webnovel

Survive

Sesampainya di klinik aku disambut dengan hangat oleh dokter di sana yang kira-kira usianya tak jauh berbeda dari usiaku. Imam namanya, ketika berada di sana dokter Imam menayakan nama kucing kecil yang pada saat itu aku bawa, aku sendiri pun bingung karena belum terpikirkan sebelumnya oleh ku. Setelah beberapa saat berpikir terlintaslah dipikiranku sebuah nama" namanya Rubi, dok".

"Rubi.., nama yang bagus ya.., usianya berapa bulan?" ucapnya sembari membelai kepala Rubi yang tertunduk lesu.

"waduh, saya kurang tahu dok, karena baru hari ini saya temukan anak kucing ini tak jauh dari tempat saya tinggal"

Setelah percakapan yang cukup singkat itu kemudian dokter Imam langsung melakukan pemeriksaan dan juga sempat menanyaiku beberapa hal terkait kondisi Rubi sebelumnya. Setelah Rubi di periksa kemudian dokter imam mengatakan bahwa Rubi mengalami Dehidrasi berat dan juga Positif terkena virus. Virus ini adalah virus mematikan dan sangat berbahaya bagi para kucing. Nama virus itu adalah Panleukopenia, yang dimana anak kucing hanya memiliki harapan hidup sekitar 20% saja. Setelah mendengar penjelasan dokter imam tersebut sontak aku terkaget, aku memandangi Rubi untuk sesaat, dan memikirkan betapa malangnya anak kucing ini yang ternyata ada virus mematikan seperti itu di tubuhnya.

"dok, apa virus ini bisa menular ke manusia? karena saat ini saya tinggalnya di apartemen."

"tidak perlu khawatir, virus ini tidak menular ke manusia melainkan ke sesama kucing."

"ha..syukurlah"

"Tapi Nara ada yang harus kamu tahu, virus ini hanya menyerang daya tahan Rubi dan sampai saat ini belum ada obatnya" ujar dokter imam

" Lalu, kalau begitu apa ada kemungkinan Rubi bisa sembuh dok?" aku mulai semakin cemas mendengar pernyataan yang di lontarkan dokter imam barusan.

" sekarang ini kesembuhan Rubi bergantung pada daya tahan tubuhnya sendiri untuk melawan virus mematikan tersebut. Semakin tinggi keinginannya untuk hidup maka semakin tinggi pula tingkat kesembuhannya. Dukungan pemilik pun ikut berperan penting atas kesembuhannya, karena perhatian dan semangat yang diberikan oleh pemiliklah kemungkinan harapan bisa sembuh itu ada."

Beberapa saat yang lalu setelah aku mendengar apa yang dokter imam katakan aku memang merasa takut dan cemas tetapi sekarang tidak lagi Rubi harus tetap bertahan hidup, jika aku menyerah sekarang aku akan menyesalinya seumur hidup.

Berikutnya Dokter meletakan Rubi di atas timbangan, berat Rubi tidak sampai 200 gram. Dokter Imam bilang itu biasa terjadi karena anak kucing tersebut hidup di jalanan apalagi tanpa induk, selain itu kucing jalanan memanglah sangat rentan sekali sakit terutama ketika mereka masih berusia anak-anak, karena pada usia tersebut daya tahan mereka belum terbentuk dengan sempurna dan lagi kerasnya persaingan dengan kucing lainnya dalam mencari makan untuk bertahan hidup. Anak kucing yang belum siap atau terlatih dalam mencari makan sendiri karena di tinggal induk atau terpisah dari induknya mereka lebih rentan terkena bahaya dan juga kekurang gizi.

Setelah penjelasan yang cukup singkat kemudian dokter Imam memasangkan infus yang dimana cairan infus ini berfungsi untuk mengembalikan cairan tubuh Rubi yang hilang. Dokter Imam sempat mengalami kendala saat mencari letak pembuluh darah vena Rubi dikarenakan tubuh Rubi yang terlalu kecil, dengan sangat hati-hati dokter Imam mulai memasukan jarum infus tersebut ke dalam lapisan kulit Rubi. Sesaat Rubi mengeong dan memberikan sedikit perlawanan, tentu saja karena itu pasti sangat menyakitkan untuknya.

Perlahan-lahan aku mencoba menenangkannya dengan mengelus bagian kepalanya, memberikan isyarat bahwa aku ada di sini bersamanya. Tanganku kiri ku mencoba untuk menopang kaki kecilnya yang sedang di infus agar aliran cairan infus dapat dengan mudah masuk. Sedangkan kaki satunya mencoba mencengkram pakaianku sambil sesekali mengeong pelan, mungkin karena terasa sedikit sakit. Saat itu aku hanya bisa menyemangatinya dengan bahasa manusia meskipun aku tahu dia tidak akan mengerti apa yang aku ucapkan. tapi pesan dapat tersampaikan lewat emosi seseorang tanpa harus mengerti bahasa yang di ucapkan, mungkin pesan seperti itu berlaku juga bagi si pemilik ke hewannya.

Hatiku terasa hangat, damai tetapi juga sedih ketika dia mencoba mendekapku saat itu. Perasaan yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya. Tanpa sadar tak terasa tiga puluh menit berlalu, akhirnya dokter melepas selang infus tapi tidak dengan jarumnya karena masih perlu beberapa kali Infus lagi untuk mengembalikan cairan tubuh Rubi.

Kemudian dokter Imam memberikan dua pilihan kepada ku apakah tindakan selanjutnya Rubi dilakukan rawat inap atau rawat jalan. Karena tidak tega membiarkannya sendiri akhirnya aku putuskan untuk dilakukan rawat jalan saja.

Dokter juga mengajariku bagaimana cara merawat anak kucing yang sedang sakit, bagaimana membuat agar si anak kucing tersebut merasa nyaman dan tidak stres karena stres juga dapat berdampak pada kesembuhannya. Aku tahu ini tidaklah mudah tapi akan aku lakukan sebisa dan semampuku sampai rubi melewati masa-masa kritisnya.

Sepulang dari klinik aku langsung bergegas membeli semua kebutuhan dan keperluan rubi mulai dari makanan khusus, vitamin khusus, kandang, alas tidur, peralatan makan dan minumnya bahkan lampu penghangat untuk menghangatkan tubuh rubi.

Selain itu aku juga perbanyak searching seputar kebutuhan anak kucing yang di tinggalkan induknya dan bagaimana cara merawatnya. Setiap lima belas menit sekali aku mencoba menyuapi rubi minum agar tidak dehidrasi dan setiap beberapa jam sekali aku juga menyuapinya makan untuk menambah energinya agar rubi bisa lekas pulih walaupun dia hanya mau makan sedikit, tapi tidak masalah sedikit-sedikit tapi bertahap.

Sesekali aku terlelap karena kelelahan dan terbangun secara tiba-tiba untuk memastikan rubi tetap pada kondisi yang nyaman. Waktu sudah menunjukan pukul tiga pagi, aku terbangun karena rubi mengeong sangat kencang seketika aku panik, kemudian aku membuka pintu kandangnya dia beranjak dari tempat tidurnya mendekatiku, lalu dia menggesekan kepalanya ke tanganku. Rubi terus saja mengeong, aku coba menyuapinya makan dan minum tapi rubi menolak. kemudian aku mengangkatnya bersamaan dengan alas karena aku takut jika sewaktu-waktu dia buang air besar, dan hal yang tidak disangka-sangka terjadi. Begitu aku mengendongnya seperti orang mengendong bayi akhirnya suara rubi mereda aku mengelusnya sambil mengendongnya layaknya bayi, tak berapa lama rubi pun akhirnya kembali terlelap, aku terlihat seperti seorang induk bagi Rubi.

akhir pekan yang aku habiskan seharian di rumah mengurusi rubi, mebersihkan kotorannya, membersihkan kandangnya, dan membersihkan seluruh lantai dengan desinfektan, karena kata dokter desinfektan merupakan cairan yang paling ampuh untuk membunuh virus.

Bagiku ini adalah pengalaman pertama di akhir pekan yang cukup melelahkan dalam hidupku selama ini, akan tetapi di balik lelah itu terdapat sebuah ketulusan dan perjuangan.

Karena dari kemarin kurang tidur akibatnya kesehatanku menjadi sedikit menurun, hingga aku putuskan untuk mengambil waktu libur beberapa hari. Hampir setiap hari aku pulang pergi ke klinik untuk melakukan rawat jalan Rubi. Kini Rubi perlahan-lahan mulai terbiasa dengan suasana klinik dan jarum infus, Sekarang aku juga mulai terbiasa dengan keseharian baru ku.

Hari demi hari berlalu, kini Rubi sudah mulai berselera makan walau hanya makan sedikit meski dibantu, bentuk kotorannya juga mulai membaik. Kata dokter jika Rubi mulai menunjukan prilaku tersebut itu artinya dia perlahan-lahan baru mulai sembuh. Saat memberinya obat Rubi tidak memberontak sama sekali, mungkin dia tahu ini semua dilakukan demi kesembuhannya dokter juga menyarankan untuk tidak memandikan Rubi sampai dia benar benar pulih dari sakitnya, karena jika tidak itu dapat mengancam nyawanya karena suhu tubuhnya yang masih belum stabil, jadi perlahan-lahan aku hanya membersihkan tubuh rubi dengan kain dan air hangat agar dia merasa nyaman.

Tiga hari berlalu, usahaku membuahkan hasil, setelah sembuh nanti rubi akan segera aku vaksin kan agar daya tahan tubuhnya lebih kebal terhadap penyakit yang mungkin sewaktu-waktu bisa datang kembali.