webnovel

Chapter 12

Sejak sepulang sekolah tadi, Juliet tak henti-hentinya memasang wajah cemas sambil bergerak gelisah ke sana dan ke mari. Gadis itu menatap lurus ke arah ponselnya, menunggu setiap notifikasi yang masuk, dan berharap pujaan hatinya akan segera menghubunginya.

Namun, seolah takdir tak merestuinya, sampai detik ini Romeo masih belum menghubunginya. Padahal, gadis tersebut sudah mengirimkan ratusan pesan singkat, melakukan puluhan panggilan, dan mengirimkan pesan suara yang tak terhitung jumlahnya. Akan tetapi, seolah mengabaikannya, Romeo tak memberikan tanggapan apa pun. Bahkan, laki-laki itu masih belum membaca pesan singkatnya.

"Apa yang sebenarnya sedang dia lakukan sekarang?" tanya Juliet kepada dirinya sendiri. Pasalnya, tidak biasanya Romeo bersikap seperti ini. Lelaki itu selalu memberikannya kabar. Bahkan di saat laki-laki itu sedang sibuk sekali pun, ia tetap memberikan kabar kepadanya.

Alice yang sedari tadi memerhatikan tingkah Juliet mengerutkan dahinya. Gadis itu menutup buku yang memuat materi untuk ulangan lusa nanti, kemudian menatap Juliet dengan satu alis terangkat.

"Dia masih belum ada kabar?" tanyanya, prihatin. Jika hanya melihat ekspresi yang tersirat di wajah Juliet, sebetulnya Alice sudah tahu jawabannya. Akan tetapi, ia ingin membuat percakapan kecil yang mungkin saja bisa sedikit menenangkan hati Juliet.

Juliet menggeleng. "Belum. Aku khawatir sesuatu yang buruk terjadi padanya."

Alice terkekeh pelan. "Jangan konyol, Juliet. Kalau pun sesuatu yang buruk terjadi di sekolah ini, pasti guru-guru sudah mengumumkannya sejak tadi. Percayalah, dia pasti baik-baik saja."

"Tapi aku sangat khawatir, Alice," ujar Juliet seraya berjalan mendekati Alice. Gadis itu kemudian memegang kedua tangan Alice sembari berkata, "Temani aku menyelinap ke sekolah laki-laki untuk mencari tahu tentang kondisi Romeo."

"Tidak mau," balas Alice singkat.

"Ayolah, temani aku."

Alice menggeleng-gelengkan kepala. "Aku tidak mau tertangkap basah menyelinap ke sana dan melanggar peraturan hanya karena Romeo belum membalas pesan singkat darimu."

"Kamu hanya perlu menemaniku sebentar saja. Kita hanya akan memastikan jika Romeo baik-baik saja, setelah itu kita akan kembali ke sini," bujuk Juliet yang tak ditanggapi oleh Alice.

Juliet sadar betul jika ia sudah melakukan banyak kesalahan beberapa waktu terakhir ini dan membuat Alice pusing karena ulahnya dan Romeo. Namun, kali ini, ia tak bisa menahan diri untuk tidak mencari tahu tentang keadaan Romeo karena rasa khawatir terus menyelinap ke dalam hatinya dan membuatnya gelisah tak menentu.

"Ayolah, Alice." Juliet memasang tampang jelasnya. Tak lupa juga ia menatap Alice dengan mata berkaca-kaca untuk meyakinkan Alice agar mau menemaninya. "Memangnya kamu tega membiarkan aku pergi ke sana sendiri di malam seperti ini? Aku takut jika harus ke sana sendiri, apalagi aku ini perempuan."

Melihat wajah memelas Juliet, Alice pun jadi tak tega. Gadis itu menghembuskan napasnya pelan, lalu mengangguk. "Baiklah, kali ini aku akan menemanimu."

Juliet bersorak gembira dan tersenyum. Beberapa detik selanjutnya, ia lantas menarik tangan Alice agar gadis itu bangkit berdiri dan berjalan mengikutinya.

"Tapi ...."

"Tapi apa?"

"Jika kita tertangkap basah, aku tidak mau disalahkan dan kamu harus menanggung hukuman yang menanti kita seorang diri," jawab Alice. "Bagaimana? Apakah kamu setuju?"

Juliet tersenyum. "Baiklah, aku setuju," jawabnya tanpa ragu.

Keduanya sepakat akan menyelinap melalui pintu belakang tempat pembuangan sampah. Kata Juliet, sering kali dilakukan patroli oleh satpam sekolah di tempat tersebut. Akan tetapi, karena Juliet mengetahui jalan tikus dan seluk beluk jalan pintas di sana, mereka pun akhirnya mampu melewati tempat tersebut tanpa tertangkap oleh satpam.

"Wow, sepertinya kamu tahu betul tentang seluk beluk tempat ini. Apakah kamu sering menyelinap ke sana, Juliet?" lirik Alice hampir menyerupai sebuah bisikan.

Juliet hanya terkekeh pelan sambil mengangguk.

Bagaimana pun juga, itulah kenyataannya. Semenjak menjalin hubungan dengan Romeo, ia kerap kali diam-diam bertemu dengan pujaan hatinya sehingga ia sangat hapal dengan seluk beluk tempat itu. Jika tidak, mungkin saja hubungan mereka sudah diketahui banyak orang sejak awal dan mungkin ia sudah tidak bersekolah di sini lagi.

Keduanya berjalan mengendap-endap menuju kebun yang berada di antara sekolah perempuan dan sekolah laki-laki. Sesekali mereka menyisir ke sekeliling dengan tatapan awas karena takut seseorang melihat mereka berada di sana. Meskipun keadaan di sana cukup gelap, mereka tetap saja harus waspada jika mereka tidak ingin tertangkap.

Sebetulnya, Alice bisa saja meminta Juliet untuk sedikit bersabar dan menunggu hingga esok hari untuk menemui Romeo. Karena ia yakin sekali jika Romeo sedang dalam kondisi baik-baik saja. Bisa jadi laki-laki itu kehabisan baterai ponsel atau kehabisan paket data. Well, kemungkinan kedua tidak mungkin terjadi, sih, mengingat sekolah ini menyediakan fasilitas bebas jaringan wifi.

Dinginnya angin malam mulai menusuk-nusuk tulang kedua gadis itu. Alice memeluk tubuhnya sendiri sembari mengusap-usap bahunya yang merinding karena kedinginan. Gadis tersebut saat ini sedikit menyesali keputusannya untuk menyetujui ajakan Juliet untuk datang ke sana di saat seharusnya ia bisa beristirahat sembari merasakan hangatnya selimut di kamar asramanya.

Jantung Alice dan Juliet berdetak dengan cepat ketika mereka berdua mendengar ada suara langkah kaki yang mendekati. Mereka berdua menyisir ke sekeliling, lagi-lagi mereka tak mendapati siapa pun di sekitar mereka. Keduanya menarik napas lega, lalu melanjutkan langkah mereka yang sempat tertunda selama beberapa saat.

Karena berjalan sambil melihat ke samping dan ke depan dengan was-was, tanpa sadar Juliet menabrak sesuatu yang keras dan membuat tubuhnya limbung seketika. Gadis itu menahan napasnya dan memejamkan mata karena membayangkan jika yang ditabraknya adalah satpam sekolah.

'Mati!' umpat Juliet dalam hati sebelum tubuhnya semakin melemas. Rasanya ia ingin pingsan di tempat jika saja benar jika sosok yang tanpa sengaja ia tabrak barusan adalah satpam sekolah. 'Tamatlah riwayatku jika sudah ketahuan begini,' gumamnya lagi.

Sementara itu, Alice menutup wajahnya dengan kedua tangan, tak siap menyaksikan apa yang ada di hadapannya karena ia yakin sekali jika hal buruk sedang menanti dirinya dan Juliet. Gadis itu sudah menyiapkan mental untuk kemungkinan terburuk yang akan ia hadapi setelah ini, lebih tepatnya yang akan dihadapi oleh dirinya dan Juliet karena sudah melanggar peraturan dan bahkan menyelinap ke sana.

Merasakan genggaman di tangannya, Juliet kemudian membuka matanya secara perlahan karena rasa takut. Juliet yakin sekali tubuhnya akan jatuh mengenai tanah kebun yang lembab jika saja seseorang yang menabraknya tidak menangkap tangannya dan menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.

Seseorang tersebut tak hanya menahan tubuh Juliet, ia bahkan menarik Juliet ke dalam pelukannya. Juliet mengerjapkan matanya beberapa saat, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi padanya.