Kedua insan muda tengah berjalan bersama.
"Wah. Aku ngefens sama Mas Rafli. Ingin belajar banyak."
"Mau dengar?" tanya Ana menatap langit sejenak lalu melihat ponselnya jarena bergetar.
"Apa?" Khafi menatapnya.
"Tidak jadi. Ini urusan wanita." Ana berjalan cepat.
"Dasar!"
"Bentar ya. Aku mau baca chat Mas Rafli. Jangan kepo. Ini urusan wanita." Ana duduk dan membaca. Diam-diam Khafi memandanginya.
"Kitab fiqh yang perlu kita pelajari." Ana selesai membaca.
"Tuh kan ... kamu terus memandangiku."
"Huft ..." Khafi malah bersandar dan menghela nafas terlihat kalau dia sedang ada masalah.
"Malah. Sedih kenapa?" tanya Ana.
"Jadi kemarin aku chat-an teleponan sama saudaraku yang ada di Surabaya dan aku merasa kalau aku ini mengkufuri nikmat. aku sering tidak terima dengan kenyataan dan aku tidak bersyukur atas pemberian Allah untukku. Kakak sepupuku mirip sama Mas Rafli. Nih baca." Khafi memberikan ponselnya.
Ana membaca chat di kontak atas nama Aqsa.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com