Sayaka dan Yukina, baru saja kembali dari kamar mandi setelah mereka berdua membersihkan tubuh mereka yang penuh dengan keringat. Hotel tempat Dimitrie tinggal memang hotel yang cukup mewah, tapi sayangnya di koridor hotel tempat Sayaka dan juga Yukina berjaga, sama sekali tidak tersedia AC. Sehingga mereka berdua menjadi kepanasan dan berkeringat parah setelah beberapa jam berdiri tepat di depan kamar hotelnya Dimitrie, makanya Sayaka dan Yukina memutuskan untuk mandi selama sepuluh menit supaya tubuh mereka kembali bersih.
"Kuharap tidak terjadi sesuatu yang buruk selama kita tidak menjaga vampire narsis itu," Kata Sayaka sambil mengeringkan rambutnya yang basah menggunakan handuk. "Tapi untuk berjaga-jaga akan lebih baik kalau aku memeriksa rekaman keadaan di dalam kamarnya vampire itu, dalam sepuluh menit terakhir menggunakan Shikigami yang kupasang."
"Yah, memeriksa rekaman video yang kau rekam menggunakan Shikigami khusus sih boleh saja, Sayaka-san," Kata Yukina sambil menepuk wajahnya. "Tapi sebaiknya kau pakai dulu seragam sekolahmu itu dengan baik, karena saat ini, dadamu yang besar itu bisa terlihat dengan jelas. Karena kau belum menutup kancing dari seragam sekolahmu itu dengan benar."
Sayaka melihat ke arah seragamnya yang belum terpakai dengan benar, lalu wajahnya mendadak memerah karena ia merasa malu. Dengan cepat Sayaka mengancingkan seragam sekolahnya, memakai sweater ungu yang biasa ia pakai dan memakai dasi kupu-kupu yang menjadi ciri khas dari seragam sekolah miliknya.
'Urrgh bisa-bisanya aku menunjukkan hal yang memalukan di depan Yukina-chan!,' Kata Sayaka yang baru saja selesai memakai seragam sekolahnya dengan benar. 'Reputasiku sebagai senior dengan image 'cool beauty' yang biasa kuperlihatkan kepada Yukina bisa hancur kalau begini!'
Sayaka yang masih merasa malu dengan apa yang baru saja terjadi kepada dirinya. Langsung mengeluarkan Sebuah kertas dengan tulisan sanskrit dari saku roknya lalu menempelkan kertas itu ke dahinya. Untuk melihat apa yang terjadi di dalam kamarnya Dimitrie selama ia dan Yukina sedang mandi. Sayaka mungkin memang sedang berada dalam keadaan yang tidak mengenakkan untuk dirinya, tapi bukan berarti hal yang buruk bisa menghentikan dirinya untuk melakukan tugasnya mengawasi Dimitrie Vatler.
***
Saat ini Christop Gardos dan Cammie sedang berada di sebuah padang berumput kosong yang ada di tengah hutan dekat pantai. Cammie bermaksud untuk mengeluarkan Nalakuvera yang sudah sedikit dimodifikasi dari dalam kantung dimensi miliknya. Cammie memanglah bukan petarung yang hebat, tapi ia memiliki kemampuan khusus untuk menghilangkan benda yang besar menggunakan kain yang ia materialisasikan menggunakan tehnik sihir khusus dan menyimpannya di dalam kantung dimensi yang cukup besar yang ia buat menggunakan sihir dimensi.
Makanya ia dikirim ke pulau awan setahun sebelumnya, untuk menjadi penyusup di pulau itu dengan menyamar menjadi salah satu pegawai terpercaya di pulau awan yang ia bunuh dan ia ambil identitasnya. Dengan kemampuan alami yang ia miliki sebagai theriantrope bunglon, mengubah dirinya menjadi orang lain bukanlah hal yang sulit.
Begitu Nalakuvera berhasil dikeluarkan Christop Gardos melemparkan empat pasak khusus yang langsung menancap ke tanah dan menutupi keberadaan dirinya, Cammie dan juga Nalakuvera di area yang cukup luas.
"Dengan terpasangnya pasak itu ke tanah, maka kekkai yang menutupi keberadaan kita berdua dan juga Nalakuvera akan aktif," Kata Christop yang merasa agak capek karena pemasangan kekkai yang ia lakukan cukup menguras stamina. "Kita tinggal menunggu program pengendalian Nalakuvera dikirim oleh hacker itu, baru kita akan menyerang Hiko Seijuro."
"Menurut Lupus program pengendalian itu akan dikirim beberapa jam lagi," Kata Cammie yang saat ini sudah kembali ke wujud aslinya yang adalah manusia kadal. "Jadi Christop-Sama lebih baik anda memulihkan stamina anda terlebih dahulu baru setelahnya kita bersiap-siap untuk melakukan serangan."
"Yah, tapi setelah kupikir lagi, serangan langsung secara mendadak tidak akan cukup untuk membuat Hiko Seijuro lemah," Kata Christop yang menyadari kelemahan dari rencananya yang terlalu sederhana. "Kita harus menyusun rencana baru agar rencana kita untuk membunuh Hiko Seijuro berhasil seratus persen. Mengingat Hiko Seijuro bukanlah manusia biasa, rencana biasa tidak akan mempan kepada dirinya."
"Hmm, kalau dipikir lagi rencana kita yang sebelumnya sangatlah sederhana dan agak bodoh, tidak mungkin Hiko Seijuro bisa terjebak dengam rencana yang simple semacam itu," Kata Cammie. "Kurasa kita memang harus menyusun rencana baru, Christop-Sama."
***
Tanpa sepengetahuan Christop dan juga Cammie, Mikoto yang baru saja terbangun setelah ia tertidur cukup lama di bawah pohon di tepi hutan dekat pantai. Melihat keberadaan dari Christop dan Cammie dan ia juga melihat Nalakuvera yang mereka berdua keluarkan tepat di saat ia akan berjalan ke arah klinik tempat ayahnya di rawat.
Mikoto tidak tahu, apa fungsi dari mecha berbentuk laba-laba itu. Tapi Mikoto merasakan sesuatu yang tidak enak ketika ia melihat Nalakuvera dengan kedua matanya. Dan ketika Christop dan Cammie mendadak menghilang, perasaan tidak enak langsung muncul di dalam diri Mikoto. Karena ini bukan pertama kalinya bagi Mikoto untuk terlibat dengan kejadian yang berbahaya yang bisa mengancam nyawanya. Kalau kejadian yang berbahayanya terjadi di dalam Kota Akademi, Mikoto yakin kalau ia bisa melakukan sesuatu.
Tapi karena saat ini ia berada di luar Kota Akademi, maka kemampuan elektrokinesis yang ia miliki sangatlah terbatas. Listrik yang bisa ia hasilkan dari tubuhnya paling kuat hanya sebatas listrik statis. Kemampuan para esper di Kota Akademi dibuat secara khusus agar hanya bisa digunakan di dalam Kota Akademi atas aturan yang diajukan oleh perserikatan bangsa-bangsa agar esper yang dibuat oleh Kota Akademi tidak akan menjadi senjata biologis yang tidak bisa dikendalikan.
Yang menjadi pengecualian dari semua aturan itu adalah Esper Level Lima yang kekuatannya di atas sebagian besar Esper di Kota Akademi, sehingga para level Lima bisa sedikit menggunakan kekuatan yang mereka miliki di luar Kota Akademi, meskipun kekuatan yang bisa mereka gunakan di luar Kota Akademi sangatlah terbatas. Di luar para level Lima, ada juga para Gemstone esper alami yang tidak terikat dengan aturan yang ada di Kota Akademi.
Jadi saat ini yang bisa Mikoto lakukan ialah, pergi menjauhi hutan itu, dan kembali ke klinik. Agar ia bisa menyusun rencana lebih lanjut apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Menyelidiki Christop dan juga Cammie, atau membiarkan orang lain untuk mengurus masalah yang ada di depan matanya meskipun rasa keadilan dan rasa ingin tahu yang ada di dalam dirinya saat ini sedang bergejolak.
***
Di villa pribadi milik Hiko di malam hari...
"Sigh, Shiina sampai kapan kau mau keras kepala! Kalau kau terus menerus memiliki akar pahit dan juga dendam kepada Yukiko seperti itu bisa-bisa kelak kau akan menerima karma yang sama buruknya dengan yang dialami oleh Yukiko," Kata Hiko sambil menghela nafasnya. "Maafkanlah ibumu itu, karena walaupun ia sudah mengabaikan dirimu selama puluhan tahun, dia masih menyayangi dan bahkan ia mau meninggalkan semua status dan ketenaran yang ia miliki agar ia bisa memperbaiki hubungannya denganmu."
"Semua sudah terlambat ayah," Kata Shiina dengan aura negatif yang amat besar keluar dari dalam tubuhnya. "Aku lebih memilih mati bunuh diri daripada harus memaafkan, Yukiko Karasuma, perempuan tidak waras yang lebih memilih karirnya daripada anak perempuan dan suaminya sendiri."