webnovel

Cheza

Kehidupan gue benar-benar hancur lebur. Masa depan cerah yang gue harapkan tiba-tiba berubah hitam kelam, tanpa celah. Kehidupan baik yang gue dambakan benar-benar pergi meninggalkan gue sendiri. Mencoba untuk bangkit tapi tidak ada pegangan. Mencoba untuk terus berjalan namun kaki terjerat. Mencoba untuk mengakhiri tapi tuhan tidak mengizinkan. Gue capek harus dijadiin pelampiasan emosi dirumah terus-menerus dan digambang oleh laki-laki yang nggak punya otak. "TUHAN GUE CAPEK , GUE MAU MATIII! " "Emang lo yakin mau mati seperti itu? Loncat dari rooftop rumah sakit?Bunuh diri nggak menyelsaikan masalah" "GUE NGGAK PEDULI" [Cerita ini di ambil dari kehidupan nyata. Dari perempuan yang sangat tangguh dalam menjalani kehidupannya yang tidak henti-henti di hujanni cobaan berat] [Cerita ini adalah juga adalah curahan hatinya selama ini , bentuk keputus asaannya pada kehidupan dan juga pelajaran, nasihat untuk laki-laki yang berperan sebagai kakak ataupun ayah di dalam kehidupannya] -No plagiat- ©Narumik2020

narumik · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
5 Chs

Tiga : Hadiah (Petaka)

Seperti biasa Cheza bangun pagi-pagi sekali . Dia sholat tahajjud terlebih dahulu , kemudian tadarus menunggu waktu sholat subuh . Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka oleh Helsya . Cheza tersenyum cerah pada adiknya yang tiba-tiba manja memeluknya yang masih memakai mukenah. Helsya tiba-tiba menangis di dalam pelukannya . Cheza mengelus-elus punggung dan kepala adiknya . Cheza tahu pasti jika seperti ini , tandanya Helsya sedang rindu mamanya.

"Kak-hiks , aku rindu mama"

Cheza menghapus air matanya yang juga ikut mengalir . Cheza sendiri juga sangat merindukan mamanya . Sangking rindunya Cheza ingin menyusul mamanya ke surga. Tapi dia tahu caranya itu salah dan Cheza masih ada adik yang harus dia jaga.

"Jangan nangis ya , nanti mama sedih liat kamu nangis . Yaudah kita sholat subuh dulu . Udah adzan dan jangan lupa doain mama oke ?"

Helsya mengangguk pelan , kemudian menghapus air matanya . Ia menggelar sajadah di samping sajadah Cheza . Kemudian mereka sholat bersama .

Dilain sisi , Gean yang tidak sengaja melewati kamar Cheza yang terbuka tertegun di depan pintu . Gean mengintip , ada perasan lain didalam hatinya . Pertama karena dia merasa malu terhadap kedua adiknya yang rajin beribadah dan tidak lupa Mendokan mamanya yang sudah tiada. Kedua adalah tawaran kemarin. Gean membuyarkan lamunannya lalu kembali ke kamar untuk  melanjutkan tidurnya.

Cheza kini sudah siap dengan seragam sekolahnya . Ia tersenyum pada pantulan dirinya sendiri yang ada di dalam cermin.

Lo harus bertahan demi diri Lo sendiri dan Helsya .  Ucapnya didalam hati.

Setelah dirasa siap , Cheza menuruni tangga menuju ruang makan . Baru saja menginjakan kaki di tangga paling bawah . Dirinya di tarik paksa oleh papanya menuju ruang keluarga . Helsya dan Gean langsung menuju ruang keluarga karena terdengar suara pecahan .

Tubuh Cheza di dorong kuat oleh Joko hingga membentur guci  hingga pecah dilantai. Joko langsung melepas ikat pinggangnya dan memukulkannya langsung mengenai badan Cheza.

"BERANI-BERANINYA KAMU MEMAKAI UANG SAYA DENGAN BOROS " bentak Joko.

Cheza memejamkan matanya menahan rasa sakit yang ada di badannya. Cheza menatap Joko dan membela diri.

"aku nggak pernah Makai uang papa banyak-banyak pa"

"KAMU JANGAN BOHONG . SAYA BARU SAJA MENGECEKNYA DAN KAMU TELAH MEMAKAI UANG SAYA 100 JUTA SEBULAN INI "

PLAAAK!

Cambukan kedua mengenai pipinya meninggalkan bekas merah dan luka disudut bibirnya.

Helsya yang melihat Cheza seperti itu hanya bisa menangis . Ia Tidak berani melawan papanya saat marah seperti ini. Sedangkan Gean menatap Cheza tanpa ekspresi.

"aku nggak bohong pa , aku nggak pernah make seboros itu . Papa aja nggak ada ngirim aku uang jajan pa" bela Cheza lagi walaupun bibirnya terasa perih untuk dibuka bicara.

"NGGAKK USAH BOHONG!!"

PLAAK!!

PLAAK!!

PLAAK!!

"Pa udah pa , kasian kak Chez" pinta Helsya menangis membujuk Joko.

"Kak Gean tolongin kak Cheza kasian . Kak Gean " teriak Helsya sambil menarik-narik tangan Gean. Tetap sama Gean hanya  termenung dan diam.

Cheza tertunduk , semua badannya terasa sakit  bahkan sangat sakit dan semua itu tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata .  Cheza hanya pasrah dan menelan tangisannya kedalam.

"SEKALI LAGI KAMU MEMBOHONGI SAYA KAMU LIAT SAJA AKIBATNYA"

Cheza mengangkat wajahnya yang sudah di penuhi air mata dan bekas-bekas dari cambukan tadi dengan sisa tenaga yang dia miliki.

"Makasih banyak pa atas kado ulang tahunnya . Semoga papa sehat selalu ya " ujar Cheza mencoba setenang mungkin.

Helsya dan Gean kompak melirik kalender yang tergantung di dinding  . Helsya tambah menangis sejadi-jadinya dan berlari memeluk Cheza . Namun , ditahannya .

"Ca , jangan peluk dulu ya , badan aku masih sakit " ujar Cheza lembut  memaksakan senyumannya pada Helsya

Cheza berusaha bangkit yang di bantu oleh Helsya , memungut tasnya dan kembali ke dalam kamarnya . Biarlah hari ini Alfa dari pada kondisinya di ketahui satu sekolah.

"PAPA JAHAT BANGET SAMA KAK CHEZA . AKU NGGAK PERCAYA KALAU KAK CHEZA YANG NGELAKUIN ITU " teriak Helsya kesal .

"KAK GEAN SAMA AJA SAMA PAPA . AKU NGGAK SUKA KALIAN" teriak Helsya menyusul Cheza.

"HELSYA!"

🌚🌚🌚

Semenjak kejadian tadi pagi.  Cheza hanya mengurung dirinya di kamar , menangis meratapi hidupnya . Seragam sekolah masih melekat di badannya .  Hari sudah menunjukan pukul 4 sore dan Cheza harus ke cafe .

Cheza mengumpulkan energi dan semangatnya untuk bangkit lagi, dia Tidak boleh menyerah. Setelah menukar baju sekolahnya dengan sweater oversize lengan panjang warna biru langit dan celana jins hitam , Cheza memandang wajahnya di cermin.  Bekas merah akibat cambukan tadi pagi sudah tidak terlalu merah lagi . Setelah kejadian tadi Helsya mengompres lukanya dengan batu es.

"Mau kemana Lo?" Tanya Gean yang duduk di ruang keluarga bermain game.

"Kerja" jawab Cheza singkat tanpa menoleh pada Gean.

" Jangan pulang malam Lo , awas aja Lo pulang malam " ancam Gean yang tidak dipedulikannya .

Cheza mengayuh sepeda gunungnya menuju tempat kerjanya. Pikirannya sedikit tenang memperhatikan setiap hal yang dia lalui di jalanan, pikirannya ikut berlalu dengan hal-hal yang tertinggal karena kayuhannya.  Cheza menatap anak-anak yang meminta-minta di lampu merah dengan iba . Ia bersyukur dengan hidupnya berkecukupan dan masih punya keluarga. Ternyata masih ada orang yang hidupnya lebih susah dari dirinya. Jadi , tidak ada alasan Cheza untuk menyerah lagi .

Setibanya di tempat kerja, Cheza tidak sengaja bertemu dengan salah satu teman kakaknya yang Cheza tidak tahu namanya.

"Kamu teh udah liat adik yang punya cafe?" Tanya Utari , teman kerjanya. Cheza menggeleng dan tidak tertarik.

"Itu, namanya kalau nggak salah Kenzo" ujar tari menunjuk seseorang yang Cheza kenal sebagai teman dari Gean.

"Ganteng ya? "

"biasa aja " jawab Cheza cuek.

🌚🌚🌚

Hari sudah menunjukan pukul 8 malam , perkejaan Cheza sudah siap dan di gantikan oleh pelayang berikutnya. Setelah berpamitan dengan Utari dan teman-temannya yang lain Cheza langsung pulang . Namun , saat dia hendak mengambil sepedanya  tangganya di tarik paksa oleh seseorang yang tidak ia kenal sama sekali .  Cheza memberontak , orang itu tidak melepaskan cengkeramannya.

"Woi Lo siapa ? LEPASINNN!!" teriak Cheza .

Orang itu tidak menggubrisnya  , parkiran sepi karena jaraknya Lumayan jauh juga dari pintu masuk cafe.  Cheza di seret-seret menuju mobil yang mirip dengan milik teman Gean.

Perasaan Cheza tidak enak , ia memiliki feeling akan ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi . Cheza takut . Mama tolong chezaa!!! Teriak Cheza dalam hati .

Badan Cheza membentur dasbor mobil membuatnya kembali kesakitan , karena bekas cambukan tadi pagi belum sehat .

"LO SIAPA ?? LO MAU NGAPAIN???? " teriak Cheza pada orang yang tadi menariknya dan kini sudah duduk di bangku pengemudi.

Cowok itu tersenyum licik dan penuh arti membuat bulu kuduk Cheza berdiri. Cheza mencoba membuka pintu mobil tapi sayang sudah dikunci.

Cowok itu menelpon seseorang dan sengaja menghidupkan speakernya . Ia melirik sebentar pada Cheza.

"Gimana Jho?" Tanya seseorang diseberang dan Cheza tidak mungkin lupa itu suara siapa .

"Adek Lo udah sama gue . Thanks ya bro"  ujar cowok asing itu dan langsung memutuskan sambungan telepon.

Cheza terdiam seribu bahasa , seperti ada bongkahan batu tajam-tajam menghantam  dirinya, merobek kulitnya dan menikam dalam hatinya , menimbulkan sakit yang sangat jelas terasa . Cheza bukan gadis bodoh yang tidak mengerti percakapan singkat tadi. Bulir-bulir air mata mengalir dari pelupuk matanya , menangis tanpa suara. Kenapa takdirnya terlalu kejam ?dosa apa yang dia perbuat sampai dibalas tuhan seperti ini ?

Ya tuhan....