webnovel

CHANCE (WMMAP FANFIC)

*HANYA SEBUAH FANFICTION* Seorang gadis bereinkarnasi dalam dunia novel yang ia baca. Namun bukannya senang, ia malah sedih karena bereinkarnasi menjadi seorang tokoh yang akan mati di usia delapan belas tahun. Menurut novel tersebut, dia akan dibunuh oleh ayahnya sendiri dalam dunia tersebut dengan cara digantung. Dengan kesungguhan hati yang kuat, dia mencoba mengubah takdirnya seorang diri. Namun, bantuan datang seiring berjalannya waktu dari orang-orang terdekat. Hingga suatu hari, bantuan juga datang dari Sang Ayah yang ditakdirkan membunuhnya. Bisakah gadis itu merubah takdirnya bersama orang-orang yang dia sayangi? Ataukah takdir berkehendak lain dan menginginkannya mengikuti alur ceritanya? Ikuti kisah gadis tersebut di fanfiction ini. *Fanfiction novel dan webtoon Who Made Me a Princess* Disclaimer: Plutus - novel WMMAP Spoon - webtoon WMMAP

lol_hoshi · Derivados de obras
Sin suficientes valoraciones
28 Chs

Mama

Malam harinya

"Felix."

"Iya, Yang Mulia?"

"Ikut aku."

Felix mengangguk. Aku berjalan meninggalkan ruang belajar ku. Keluar dari Istana Garnet, aku terdiam. Felix berhenti tepat sebelum dia menabrak ku.

"Apa aku mengganggu?"

"Maksud Yang Mulia?"

"Athanasia."

Felix terdiam. Dia mencerna kata-kata ku. Memangnya susah dipahami? Kalau dia pintar, seharusnya sudah paham. Felix ber-oh ria sesaat kemudian.

"Tentu saja tidak, Yang Mulia."

Aku lanjut berjalan, menyusuri halaman menuju Istana Emerald. Seharusnya seorang bocah sudah tidur di waktu begini, kan? Aku berhenti lagi di depan Istana Emerald, Felix hampir menabrak ku lagi. Dia ini kenapa ikut-ikutan melamun?

"Ada apa Yang Mulia?"

"Aku tidak ingin memancing keributan."

Felix menaikkan sebelah alisnya menatap ku. Dia berjalan di depan ku, masuk dan menutup pintu. Dia meninggalkan ku di depan pintu. Aku menunggu dalam diam. Beberapa saat kemudian pintu kembali terbuka dan Felix tersenyum.

"Hentikan senyum bodoh mu itu."

Felix diam dan membiarkan ku masuk. Para pelayan menunduk hormat, tidak ada Lilian York, pengasuh Athanasia dan kepala pelayan Istana Emerald. Aku melirik Felix. Dia apakan pacarnya itu?

Aku melambaikan tangan pada para pelayan itu, menyuruh mereka pergi. Tanpa perlu disuruh dua kali, mereka berhamburan pergi. Aku melirik Felix lagi, dia masih berdiri di belakang ku.

"Temui pacar mu sana!"

Aku berkata datar. Felix menunduk kemudian pergi. Aku belum sempat melihat wajahnya, tapi telinganya merah. Bisa-bisanya dia pacaran dengan pengasuh putri ku.

Aku lanjut berjalan menuju kamar bocah itu. Lampunya sudah mati, dia sudah tidur. Baguslah. Bocah kalau sudah malam memang harus tidur.

Aku membuka pintu kamarnya perlahan-lahan. Dengan segera aku mengambil kursi dan duduk di sebelah kasurnya. Aku menatap wajahnya yang tertidur. Mau dilihat berapa kali pun, aku tetap membencinya.

Rasa benci ku padanya tertanam sejak dia belum lahir. Sejak dia ada dalam kandungan Diana, aku sudah membencinya. Tapi semua rasa benci ku sirna perlahan-lahan, senyumnya mengubur rasa benci itu dalam-dalam.

Sifatnya sama seperti mu, Diana. Dia lebih hiperaktif, selalu melompat ke sana-sini seperti kelinci. Dia jenius, mengalahkan diri ku. Dia terlihat lebih dewasa dari usianya. Dia mirip dengan mu, tapi juga berbeda dari mu.

Aku menempelkan jari telunjuk ku ke dahinya. Dia bilang ingin melihat Diana, bukan? Maka ku perlihatkan Diana pada nya. Dari sudut pandang ku melihat Diana. Aku memberikan tontonan gratis dari memori ku.

Dia tersenyum cerah setelah aku melepaskan jari ku. Apa sebegitu senangnya kau melihat Diana? Aku mengalihkan pandangan ku, menatap bulan dari jendela. Ah, aku teringat Diana lagi.

Claude POV end

***

Aku terdiam dan menatap sekeliling. Ini di mana? Bukannya ini halaman Istana Garnet? Kenapa aku ada di sini? Bukannya aku tadi tidur?

Saat sedang berpikir, aku sadar bahwa aku tidak sedang berada di tubuh ku sendiri. Aku mengerutkan dahi. Ini mimpi, ya? Kenapa aku mimpi sedang berdiri di halaman Istana Garnet? Atau ini memori seseorang? Ini bukan salah satu adegan novel <Lovely Princess> kan?

Tubuh yang ku tumpangi tiba-tiba bergerak menuju ke sebuah tempat. Di sana ada seorang wanita dalam pakaian tari. Terdengar suara senandung dari wanita itu.

"La...la...la...la...la~"

Merdu sekali. Angin berhembus, menerbangkan rambut pirang platinum milik wanita tersebut. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menepuk pundak wanita tersebut. Ternyata itu tangan tubuh yang ku tumpangi.

Wanita itu menoleh. Mata merah muda yang cantik menatap ku. Wah, kakak peri! Cantik sekali! Rambut pirang platinum yang panjang bergelombang, mata merah muda yang cantik, kulit yang bersih, dan tubuhnya yang ramping. Kakak ini benar-benar seorang peri!

Aku terkagum-kagum menatap wajah kakak peri itu. Tiba-tiba ucapannya mengusik ku.

"Yang Mulia, angin di sini sangat sejuk."

Yang Mulai? Maksudnya papa? Aku berpikir sangat keras. Tiba-tiba kakak peri berlari menuju ke bawah pohon sambil sedikit berteriak.

"Ayo kemari, Yang Mulia!"

Tidak ada yang aneh sampai aku mendengar nama yang disebut oleh 'Yang Mulia'

"Jangan berlari, Diana!"

***

Aku bangun karena sinar matahari yang silau. Aku segera duduk dan menatap sekeliling. Lily berdiri di depan lemari pakaian, memilih gaun untuk ku hari ini. Ah, mumpung ada Lily!

"Lily?"

"Iya, Tuan Putri?"

"Mama itu orangnya seperti apa?"

Lily berhenti dari kegiatannya dan memandang ku. Ada tatapan sedih di wajahnya. Lho, kenapa sih? Aku kan cuma bertanya bagaimana rupa wajah mama. Aku ingin memastikan sesuatu.

Lily mendekati ku dan duduk di pinggir kasur, "apa Tuan Putri merindukan Nona Diana?"

"Athy memang rindu pada mama. Tapi Athy punya papa sekarang, Athy tidak sedih lagi!"

Aku menjawab dengan jawaban khas anak kecil. Rasanya aku ingin mengubur diri ku dalam sebuah lubang! Ini memalukan!

"Tuan Putri. Tolong jangan bersedih. Nona Diana akan sedih nanti kalau melihat Tuan Putri sedih."

"Athy tidak sedih. Athy hanya penasaran dengan rupa mama."

Lily tampak terkejut. Sepertinya dia sudah paham maksud perkataan ku. Baguslah kalau begitu.

"Tuan Putri. Anda tidak perlu menyembunyikannya. Saya tahu Tuan Putri pasti merindukan Nona Diana. Tuan Putri pasti sedih karena tidak bisa bertemu Nona Diana."

AAAA! Lily tidak paham! Ayolah Lily! Aku hanya mau bertanya bagaimana rupa mama ku! Bagaimana rupa wanita cantik yang menjadi mama ku ini!

"Lily! Athy cuma bertanya! Kenapa Lily tidak mau menjawab, sih? Athy ingin memastikan sesuatu!"

"Eh?" Lily terdiam, "Nona Diana itu memiliki rambut pirang platinum yang bergelombang, matanya berwarna merah muda, dan kulitnya putih bersih."

Akhirnya kau paham juga, Lily! Aku mengangguk-angguk kemudian terdiam. Bukannya deskripsinya mirip dengan yang ada di mimpi ku? Kalau begitu yang di mimpi itu memang mama!

Aku memekik girang dan melompat-lompat di atas kasur. Sifat heboh ku keluar tanpa aba-aba. Lily yang kaget langsung menangkap ku. Dia mendudukkan ku di kasur.

"Lily! Athy tadi bertemu mama di mimpi! Athy lihat mama sedang bersenandung di halaman istana papa! Itu pasti mama, kan? Deskripsinya seperti yang Lily bilang tadi! Athy melihat mama di dalam mimpi!"

Aku berbicara tanpa henti sampai napas ku habis. Lily memandang ku dengan wajah khawatir. Maaf ya Lily, aku terlalu senang karena tahu mama ku seperti seorang peri. Terlebih lagi, aku melihatnya dengan jelas di mimpi itu!

Aku memekik girang sambil memeluk Lily. Lily masih terdiam kemudian tertawa melihat aksi ku. Tidak hanya papa nya saja yang tampan, mama nya juga sangat cantik. Aku tidak heran kalau aku bisa seimut ini.

***