisa mungkin," katanya sambil tersenyum lembut.

"Aku benar-benar berhutang budi padamu."

Alice terkekeh, "Jangan berlebihan! Itulah gunanya teman."

Kedua gadis itu melepas pelukannya. Juliet lantas menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Setelah terbebas dari ancaman dikeluarkan dari sekolah, sekarang ada masalah lain. Bagaimana ia bisa menatap wajah teman-temannya yang lain setelah kejadian ini? Apakah tak akan ada siswi yang mengejeknya?

"Jika kamu khawatir dengan tanggapan murid lain, tenanglah, aku akan menjelaskan kejadian ini kepada mereka," ucap Alice, seolah mengetahui isi kepala temannya itu.

Juliet dan Romeo pun mengucapkan salam perpisahan. Ingat, sekolah perempuan dan laki-laki dipisah, sehingga mungkin saja mereka tak bisa bertemu setelah ini. Romeo pun meninggalkan Alice dan Juliet untuk kembali ke sekolah laki-laki, menyusul Arthur yang sudah jauh terlebih dulu pergi.

Sesudah itu, Alice dan Juliet keluar dari ruangan. Siapa sangka jika beberapa siswi masih ada yang berkerumun dan menunggu keduanya keluar dari sana. Dengan tenang, Alice menjelaskan jika masalah itu sudah selesai dan sekarang Juliet dan Romeo akan menjalani hukuman membersihkan toilet selama satu tahun penuh. Tak lupa ia juga meminta murid lain untuk tak ikut melanggar peraturan jika mereka tidak ingin mengalami nasib yang sama seperti Romeo dan Juliet.

Kerumunan itu kemudian bubar setelah mendengar penjelasan dari Alice. Ada yang merasa senang karena Romeo dan Juliet mendapatkan hukuman. Namun, ada pula yang berpikir jika hukuman tersebut terlalu ringan. Well, keputusan sudah diambil dan tak ada yang bisa mengubahnya, bukan?