webnovel

Cinta dalam dendam

Cinta yang hadir tanpa Rakha sadari karena tetutup oleh dendam, membuat ia sangat membenci Novia. Gadis yang sangat berarti pada kehidupannya dulu. Saat sebuah kenyataan mulai terungkap serta ingatan yang mulai muncul sedikit demi sedikit membuat ia sadar bahwa kebenciannya tak beralaskan. Seolah takdir tak memihak padanya saat semua ingin ia ulang kembali kenyataan bahwa saudaranya sendiri adalah rival untuknya, belum lagi ia harus berurusan dengan orang misterius yang juga bagian dari masa lalu Novia. Akaknkah Rakha bisa memperjuangkan Cintanya kembali ataukah harus merelakan Novia dimiliki oleh Nicho saudaranya atau sang pria misterius yang seorang Mafia.

Tika_Mutiara · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
16 Chs

Solusi dan Harapan

"APA NOVIA?? SIMPANAN!!" suara itu mengelegar di seluruh rumah. membuat dua insan yang sibuk dengan pikirannya itu terkejut bukan main. Wawan datang dengan langkah kaki lebarnya menghampiri Nicho dan Novia. sementara yang di datangi gugup.

"Simpanan siapa novia?!" tanya Wawan masih dengan berdiri, tangannya mengepal, matanya sudah merah karna emosi.

Nicho menggenggam tangan Novia memberi kekuatan pada wanita itu. Novia melirik Nicho seolah bertanya melalui sorot matanya ' Bagaimna' dan Nicho mengerti akan tatapan itu dan ia hanya menyutujui dengan sekali anggukan kepala. Wawan masih menunggu setia berdiri menanti jawaban atas pertanyaannya, namun Novia ataupun Nicho masih bungkam tak ada yang berani buka suara.

Hati novia sudah berdetak tak karuan rasa cemas akan kemurkaan sang ayah lebih mendominasi kepalanya. Juga mungkin akan kecewa jika nama baiknya tercemar hanya gara-gara kesalahan yang tak ia lakukan.

"Jawab Papa Novia!" bentak Wawan. membuat Novia tergelonjak kaget.

setitik air mata membasahi pipinya, padahal sisa tangisan yang tadi pun belum kering.

"Aku ada masalah di kantor Pa." ucapnya serak karna menahan tangis, tangannya masih di genggam oleh Nicho agar gadisnya bisa lebih ouat untuk berterus terang.

"Terus apa hubungannya dengan kamu yang akan menjadi simpanan?" tanyanya penuh selidik.

Karna tak tahan melihat Novia tertekan Nicho mencoba menjelaskan mungkin Novia tak berani mengatakan yang sebenarnya pikirnya.

"Om, mungkin duduk dulu, biar Nicho yang jelasin." tawarnya. Sontak saja Wawan mengalihkan pandagannya dari Novia ke Nicho. Namun tak uring ia juga menerima saran dari calon menantunya itu. Wawan duduk di sofa single dekat dengan Nicho, melihat mereka secara bergantian.

"Sekarang jelasin ke Om, apa yang sebenarnya terjadi?"

Nicho pun mulai menceritakan semua dari awal hingga akhir tak ada yang ia tambahkan atau pun ia kurangkan. Setelah mendengar penjelasan Nicho, Wawan mengepalkan tangannya dengan saanhat kuat sampai jari-jarinya memutih.

"Kurang ajar!!" ucapnya penuh emosi seakan detik itu juga ia ingin memakan seseorang. "Papa kan udah bilang...," lanjutnya lagi tapi ucapannya terjeda melihat putrinya sesegukan namun tak urung ia kembali berkata ".... Kamu lebih baik kerja di perusahaan sendiri, tapi kamu malah bandel dan memilih tempat dengan bos yang menjijikan seperti itu." sambungnya. Tubuh Novia bergetar dan itu tak luput dari pandagan Nicho hingga reflek langsung memeluk Novia, entah mengapa ia tak canggung melakukan itu di depan calon mertuanya meski secara resmi ia belum melamar Novia kepada kedua orang tuanya.

Wawan yang melihat pemandangan itu hatinya menghangat. Ia bisa melihat kasih sayang yang tulus dari pria di hadapannya ini untuk putri bungsunya. Namun itu tak membuat Amarahnya mereda.

"Biar Papa yang membereskannya" ucapnya tegas. Mendengar itu, Nicho dan Novia mengurai pelukan mereka dan memandang objek yang sama yaitu Wawan. Masih dengan linangan air mata. Novia mendekat ke arah sang ayah memeluknya dengan erat tangis pun pecah.

"Maafin Novi Pa!" ucapnya penuh penyesalan. "Setelah ini aku bakaln nurut semua yang Papa perintahin buat aku" sambunya masih dengan derai air mata. Wawan melepas pelukan putrinya dan tersenyum jahil.

"Bener ya setelah ini kamu bakalan nurutin apapun kata Papa?" tanya lagi mengulangi kata yang beberapa detik lalu di lontarkan dari bibir indah Novia.

"Iya Pa apapun yang Papa perintahin aku bakalan nurut." jawabnya tegas meski agak serak. Wawan ysng mendengar itupun tersenyum jahil seolah ada sesuatu yang ia inginkan dari anak bungsunya ini. Dan Nicho hanya menjadi penonton setia serta pendengar yang baik bagi drama ayah dan anak ini.

"Baiklah kalau begitu Papa akan urus ini dulu" ujarnya seraya berdiri meninggalkan mereka lagi.

Ada sedikit senyum kelegaan yang terpancar dari wajah Novia itu tak luput dari netra hitam milik Nicho yang mau tak mau juga membuat ia ikut tersenyum. Lantas Novia kembali duduk di sisi pria itu.

"Makasih kak," ucapnya tulus di sertai senyim simpul yang menurut Nicho itu terlihat lebih manis dari sebuah gulali.

"Tak ada kata terimakasih untuk sebuah kejujuran sayang!" lagi-lagi kata itu membuat pipi Novia memerah. Pikirnya Nicho senang sekali membuat ia malu.

"Kakak apaan sih!" ucapnya menunduk menyembunyikan wajahnya yang terasa panas. Namun jangan panggil Nicho jika ia sampai sini saja menggoda gadisnya.

"Apanya yang apaan sih sayang" suara lembut mengoda itu memasuki gendang telinga Novia merambat sampai ke hatinya, membuat wajahnya semakin terasa panas. Ia mencoba mengalihakan perhatiannya untuk menutupi rasa gugup juga malunya dari Nicho namun sebelum itu tetjadi tangan Nicho lebih cepat menangkap pipi kiri Novia dengan tangan kananyan membawa wajah itu untuk melihatnya. Dan Novia tak bisa membantah kali ini, ia mengikuti arahan tangan itu saling pandang dalam diam hanya tatapan mereka yang saling berbicara menikmati detak jantung yang kian memacu. Sampai kata-kata Nicho membuat ia melayang.

"Kakak cinta sama kamu Nov!" ujarnya lembut.

dan seketika itu pula Novia tersenyum. Nicho mendekatkan wajahnya ke Novia, sementara Novia yang tau apa yang akan di lakukan oleh Nicho merasa jantungnya kali ini akan meledak kesadarannya mulai hilang kala hembusan nafas Nicho menerpa wajahnya. Namun sebelum itu terjadi Novia bangun dengan cepat. Merasa ada yang hilang, Nicho pun membuka mata ia melihat gadisnya berdiri menatap mata itu dan Novia yang malu pun menggeleng namun juga tersenyum. Lantas Nicho berfikir mungkin gadisnya malu. Setalah dengan drama yang begitu meneggangkan di antara mereka. Novia yang tak tahan dengan degupan jantungnya lantas berjalan ke taman belakang dimana ada berbagai macam jenis bunga disana. Ia duduk di bangku yang ada di samping kolam ikan buatan ayahnya. Nicho yang merasa gadisnya berpindah tempat pun mengikuti arah langkah kaki di depannya. Dan kini mereka duduk bersisian di apit oleh berbagai macam bunga di tambah pula dengan gemercik air dari kolam itu.

Tak ada kata yang terucap hanya lampu yang temparam menghiasi malam ini. Nicho mencoba mencairkan suasana.

"Apa kamu marah sama kakak Nov? kakak minta maaf ucapnya lirih namun masih bisa di dengar oleh Novia.

Novia menggeleng beberapa kali sebagai bukti apa yang pria itu ucapkan tak sama sekali benar. Ia hanya merasa malu. Nicho melihat reaksi Novia pun menjadi gemas ia memegang kedua pipi Novia, dan Novia hanya diam di perlakukan seperti itu. Tatapan mata lembali terjadi. Novia sudah tak bisa menormalkan detak jantungnya ia pasrah jika Nicho mendengarnya karna rasa malu ia lantas menutup matanya. Nicho meraskan Novia pasrah apapun yang akan di lakukannya. melihat Novia yang memejamkan mata. Lantas ia pun mendekatkan wajahnya sapuan nafas satu sama lain semakin terasa. Nicho melihat bibir mungil milik Novia entah mengapa membuat ia ingin merasakannya. Nicho Semakin mendekatkan wajahnya. Novia merasakan ada yang benda kenyal yang menyentuh bibirnya. Ia hanya bisa diam.

Wajah mereka kini tak terhalang apaupun Nicho mencium bibir Novia. Berniat hanya ingin mencium namun merasa tak ada penolakan ia pun mengerakkan bibinya perlahan tak ada balasan dari dari Novia namun gadis itu juga tak melawan. Nicho semakin terlena dengan rasa cerri dari bibir manis milik Novia. Tangannya yang semula memegang pipi Novia kini berpindah ke pinggang serta merayap secara perlahan ke belakang kepala gadis itu. Ada yang geli menyapa bagian lehernya membuat tubuh Novia menegang. Nicho yang merasakan tubuh gadis iti bereaksi membuat ia semakin bergairah. Setelah berada pada posisi ternyamannya Nicho memperdalam ciumannya menekan tengkuk gadis itu, menggigit bibir bawahnya agar Novia membuka mulutnya. setelah mendapat celah Nicho pun memasukkan lidahnya mengekspos semua yang ada di dalamnya. Semakin dalam ciuman mereka membuat Novia semakin terlena akal sehatnya sudah tak lagi bisa bekerja, hatinya ingin mengatakan berhenti namun berbeda dengan tubuhnya, Ia pun membalas ciuman Nicho dimana hal itu membuat sang empunya tersenyum dalam ciuman yang memabukkan. Ciuman mereka terus berlanjut, tak ada kata yang bisa menggambarkan nikmat yang mereka rasakan saat ini. Tubuh Novia terasa tak lagi berpijak pada bumi. Ia begitu terbuai dengan apa yang mereka lakukan kini.

Ahhhhhhhhh

Suara itu lolos begitu saja saat Nicho beralih mencium leher jenjang gadis itu.