Mia melangkah gontai menuju pintu apartemennya. Ada perasaan enggan untuk masuk ke sana. Gadis itu takut jika pria yang tidak pernah meninggalkan benaknya, tiba-tiba menyambut dengan tangan terentang lebar. Ia khawatir tidak mampu menahan diri untuk menolak dekapan.
“Ah, kenapa aku jadi pengecut seperti ini?” gumamnya dengan suara tipis yang menggetarkan.
Sedetik kemudian, Mia tertunduk menatap ponsel dalam genggaman. Dua pesan masuk sedang menunggu untuk dibaca. Dengan susah payah, ia menelan ludah. Ibu jarinya gemetar di antara nama-nama yang berdampingan di layar.
“Haruskah aku mengabaikan pesan Tuan?” pikir sang sekretaris sembari menarik napas panjang. Setelah mengembuskannya dengan cepat, jari gadis itu mendarat pada nama Katniss.
“Terima kasih banyak, Nona Sanders. Saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Mohon doakan saya agar bisa meluluhkan hati Julian Evans dalam tiga pertemuan.”
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com