Cerita ini dimulai dari kediaman sebuah keluarga yang bernama Edentulus. Dimana terdapat seorang pria remaja berambut silver dan berumur 21 tahun yang bernama Peter, yang merupakan anak bungsu dikeluarga tersebut, dan sekarang sudah duduk di bangku kuliah dan tengah menjalani liburan semesteran di rumahnya.
Hari pada saat itu menunjukkan pukul 9 pagi. Sinar matahari pun memasuki sela-sela gorden kamar Peter, dan membuatnya terbangun dari tidurnya. Remaja tersebut kemudian bangun, lalu duduk di sisi kanan kasurnya, seraya terdiam sejenak. Sebelum pada akhirnya, ia beranjak dari kasurnya dan berjalan keluar dari kamarnya.
"Selamat pagi, bu~." Ucap Peter seraya menuruni tangga.
"Pagi juga, sayang~." Balas Ibunya yang sedang memotong kacang panjang dan juga beberapa sayuran.
Peter kemudian menarik salah satu kursi meja makan, lalu duduk di kursi tersebut, seraya melihat-lihat makanan yang berada di atas meja. "Nggg… Mba Rachel belum bangun, bu?"
"Belum, adek makan aja duluan. Katanya nanti adek mau pergi ke mall kan, bareng Adi?" tanya ibunya kembali.
"Iya bu." Balas Peter yang kemudian mengambil dan memakan sarapannya tersebut.
Singkat cerita, Peter mempersiapkan apa-apa saja yang perlu ia bawa, seperti smartphonenya, tas kecil, dompet, charger-an, dll.
Lalu, tidak lama setelah itu… terdengar suara motor yang datang dari kejauhan dan berhenti tepat di depan rumah Peter. "Permisi~! Peter~!" Ucap Adi yang suaranya berasal dari luar rumah Peter.
"Ya~! Tunggu sebentar!" Ucap Peter dari dalam rumah. Ia kemudian membuka pintu kamarnya dan berjalan menuruni tangga kembali, lalu menghampiri ibunya yang sedang memasak di dapur. "Ya udah, bu. Adek…berangkat dulu, ya." Ucapnya yang kemudian ia memberi salam kepada ibunya.
"Iya, hati-hati di jalan ya, nak~." Ucap Ibunya seraya tersenyum. Peter pun merespon ibunya dengan senyuman, lalu ia kemudian membuka pintu dapur dan berjalan keluar.
Di luar… Terlihat Adi yang sedang menunggu Peter dimotornya, seraya memainkan smartphonenya.
"Oi~!" ucap Peter yang melambaikan tangannya.
"Eh! Siapa lu~?" canda Adi seraya memasukkan smartphonenya ke kantong celananya.
"Bazeng~, wkwkwkwkwkwk." Ucap Peter yang berjalan menghampiri Adi, seraya memakai helmnya. Adi pun kemudian menyalakan motornya kembali. "Eh, ngomong-ngomong, ini kita ke Indopolis Mall, kan ya?" tanya Peter kembali, seraya menaiki jok motor Adi yang bagian belakang.
"Iya~. Gimana…? Udah…?" Tanya Adi yang agak menengok ke arah Peter.
"Yup." Mendengar jawaban Peter, Adi kemudian menjalankan motornya tersebut, lalu mereka berdua pergi menuju Indopolis Mall.
.
Sementara itu, di dalam rumah Peter kembali. Terlihat Rachel yang baru saja bangun tidurnya, sedang menuruni tangga.
"Selamat pagi, bu~." Ucap Rachel seraya menguap.
"Pagi~… Ih, najong deh~. Jam segini baru bangun. Lihat tuh adekmu yang udah bangun dari tadi." Omel ibunya dengan nada bercanda.
"Halah. Itu mah gara gara dia pengen pergi aja, makanya bangun cepet." Ucap Rachel seraya duduk di salah satu kursi meja makan, lalu memainkan smartphonenya.
"Ya udah sana, itu ada banyak makanan di atas meja. Kakak tinggal pilih aja mau yang mana." Ucap ibunya kembali.
"Baik~." Ucap Rachel yang tatapannya tidak lepas dari smartphonenya.
Akan tetapi, tiba-tiba saja pandangannya tertuju ke sesuatu, begitu melihat apa yang berada di depan layar smartphonenya.
"Bu~." Panggil Rachel.
"Ya~? Ada apa, sayang?" tanya ibunya.
"Lihat ini deh~." Rachel kemudian memperlihatkan smartphonenya ke depan.
Sang ibu kemudian mematikan kompornya, lalu berbalik dan berjalan ke arah Rachel, dan begitu ia melihat apa yang ditunjukkan oleh Rachel….
"Astaga~." Ucap ibunya terkejut, seraya menutup mulutnya
.
Sementara itu, di Indopolis Mall. Peter dan Adi pada akhirnya sampai di mall tersebut, dan sedang mencari parkiran kosong untuk memarkirkan motor Adi. Begitu mereka menemukan tempat yang kosong… Adi menyuruh Peter untuk turun, lalu ia kemudian memarkirkan motornya tersebut.
Selagi menunggu, Peter lalu mengeluarkan dan membuka smartphonenya. Akan tetapi, pandangannya langsung tertuju ke suatu pesan notifikasi yang masuk dari media sosial HowsApp-nya, yang berasal dari kakak perempuannya, dimana bertuliskan….,
"Hati-hati disana ya, pete~."
…Di sertai dengan sebuah pesan video. '…?!... Hati-hati…?" batin Peter yang penasaran dengan video tersebut. Baru saja ia ingin membuka isi pesan tersebut, akan tetapi pandangannya langsung teralihkan begitu ia mendengar suara mesin motor Adi yang mati, lalu diikuti oleh Adi yang menuruni motornya, serta melepas dan meletakkan helmnya. Peter pun melakukan hal yang sama, dan kemudian menyerahkan helmnya ke Adi.
"Yuk." Ucap Adi yang kemudian diberi anggukan oleh Peter. Mereka berdua kemudian berjalan keluar dari parkiran tersebut dan menuju pintu masuk mall.
Sesampainya di lobi depan pintu masuk mall…. Mereka dikejutkan oleh suasana lobi yang begitu ramai. Orang-orang terlihat bergerombol di beberapa tempat, membicarakan sesuatu, dan juga terdapat beberapa bercak berwarna merah di tengah-tengah lobi tersebut.
Bingung dengan apa yang terjadi, Peter kemudian teringat dengan pesan yang diberikan kakaknya barusan. '…Apa jangan-jangan…?' Batin Peter yang langsung membuka smartphone-nya kembali, lalu memutar video yang dibagikan oleh kakaknya tersebut.
Secara mengejutkan, video tersebut ternyata merupakan video penyerangan seekor anjing yang menyerang seorang remaja dan juga satpam, dimana tempat penyerangan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah lobi mall dekat tempat Peter dan Adi berdiri sekarang.
"Di!" Panggil Peter seraya menyenggol lengannya.
"Hm?" Balas Adi.
"Kamu liat ini deh. Mungkin… kamu bakalan tau alasannya, kenapa lobi mall bisa sampe seramai ini." Ucap Peter seraya memperlihatkan video tersebut ke Adi. Adi yang menonton video tersebut, hanya bisa terdiam, tidak bisa berkata apa-apa.
Begitu video tersebut habis, Adi kemudian membuka mulutnya kembali. "Yah~…, untung aja kita gak ketemu ama anjing itu~."
"Iya, ya~… kalau ketemu…. Bisa bisa malah kita yang menjadi korban selanjutnya~." Ucap Peter seraya memasang wajah priceless.
"Makanya…. sering seringlah jalan sama saya. Supaya bisa hoki terus kayak gini." Ucap Adi bangga.
"Iya, iya~…., terima kasih banyak deh, tuan hoki~." Ucap Peter dengan nada menyindir.
BUK!!!
Tiba-tiba saja, seorang gadis menabrak Peter dari belakang dan membuatnya terjatuh ke depan.
BRUK!!!
"Aduh!" ucap Peter yang terjatuh bersamaan dengan gadis tersebut.
Mereka berdua sempat terdiam beberapa menit, sebelum pada akhirnya, Peter bangun dan membalikkan badannya. "Adu-du-duh~. Hati-hati dong kalo lagi ja–" ucapnya yang terputus, begitu ia melihat… gadis berambut hijau limau panjang serta diikat dua tersebut, yang mana memiliki mata yang unik, serta telinganya yang lancip dan juga memiliki sebuah ekor. Gadis tersebut pun dengan cepat langsung berdiri dan memberi jarak diantara mereka berdua begitu saja, seraya memasang wajah ketakutan.
Terlihat juga, gadis tersebut memiliki tinggi badan yang pendek, dan juga memakai daster pendek berwarna putih dan tidak memakai alas kaki sama sekali. Melihat keanehan yang dimiliki oleh gadis tersebut, Peter hanya bisa terdiam mematung, dan tidak bisa berkata apa-apa.
"BERHENTI!!!" Teriak seseorang dari kejauhan, yang memecah keheningan.
"Hii!!" ucap gadis tersebut yang berbalik ke arah suara tersebut, dengan memasang ekpresi yang penuh dengan ketakutan yang luar biasa. Ia lalu langsung berlari masuk ke dalam mall, dan menghilang ke dalam kerumunan.
Peter dan Adi yang melihat ke arah gadis tersebut pergi hanya bisa terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Sampai pada akhirnya, dari kejauhan, terlihat dua orang pria dewasa berjas hitam dan juga memakai kacamata hitam, yang sempat berhenti berlari dan mencari-cari sesuatu di area sekitaran luar mall. Begitu mereka melihat Peter dan Adi yang berada di lobi depan pintu masuk mall, mereka kemudian langsung berlari menghampirinya.
"Permisi, apa kalian melihat gadis ini?" tanya salah satu pria berjas tersebut, seraya menunjukkan foto gadis yang tadi.
Merasa ada yang tidak beres, Peter kemudian langsung menjawabnya, "Ya, aku sempat melihatnya. Ia juga tadi sempat menabrakku, dan aku rasa… ia tadi pergi ke arah sana." Ucap Peter seraya menunjuk ke arah yang berlawanan dari kedua pria berjas tersebut datang.
Puas dengan jawaban Peter, kedua pria berjas tersebut kemudian mengangguk. "Terima kasih banyak ya, dek." Ucap salah satu pria berjas tersebut, yang kemudian ia memberi isyarat kepada rekannya untuk mengikuti jalan yang ditunjukkan Peter tadi. Lalu mereka berdua pergi ke arah yang ditunjuk tersebut.
Suasana kemudian hening kembali. Peter yang masih duduk di tanah pun hanya bisa terdiam, sampai…. Adi kemudian mengulurkan tangannya ke arahnya.
"Gimana? Hoki kan?" tanya Adi.
"Hoki palamu…!?" omel Peter. "…Udah tadi apes ditabrak ama cewe ampe jatuh…! Terus ditanyain lagi ama bapak-bapak berjas, yang tampangnya udah kayak agen mata-mata CIA…!"
"Yah… tapi setidaknya nemu cewe atu, kan? *Loli lagi." Ucap Adi seraya mengacungkan jempolnya. (*Loli: Gadis muda atau Gadis yang terlihat muda.)
"Berisik! Mati aja sana dasar gak berguna!" Ucap Peter dingin.
"Tapi… tumbenan kamu bisa berbohong seperti itu." Ucap Adi seraya menangkap tangan Peter dan membantunya berdiri. "…Biasanya juga… kamu kalo ngomong selalu ceplas ceplos aja, dan berbicara apa adanya. Ada apa nih gerangan…? Apa jangan-jangan~….," goda Adi yang mendekatkan wajahnya dan memasang wajah menggoda.
Akan tetapi, Peter hanya bisa terdiam sejenak, sebelum pada akhirnya, ia menjawab pertanyaan Adi tersebut. "…Entahlah, aku sendiri juga bingung. Tapi, setelah aku melihat wajah yang dibuat gadis tadi…," Peter kemudian berflashback, mengingat wajah yang dibuat gadis tersebut ketika mendengar teriakan dari salah satu pria dewasa berjas hitam tadi.
"…Aku berpikir…, ada yang tidak beres dengannya, maupun dengan pria berjas hitam tersebut. Maka dari itu, aku rasa… aku harus menolongnya pada saat itu juga, bagaimanapun caranya." Ucap Peter seraya melihat ke arah langit-langit.
Adi lalu menepuk pundak temannya tersebut beberapa kali. "Bagus. Bagus. Apa yang kamu lakukan itu udah bener kok. Jika aku yang berada diposisimu tadi…. mungkin aku juga akan melakukan hal yang sama sepertimu."
"Hmph. Terima kasih banyak, deh~." Ucap Peter yang tersenyum tipis.
"Cuman, hati-hati aja kalo nanti malem ada tukang bakso nangkring di depan rumahmu, wkwkwkwkwkwk." Canda Adi kembali.
"Sialan~, wkwkwkwkwkwk." Tawa Peter.
"Yuk, masuk." Ucap Adi yang mana diberi anggukan oleh Peter.
Mereka berdua kemudian masuk ke dalam mall tersebut, dan tanpa sadar gadis berambut hijau limau tersebut pun muncul kembali, dan melihat ke arah Peter dan Adi.
.
Sementara itu, di toilet mall lantai 2. Terlihat, Ray, remaja yang terkena gigitan anjing yang tadi…. Tengah mencuci lukanya dengan air dan juga sabun. Akan tetapi, semakin lama ia mencuci lukanya tersebut, semakin parah juga rasa sakit yang dirasakan oleh remaja tersebut. Hal itu pun membuatnya mengerang kesakitan.
Karena rasa sakit yang semakin lama semakin tidak tertahankan, remaja tersebut kemudian langsung terjatuh pingsan di tempat, dalam posisi duduk. Hal ini membuat orang-orang yang di dalam sana kaget dan langsung berlari menghampirinya. "Mas, mas! Bangun mas! Mas!" ucap salah satu remaja yang mencoba membangunkan remaja tersebut, dengan menampar-nampar pipinya pelan, dan juga mengguncangkan tubuhnya beberapa kali. Akan tetapi, tidak ada respon sama sekali dari Ray. "Pak, pak, pak! Tolong minta bantuan dari orang-orang di luar, pak!" Bapak-bapak yang ada di sana kemudian meresponnya dengan mengangguk, lalu kemudian ia berlari menuju pintu keluar.
Remaja tersebut mencoba membangunkan Ray kembali, dan tidak lama setelah itu…. Ray mulai mengeluarkan suara kembali, dengan mengerang pelan. "Mas? Mas? Apa mas gak papa?" Akan tetapi, tidak ada respon sama sekali dari Ray, dan apa yang dilakukan Ray hanyalah meneteskan air liurnya saja. Remaja tersebut juga terus memangil Ray dan mengguncang-guncangkannya, sampai….
"KaH!!!"
Pekik Ray dengan nada melengking, serta raut wajah yang mengerikan dan bola mata yang berwarna putih semua.
.
Kembali ke tempat Peter dan Adi berada. Terlihat, mereka sedang berjalan menuju eskalator untuk menuju lantai 2.
"Jam berapa tadi filmnya mulai?" Tanya Adi.
"30 menit-an lagi sih." Ucap Peter seraya melihat ke layar smartphonenya. Sampai….
GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!
Teriak orang-orang yang berlarian panik kesana kemari di lantai 2, dan beberapa diantaranya ada yang berdesak-desakkan menuruni eskalator ke lantai 1. Terlihat juga beberapa orang diantaranya, ada yang mengejar orang-orang yang berlarian tersebut dengan luka dibeberapa bagian, dan juga suaranya yang memekik.
Orang-orang yang sedang menaiki eskalator ke lantai 2, hanya bisa melihat orang-orang di lantai 2 dengan kebingungan, sampai…. Tiba-tiba saja, mereka langsung diterjang dari depan dan digigit oleh orang-orang terluka tersebut.
Teriakan demi teriakan pun terdengar. Orang-orang yang terluka tersebut satu persatu menyerang dan mengigit orang-orang yang berada di sana. Terlihat juga, salah satu pria dewasa yang berada di sana, sedang berlari dan mencoba menghindari serangan dari orang-orang yang terluka tersebut, sampai… ia juga diterjang dan didorong oleh salah satu orang yang terluka tersebut melewati railing pembatas lantai 2, dan membuat mereka berdua terjatuh ke lantai 1.
Orang-orang yang berada di lantai 1 sontak langsung berteriak melihat itu semua. Akan tetapi, orang yang terluka yang tadi terjatuh bersamaan dengan pria tersebut, baik baik saja, dan ia terus mengigit pria yang sedang pingsan tersebut.
Peter dan Adi yang melihat itu semua hanya bisa terdiam syok, karena mereka tahu persis bahwa makhluk apa itu sebenarnya. Makhluk fiktif yang penuh dengan luka, dan akan terus menyerang dan mengigit orang-orang yang ia lihat, lalu menjadikannya kelompoknya, dan makhluk itu adalah….
"KaH!!!"
Zombi….
"Pete, lari…!" ucap Adi yang mencoba mengajak Peter untuk berlari. Akan tetapi, Peter yang masih syok, hanya bisa terdiam mematung. Sebelum pada akhirnya, zombi tersebut memekik kembali dan langsung mulai berlari ke arah Peter dan Adi. "Pete, lari!!! Ayo cepat kita lari dari sini!!!" Adi dan Peter pun langsung berlari, dan membuat orang-orang yang berada di lantai 1 langsung berteriak dan berlarian panik, berhamburan kemana-mana.
Zombi-zombi yang berada di lantai 2 pun mulai turun ke lantai 1 secara berbondong-bondong dan langsung mengejar orang-orang yang berada di sana. Beberapa diantaranya ada juga yang langsung melompat begitu saja dari lantai 2, dan langsung menyerang orang-orang yang berada di bawahnya. Peter juga sempat terkejut karena sempat berhadapan dengan beberapa zombi yang jatuh tepat didekatnya. Ia juga sempat melihat orang yang sehabis terkena gigitan zombi tersebut, dalam sekejap orang tersebut langsung menggeliat-geliat dengan hebohnya, sebelum pada akhirnya, kedua bola matanya menjadi putih dan mengeluarkan pekikkan yang sama seperti para zombi tersebut.
Pekikkan dari para zombi-zombi, dan juga teriakan histeris dari orang-orang yang tergigit maupun yang mencoba menyelamatkan dirinya…. Mengisi suasana mall tersebut. Zombi-zombi tersebut dengan ganasnya menyerang orang-orang dengan membabi buta, baik itu pria, wanita, orang tua, dewasa, remaja, maupun anak-anak sekalipun. Semuanya menjadi korban penyerangan dari keganasan para zombi-zombi tersebut. Teror yang dibawakan oleh zombi-zombi tersebut membuat siapa saja yang berada di sana, menyerah pada nasib yang dialaminya.
Peter, Adi, dan juga orang-orang yang masih selamat, terus berlari, berlari, dan berlari dari kejaran para zombi-zombi tersebut. Sampai pada akhirnya, mereka melihat pintu keluar di depan mereka. Lalu, satu persatu mereka keluar melewati pintu tersebut. Akan tetapi, sesampainya di luar….. mereka langsung disambut oleh zombi-zombi yang langsung berlari dan menerjang mereka semua. Sontak, orang-orang yang berada di belakangnya langsung panik dan memutar arahnya, dan mencoba memaksakan dirinya untuk menerobos para kerumunan. Sebelum pada akhirnya, mereka juga ikut tergigit.
Peter dan Adi yang sudah terpojok hanya bisa terdiam seraya melihat ke arah sekelilingnya. Dimana dari arah kanan, kiri, depan, belakang, atas mereka….. semuanya sudah dipenuhi oleh para zombi. Merasa tidak ada harapan lagi, Peter yang ketakutan pun hanya bisa terdiam mematung kembali, syok. Sampai tiba-tiba saja…..
GRAAAAAAAAAAH!!!
KRAUK!!!
Dari arah kafe sebelah kiri Peter, muncul zombi yang langsung mendorong dan menerjangnya sampai terjatuh, serta mengigit tangan kanannya. "GWAAAAAAAAAAAH!!!" Teriak Peter kesakitan. Peter mencoba melepaskan gigitan zombi tersebut, akan tetapi zombi tersebut tidak melepaskannya begitu saja. Dengan tatapan yang penuh dengan horor, Peter seketika itu juga menjadi lemas dan kehilangan tenaga, mengetahui nasib selanjutnya seperti apa. Sampai….
BUAK!!!!!
Adi tiba-tiba saja menendang kepala zombi tersebut dan membuatnya terpental beberapa meter. "GAH!!!" Teriak Peter kesakitan kembali, yang mana dagingnya langsung robek akibat hempasan yang dilakukan Adi.
"Pete! Kamu–" ucap Adi terputus yang tiba tiba saja tangannya ditampar keluar oleh Peter.
"Pergi~." Ucap Peter seraya mengambil posisi duduk.
"Pete…?"
"Pergi! Kau tau sendirikan bagaimana nasib seseorang jika sampai tergigit oleh zombi!? Aku sudah tidak bisa diselamatkan lagi! Jadi, pergilah tanpa aku, Adi!"
Adi yang mendengar itu hanya terdiam. Sampai, Peter tiba-tiba saja tersungkur di tanah, dan mulai menggeliat-liat seraya berteriak kesakitan. "Pete…!"
"PERGI!!! AKU SUDAH TIDAK BISA MENGENDALIKAN DIRIKU LAGI!!! CEPAT PERGI SEBELUM AKU BENAR BENAR KEHILANGAN KESADARANKU!!!" Teriak Peter yang suaranya mulai berubah seperti zombi-zombi tersebut.
Adi perlahan berjalan mundur, meninggalkan temannya yang menggeliat-liat kesakitan, sebelum pada akhirnya, ia pergi dan dikejar oleh para zombi yang melihatnya.
'Sakit…. Sakit…. Sakit….! Panas…. Panas… Panas sekali….! Tubuhku rasanya seperti terbakar….!' Batin Peter yang mencoba menahan rasa sakit. '…Tch! Sialan…! Apa sampai disini perjuanganku…!? Padahal… masih ada sesuatu yang aku ingin capai untuk saat ini… setidaknya… tolong…. Biarkan aku mencapai tujuanku itu sebelum aku benar benar mati dan meninggalkan dunia ini…!' Dalam keadaan memaksakan kesadarannya, Peter kemudian mengambil posisi tengkurap dan merentangkan tangan kanannya ke atas. '…Se-seseorang….! To-tolong~…! Tolong aku~….!'
Merasa sudah mencapai batasnya, Peter pada akhirnya menurunkan tangannya, dan tiba-tiba saja….. seseorang menangkap tangannya sebelum terjatuh ke tanah.
Dalam pandangan yang kabur dan setengah sadar, Peter melihat sosok yang menangkap tangannya tersebut. Samar-samar, sosok tersebut terlihat memegang tangan Peter dengan kedua tangannya, lalu mengangkatnya ke depan dadanya. Sebelum pada akhirnya, pandangan Peter menjadi gelap gulita.