Dean mengetuk pintu ruangan Vic, terdengar suara yang menyuruhnya untuk masuk. Dean masuk ke ruangannya dengan begitu santai dan mendapatkan tatapan sinis dari atasannya itu. Victor Hermes, orang yang dipercaya memegang jabatan tertinggi di organisasi Hollow, umurnya baru melewati angka tiga puluhan tapi ia dipercaya untuk memegang jabatan itu karena kemampuannya. Ia dan Dean hanya berselisih beberapa tahun saja dan Victor sudah menganggap Dean sebagai adiknya sendiri.
Jika ditanya apakah Victor memiliki kemampuan khusus atau tidak maka jawabannya adalah ya, hanya ada sedikit orang yang mengetahui kemampuannya bahkan anggota unit S saja hanya Dean yang mengetahuinya. Rumor yang beredar di organisasi kemampuan khusus milik Victor termasuk berbahaya jadi ia memang sengaja menyembunyikan dan tidak pernah menggunakannya, kemampuannya memiliki tingkat yang sama dengan Dean.
"Aku sudah mendapatkan laporan dari Jane. Orang yang kau selamatkan dari pelelangan itu seorang wanita, ya," ucapnya. "Aku tidak menyangka." Victor menggelengkan kepalanya dan melemparkan tatapan mengejek pada Dean.
"Apa masalahmu jika dia wanita?" sungutnya. Dean berdiri berkacak pinggang di depan Victor.
"Aku hanya tidak menyangka saja," jawabnya. "Duduklah," perintahnya.
Dean menarik kursi di depannya lalu duduk di sana. "Bagaimana dengan mereka yang menghadiri acara pelelangan itu?"
"Aku sudah mengirimkan datanya pada pihak kepolisian dan mereka sedang memprosesnya. Mungkin akan memakan waktu agak lama, karena… kau tahu sendiri lah mereka itu siapa." Victor menyandarkan punggungnya pada kursi yang ia duduki.
"Aku berharap mereka segera ditangkap. Jika kau melihat apa yang mereka perbuat pada pelelangan itu pasti kau akan berpikiran sama denganku," ucapnya kesal. "Mereka sangat menjijikan."
"Semoga saja secepatnya," ujarnya. "Di mana gadis itu sekarang?" Ia langsung mengubah pembicaraan.
"Di depan."
"Bawa dia masuk."
Kim masuk dengan jantung yang berdegup kencang, selama ini ia tidak pernah bermimpi untuk bisa bekerja di tempat yang menurutnya sangat bagus. Ia menatap cemas lelaki yang duduk di seberang meja dan lelaki itu pasti Victor, atasaannya Dean dan Andre, ia takut akan diberikan pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Victor mempersilakan Kim untuk duduk dan Dean duduk di sampingnya sambil melihat kertas dengan serius. Victor menanyakan beberapa hal pada Kim dan gadis itu menjawab dengan sangat lancar, ternyata ketakutannya tidak beralasan. Pertanyaan Victor hanya seputar riwayat pendidikannya, tempat kerja sebelumnya dan sedikit bertanya tentang keluarganya.
"Karena kau memang sudah memiliki pengalaman soal admistrasi, aku rasa pekerjaan ini akan sangat cocok untukmu," ucapnya. "Bagaimana?"
"Saya akan melakukan yang terbaik," jawab Kim percaya diri.
"Bagus. Mulai besok kau bisa bekerja di sini. Besok datanglah dengan Dean, id mu akan selesai dua hari lagi."
"Terima kasih atas kesempatannya." Kim menjabat tangan Victor dan ia tersenyum.
"Sebelum kau meninggalkan tempat ini, apa ada yang ingin kau tanyakan?"
Akhirnya Kim memiliki kesempatan untuk menanyakan soal kantor ini yang sebenarnya cukup mencurigakan, karena Dean yang membawanya jadi Kim mempercayainya.
"Sebenarnya kantor ini bergerak di bidang apa?" tanyanya ragu-ragu.
"Ini kantor organisasi Hollow dan organisasi ini merupakan salah satu organisasi rahasia untuk menangani kasus-kasus berat dan juga rahasia. Organisasi ini berada di bawah pemerintah dan hanya segelintir orang saja yang mengetahuinya."
Kim membulatkan matanya. "Apa organisasi ini melakukan pekerjaan yang... berhubungan dengan nyawa?" Jantungnya berdetak cepat saat menanyakan itu.
"Ya. sebagian besar iya dan itu biasanya untuk anggota unit S, Dean salah satunya. Tapi bukan berarti anggota unit lain tidak, hanya saja yang berada di unit S agak spesial."
Kim menantap Dean yang duduk di sampingnya dan ia terlihat tidak peduli. Sedangkan ia merasa takut, pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa pasti bukan pekerjaan sembarangan.
"Apa kau masih mau bergabung dengan kami?" tanya Victor sekali lagi untuk memastikan.
Kim menghela nafas lalu diam sejenak. "Ya, saya siap." Ia terlanjur terlibat dan dengan bergabungnya ia di organisasi ini, setidaknya ia akan mendapatkan perlindungan.
"Bagus," ucap Victor puas. "Ada satu hal yang harus kau ketahui, kau tidak boleh membocorkan dengan sengaja maupun tidak sengaja tentang organisasi ini kepada siapa pun, selamanya. Apa kau paham?"
"Saya paham dan saya mengerti apa resikonya."
Bekerja di organisasi rahasia seperti ini tentu memiliki resiko yang sangat tinggi jika sampai membocorkan tentang organisasi. Bisa saja nyawanya akan terancam dan Kim tahu itu.
"Kau gadis yang pintar. Aku harap kau betah dan nyaman bekerja di sini." Victor tersenyum dan Kim pun ikut tersenyum.
Setelah dari ruangan Victor, Kim menuju ruangan seseorang yang biasanya mengurus staff baru lalu ia bertemu dengan Andre untuk membuat kartu id nya, Kim tidak tahu pekerjaan apa yang Andre lakukan, sepertinya cukup rumit, karena di ruangan lelaki itu ada banyak komputer seukuran televisi dua puluh satu inch berjejer dan di mejanya ada banyak keyboard. Jika ia tidak salah menebak pekerjaan yang dilakukan oleh Andre berhubungan dengan komputer, mungkin IT dan sejenisnya.
Andre tersenyum saat melihat Kim datang bersama Dean. Ia mempersilakan gadis itu untuk duduk di kursi tamu ruangannya. Mata Kim berbinar melihat deretan komputer di ruangan Andre, ia tertarik.
'Andre pasti sangat pintar,' batinnya.
"Bagaimana? Kau sudah bertemu dengan Victor, kan? Apa katanya?" tanya Andre.
Kim tersenyum bangga. "Aku sudah mulai bekerja besok."
"Bagus, semoga kau nyaman di sini." Andre tersenyum. "Jadi kau ke sini untuk membuat kartu id, kan." Kim mengangguk. "Tunggu sebentar, aku akan mempersiapkannya."
Andre dan Kim terlibat pembicaraan seru selama Kim membuat kartu identitasnya, Dean hanya memperhatikan mereka dan tidak berminat untuk ikut bergabung dalam pembicaraan menarik itu. Ia menggulir ponselnya untuk melihat pekerjaan apa yang saat ini sedang ditangani. Tidak menarik memang, hidup Dean sangat monoton, ia jarang pergi liburan dan lebih memilih untuk melakukan banyak pekerjaan.
Ia baru mengajukan libur setelah bekerja selama tiga bulan non stop dan misi terakhirnya adalah memata-matai kapal pesiar itu. Dean berniat untuk langsung kembali ke New York setelah misinya selesai, tetapi apa yang ia rencanakan berubah. Dean tidak mempermasalahkan itu, ia cukup senang karena telah menolong Kim.
"Kau libur, kan, Dean?" Dean menatap sumber suara itu dan ia mengangguk.
"Apa kau mau menemaniku sebentar untuk membeli pakaian kerja?" tanya Kim ragu-ragu. "Tapi jika kau lelah aku pergi sendiri saja."
"Apa kau ingat jalan kembali?"
"Aku tidak buta arah, tentu saja aku tahu."
"Aku tidak yakin," ucap Dean. "Aku temani kau berbelanja, kebetulan hari ini aku tidak punya acara."
"Terima kasih, maaf aku selalu merepotkanmu." Dean mendecih dan kembali menatap ponselnya.
Di depan, mereka bertemu lagi dengan Jane, Kim berbicara singkat setelah itu ia menuju lift bersama Dean. Pintu lift terbuka di lantai tiga, mereka pun menyusuri Mall tersebut. Dean mengantar Kim berkeliling, ia tersadar kalau perempuan itu sama saja, Kim keluar masuk toko yang berbeda tanpa membeli apa pun. Dean menhentak nafas kasar.
'Dia keluar masuk toko berbeda tanpa membeli apa pun, seingatku Kim cepat memilih pakaian, ia tidak terlalu memperhatikan model. Tapi ternyata ia sama saja dengan wanita lain yang pemilih,' gumam Dean. Saat itu juga ia menyesal menyetujui ajakkan Kim untuk menemaninya berbelanja.